Korban perokok pasif kembali berjatuhan. Vincentia Hanni Sulistyaningsih menjadi contoh betapa ganasnya asap rokok meski ia sama sekali tak merokok alias perokok pasif. Paparan asap rokok telah merenggut nyawa perempuan muda itu akibat kanker paru-paru.
Hanya dalam waktu satu tahun sejak dinyatakan terkena kanker paru-paru, perempuan berusia 36 tahun ini menutup mata tak mampu melawan penyakit mematikan tersebut meski sudah melakukan pengobatan secara maksimal.
Sepanjang hampir 10 tahun aktifitas hariannya sebagai jurnalis, dia hampir selalu terpapar asap rokok dari orang-orang di sekitarnya. Asap rokok itulah yang memicu kanker paru-paru yang dilawannya hingga ke negeri China.
Menurut pengakuannya semasa hidup, secara genetika Vin memang punya risiko terkena kanker dari keluarganya. Sadar akan kondisinya, wanita muda yang bekerja di sebuah harian nasional ini selalu mengingatkan teman-temannya agar tidak merokok ketika berada didekatnya. Sering ia mengalah dengan memilih menjauh gara-gara segan minta temannya mematikan rokok.
Sayang sekali usaha kerasnya menghindari asap rokok yang mengandung zat karsinogen itu tidak berhasil. Dia divonis dokter terserang kanker selaput paru-paru yang tidak tanggung-tanggung, langsung stadium 4 yang merupakan tingkatan terparah.
Setelah beberapa waktu menjalani perawatan di sebuah RS di kawasan Salemba, Jakarta Pusat, pihak keluarga menerbangkannya ke China yang dikenal memiliki fasilitas pengobatan lebih lengkap untuk penderita kanker. Perawatan selama kurang lebih satu bulan membawa hasil yang positif, kesehatannya membaik sehingga dia kembali aktif melakukan peliputan.
Kembali melakukan peliputan di lapangan artinya kembali terpapar asap rokok. Akibat menghirup asap rokok, sel kanker yang sudah dibuat non-aktif oleh tim medis China kembali membuat ulah. Organ paru-parunya, lagi-lagi diserang kanker hingga membuatnya kembali dirawat di sebuah RS di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Satu bulan dirawat di sana, kondisinya berangsur stabil meski berdampak pada tubuhnya yang kurus menjadi lebih kurus. Karena kondisinya yang stabil, ia akhirnya diperbolehkan menjalani perawatan di rumah. Dua pekan berada rumah, mendadak dirinya lemah hingga kembali masuk ICU. Berselang sepekan kemudian tepatnya 11 Desember 2009 perempuan enerjik itu benar-benar pergi menuju sang pencipta bersama kanker parunya yang tak tersembuhkan.
"Bagi saya yang belum tentu dalam satu tahun menghisap satu batang rokok, apa yang menimpa Vin bak alarm bahwa saya tetap bisa menjadi korban rokok. Penetapan zona bebas rokok ternyata tidak cukup manjur melindungi non-perokok dari paparan asap rokok karena sedemikian banyak perokok bertebaran di seantero kota," ujar sahabatnya Anto kepada detikHealth, Minggu (13/12/2009).
Dilansir dari National Cancer Institute, badan internasional untuk penelitian kanker (IARC) telah mengklasifikasikan asap rokok pada manusia sebagai karsinogen (zat penyebab kanker). Karenanya orang yang tidak merokok tapi sering menghirup asap rokok juga memiliki kemungkinan terkena kanker paru.
Diperkirakan orang yang menjadi perokok pasif berpeluang terkena kanker paru-paru 20 sampai 30 persen. Tapi jika perokok pasif tersebut tinggal bersama dengan seorang perokok aktif maka peluangnya menjadi lebih besar. Karena ada kemungkinan orang tersebut terpapar asap rokok setiap harinya, sehingga akumulasi dari zat-zat kimia tersebut semakin besar.
Paparan dari asap rokok ini bisa mengiritasi saluran udara dan memiliki efek bahaya langsung terhadap jantung dan pembuluh darah. Jika Anda seorang perokok pasif dan tidak ingin terkena kanker paru-paru, sebaiknya hindari tempat-tempat yang memiliki asap rokok serta cobalah untuk tidak terlalu dekat dengan perokok.
(Sumber : Detik Health)