Kenaikan harga elpiji 12 kg yang diberlakukan pemerintah mulai Selasa (1/7), tidak menimbulkan kelangkaan. Beberapa toko penyedia gas tersebut mempunyai stok yang cukup. Kendati begitu harga eceran mengalami kenaikan. Di kota Wonosari sekitar Rp 70 ribu, tetapi yang di kecamatan-kecamatan atau desa harganya mencapai Rp 75 ribu. Demikian diungkapkan Simpie salah seorang pedagang Elpiji di Wonosari ketika ditemui KR, Selasa (1/7). Diungkapkan, meski ada kenaikan harga, pengiriman tetap lancar. Sebelumnya memang terjadi kekosongan stok seperti yang terjadi minggu terakhir bulan Juni, tetapi memasuki bulan Juli persediaannya melimpah. Simpie mengaku baru saja mendapatkan kiriman 500 tabung elpiji. Dari jumlah tersebut sudah terpasarkan sekitar 80 tabung. Artinya, meski harga naik, konsumen tetap membeli gas Elpiji karena sudah biasa menggunakan. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gunungkidul Drs H Wagiran MM menyatakan, untuk layanan masyarakat tidak ada masalah terhadap kenaikan elpiji. Kendati begitu pihaknya tetap akan melakukan pemantauan terhadap dampak kenaikan harga Elpiji yang tentu akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Menurutnya, kenaikan harga Elpiji bagi konsumen umum yang kebanyakan dari kalangan masyarakat mampu memang sedikit menambah beban anggaran. Yang barangkali akan berdampak luas, pada rumah-rumah makan yang menggunakan Elpiji, tentu anggarannya naik dan akan berdampak terhadap harga jual produknya. Kenaikan harga Elpiji jelas akan berpengaruh pada program konversi minyak tanah ke gas yang kini tengah dilaksanakan. Kendati pemerintah tidak akan menaikkan harga gas Elpiji tabung isi 3 kg, tetapi ada kemungkinan calon pengguna elpiji program konversi khawatir harganya juga ikut naik. "Ini perlu kerja ekstra untuk sosialisasi, tetapi kami akan berusaha keras agar program konversi 80 ribu tabung ini tetap terealisir," terang H Wagiran.