08/04/2008 08:36:16 PANGGANG - Cuaca laut selatan Pulau Jawa yang tidak menentu mengakibatkan para nelayan tradisional di Pantai Gesing Desa Girikarto Kecamatan Panggang harus spekulasi dalam me-laut. Dari 34 kapal nelayan milik nelayan setempat yang aktif melaut rata-rata hanya 10 kapal. Itupun tidak semua kapal pulang membawa hasil. Demikian dikatakan Ketua Kelompok Nelayan Pantai Gesing Tugimin ketika ditemui KR Jumat (4/4). "Banyak nelayan yang masih ragu melaut meskipun cuaca baik karena takut pulang tidak membawa ikan," katanya. Ketika KR melakukan pemantauan di pantai ini, Jumat (4/4) hanya ada 7 kapal nelayan yang melaut, namun yang mendapatkan ikan hanya 5 kapal. Lainnya pulang tanpa membawa hasil. Padahal, sekali melaut biaya yang dikeluarkan baik untuk BBM dan bekal lainnya menghabiskan Rp 100 ribu. Ditambahakn oleh Tugimin yang didampingi nelayan lainnya Suprapto, dengan situasi yang tidak menentu ini banyak nelayan yang terpaksa berhenti tidak melaut. Apalagi seringnya musim paceklik, menjadikan nelayan enggan melaut. Namun karena kondisi di tengah laut sulit ditebak, ketika banyak nelayan yang libur, ternyata ditengah laut sedang musim ikan, sehingga pada pagi harinya mendorong nelayan lainnya ikut melaut. Pantai Gesing, Desa Girikarto yang mulai dibuka sejak 2003, dengan diawali dibukanya lokasi transmigrasi lokal di lokasi tersebut, kini terus berkembang. Jika sebelumnya baru ada 2 kapal nelayan, kini sudah berkembang menjadi 34 kapal yang sebagian besar merupakan bantuan baik dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY dari pengembangan transmigran lokal maupun bantuan dari Dinas Perikanan dan Kelautan DIY dan Kabupaten Gunungkidul. Pantai Pendaratan Ikan Pantai Gesing juga sudah dilengkapi Tempat Pelelangan Ikan, gudang mesin, tempat berjualan ikan basah dan berbagai fasilitas lainnya. Dengan semakin bertambahnya kapal dan jumlah nelayan, maka produksi ikan di pantai ini terus meningkat, pada Maret 2008 lalu produksi ikan dari berbagai jenis lebih dari 3 ton dengan nilai kotor mencapai Rp 27,6 juta. Jumlah ini lebih kecil dari Bulan Januari 2008 mencapai nilai raman kotor Rp 54,2 juta dan Bulan Februari 2008 mencapai Rp 32,3 juta. Adapun yang menjadi kendala untuk pengembangan aktivitas nelayan di pantai Gesing di antaranya belum lengkapnya alat tangkap, masih banyaknya limbah batu dari pengerukan pantai pada tahun lalu, sehingga menyulitkan kapal untuk mendarat. Demikian juga belum tersedianya pangkalan BBM di lokasi Pantai Gesing, menjadikan nelayan sering kesulitan mendapatkan BBM, kata Tugimin