KEMANAKAH arah KESEJAHTERAAN warga GUNUNGKIDUL........

Adalah topik di atas yang membuat saya selama 3 jam bertelepon membahas hal ini dengan salah satu sumber inspirasi dan data tentang Gunungkidul(begitu juga menjadi sumber data penulisan blogs saya di www.badailautslatan.multiply.com)

Sebuah ketakutan membayang ketika semalam sebelumnya sya sempat chating dengan dengan administrator forum ini.

Mau dikemanakan pariwisata Gunungkidul, pada awal pembicaraan di pagi itu saya mulai dengan ketakutan dari berita bahwa lahan sekitar pantai mulai dijual ke pihak luar(luar GK), dalam pembicaraan ini saya sempat sambat bahwa saya takut suatu saat area pinggiran pantai GK akan dimiliki oleh puhak luar sehingga dengan semakin meningkatnya pariwisata GK tidak berdampak signifikan terhadap pembangunan keejahteraan daerah sekitar.Saya menyodorkan contoh tentang keadaan penduduk di sekitar pantai Senggigi NTB yang lebih dari separoh tanah dipinggiran panatai tersebut telah beralih kepemilikan, dalam perbincangan tersebut sumeber data menyebutkan, bahwa tak ada jalan lain jika Gunungkidul ingin maju, tentunya pemerintah daerah GK jauh sbeelumnya telah membuka pintu untuk hal pengelolaan ke pihak dalam(masyarakat GK), dan bisa jadi pada saat tersebut telah melewati jangka waktu dan dari pihak dalam tidak ada yang berminat/mampu, maka mau tidak mau ditawarkan ke pihak luar.

Kemudian saya bertanya, apakah mungkin Gunungkidul bisa maju dari pariwisatanya tanpa kehilangan hak milik tanah warga, dan dijawab hal itu sangat kecil kemungkinannya, sebab dalam berinvestasi tentunya jjika seperti system sewa tanah akan sangat beresiko tinggi, entah pada saat pertengahan tahun pengembangan dan lain sebagainya pihak pneyewa(warga) akans erta merta menaikkan beaya sewa.

Tidakkah mungkin pemerintah daerah menerbitkan suatu peraturan tentang masalah tersebut?...Sangat sulit dilakukan sebab hal itu berkaitan dengan peraturan-peraturan sebelumnya dari posisi pemerintahan yang lebih tinggi(provinsi dan pusat).

Dalam keterpojokan saya karena ketidak relaan bahwa hal itu akan terjadi maka saya menanyakan apa yang sebaiknya dilakukan jika saya adalah pemda GK agar hal itu tidak terjadi.

Saya disarankan mencontoh kabupaten Sleman, dicontohkan demikian bahwa Sleman mampu mengembangkan wilayahnya tanpa kehilangan tanah, mereka memeiliki tempat wisata maupun kekuatan ekonomi berupa penghasil pertanian dan itu bisa mengangkat nilai daerah, toh kalau sampai ada pihak luar yang membeli tanah hanyalah tanah tanah yang di pinggir jalan yang dipakai untuk berusaha berdasarkan azas manfaat dari pergerakan ekonomi utama Sleman itu sendiri. Dari penjelasan tersebut saya menarik kesimpulan bahwa pihalk luar Sleman dapat mengambil manfaat dari apa yang dilakukan Sleman, tapi tidak menjadi tiang utama dari perekonomian.Lantas bagaimana dengan Gunungkidul?
Sumber data saya menyebutkan kurang lebih sebagai berikut bahwa alangkah baiknya nantinya pemerintah tidak menjual pengelolaan kepariwisataan secara langsung, melainkan dilaukan pemetaan daerah mana saja yang menajdi area utama wisata, misalnya jika daerah yang dijadikan senjata utama pariwisata adalah pantai, maka pembangunan sektor pendukungnya (misalnya hotel) hendaknya sedikit jauh ke arah dalam sebelum kawasan tersebut.Dengan demikian interaksi penikmat wisata denagn object wisata dapat dibangun sebuah interaksi ekonomi, hak milik kepariwisataan tetap bertahan dan kelestarian pantai tetap alami sebagaimana mestinya sebuah pantai sebagai wisata alam.

Dari pembicaraan tersebut sedikit memberikan keringanan saya berpikir mengenai GK, walau saya bukan pemain dalam kemajuan GK tapi saya berharap apa yang dilakukan Pemda tidak hanya langkah instan demi mengukir citra kepemerintahan sesaat saja. Namun hendaknya jika suatu saat ternyata suatu rencana adalah rencana jangka panjang sebaiknya seoerti tongkat estafet bagi pemerintahan berikutnya, jangan dipandang sebagai suatu lawan main dalam perebutan kekuasaan atas Gunungkidul namun adalah bagian dari rantai perbaikan hidup masyarakat Gunungkidul yang samapai saat ini masih dibawah garis kemiskinan, begitu juga untuk pemerintah baru.
Memang pemikiran ini tersa gampang, dan tentunya saya juga menagkui betapa sulitnya hal ini, namun setidaknya hal tersebut adalah salah satu pemikiran yang benar, semoga saya tidak sampai menafsirkan bahwa sumber ekonomi Gunungkidul adalah kemiskinan warganya, sehingga mengundang keperihan pihak lain untuk membantu...dimana bantuan itu nantinya salah pemakaian menjadi ladang penebusan hutang kampanye dan janji masa lalu.

hal ini juga menjadi pemikiran yang serius dikalangan elit GK, mulai dari DPR sampai ke Pelaksananya sendiri, memang kita tidak bisa menutup mata bahwa sebenarnya prospek Gk dimasa depan dengan potensi alamnya sungguh luar biasa, dan saat Yogyakarta mulai kehilangan daya tariknya (karena menurut beberapa responden mengatakan di jogja itu-itu melulu), mulai saat menuju ke Gk nya sendiri dengan jalan yang berkelok2 sampai hargodumilah yang indah kemudian menuju ke daerah pantai yang sungguh menawan.
Beberap waktu lalu muncul suatu gagasan baru bagaimana mengembangkan potensi GK ini, kemudian ide yang ditakutkan muncul, dan menjadi bahan yang sampai saat ini belum terpecahkan, ada suatu ide untuk sedikit menenangkan warga, yaitu warga nanti akan dipekerjakan ditempat tersebut, namun beberapa kalangan menyatakan itu trik belaka. apabila yang dibangun nantinya disana semacam hotel berbintang 5, apakah rakyat GK yang notabene berpendidikan "rendah" mampu menduduki posisi strategis disana, dan saya yakin tidak , paling2 jaid bell boy ataupun tukanng cuci piring. Namun dilain pihak kalau ingin memajukan GK maka pariwisata yang ada di GK dikembangkan dengan menawarkan ke investor, baik asing maupun dalam negeri dengan demikian selain pariwisata perekonomianpun akan mengeliat , karena jalan-jalan sepanjang arah ke pantai-pantai bisa dijadikan suatu lahan pula bagi mereka, perbandingannya adalah di pantai carita atau marbella serang banten, jalan-jalan yang dulunya sangat sepi sekali kini berubah menjadi kota-kota kecil yang bertahan "hidup" 24 jam ( mungkin ini pemikiran elit juga kali ) walau mereka tidak mempunyai lahan di pantainya namun merek amempunyai lahan di sepanjang jalan menuju ke pantainya.
Namun pokok permasalahan lain muncul tatkala hal yang ditakutkan terjadi, selain hilangnya lahan warga tentunya yaitu hasil dari pemasukan yang menurut kalangan pemkab " cukup besar" tadi akan dikemanakan, apakah hanya sekedar embel2 Gk maju, atau nantinya bisa memakmurkan warga? kebutuhan mendasar setiap warga yaitu air pun sampai saat ini belum juga terpenuhi. mungkinkah ini jalan untuk memakmurkan warga ataukah malah sebaliknya, kita tunggu saja ..

Sebenarnya kita harus membuka diri tapi bukan berarti buka-bukaan karena tanpa itu kita akan selalu terpaku dan berlaku secara konvensional, bisa kita terbuka asal profesional apapun yg kita lakukan harus di kaver dengan aturan dan batasan yg jelas baru melangkah......!

memang sih mas kita tidak bisa melarang orang menjual tanahnya ke pihak manapun, tapi secara pribadi berharap bahwa segala resiko seperti itu pemerintah tahu dan memiliki cetak biru/general plan antar kekuasaan, takutnya pemda hanya mengejar ketenaran sejenak saja, dengan harapan jasanya langsung terasa saat mereka memerintah.

Kalau setiap pemerintahan hanya 5 tahun dan ganti pemerintahan sama dengan ganti program, yach yang terkejar hanya program jangka pendek semua....sementara gunungkidul kita kan butuh pembangunan berkesinambungan.

Kekawatiran rekan2 seperti itu saya kira wajar, saya pun demikian tetapi tidak bisa berbuat banyak, persoalannya saya kira tidak hanya pada PEMDA saja yang kurang peduli, masyarakat pemilik tanah sekitar pantai itu juga harus sadar betul, jgn hanya memikirkan sesaat dapat uang banyak, tetapi harus berpikir ke depan. Itu baru tanah2 yang dipinggir pantai, yang jauh dari pantai pun sebenarnya banyak yg sudah banyak yg di jual. Contohnya di dekat rumah saya, itu satu bukit sudah dibeli orang luar, entah untuk apa nantinya, memang dari hasil, hanya menghasilkan kayu, tetapi utk kedepan itu akan berakibat bagi lingkungan sekitarnya. Saya hanya berharap masyarakat sadar dan PEMDA juga sadar, lebih cepat lebih bagus. Mari kita pikir bersama, apa yg akan kita perbuat....MONGGO.....

Jika kegundahan ini kita tanyakan ke pihak pemda, kira-kira akan sperti apa kah jawabannya?

Jawaban PEMDA dan DPRD yang sabar, klo sudah saatnya nanti kami akan informasikan.......

Pariwisata saat ini tidak lihat menggunakan kacamata pembesar tapi menggunakan kacamata uang mas...

Kenapa???
Gunung di jual demi segelintir uang dan painggiran pantai di jual untuk menutupi kebutuhan tiap hari, karena tanah pinggiran pantai susah di tanam buat palawija.
Hutan di tebang sembarangan, akhirnya gunung2di pinggiran pantai itu sekarang pada gundul semua....

Kita hanya mengurut dada saja, soalnya para Aparat/Keparat menumpuk uang buat keluargany sendiri.......................

semoga tidak seperti demikian mas, dan saya percaya mereka dalam arti semoga hal ini menjadikan amanat. Juga mereka tak beranggapan negatif dulu bahwa kita cuma segelintir orang yang numpang ngomong dalam 1 forum diskusi saja.

Tapi, apakah pemerintah sudah serius dalam mengembangkan pariwisata di gunungkidul????
saya sendiri belum melihat kemajuan yang signifikan di tempat2 pariwisata yang ada di GK.

Atau, memang pantai yang ada dikelola sendiri oleh masyarakat sekitar. kalau dikelola oleh masyarakat sekitar, saya sendiri yakin bahwa akan sulit untuk berkembang. Karena, untuk membuat daya tarik tersendiri bagi pengunjung atau wisatawan bukan suatu hal yang mudah. sperti adanya fasilitas2 yang memadai. Tapi yang menjadi permasalahan sekarang adalah, siapa yang mampu menyediakan fasilitas itu??? apakah akan tergantung terus dari pemerintah ????? seberapa besar sih keseriusan pemerintah akan hal ini ???

Saya rasa, perlu adanya investor yang mampu bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat sekitar.

sug3st wrote:

Tapi, apakah pemerintah sudah serius dalam mengembangkan pariwisata di gunungkidul????
saya sendiri belum melihat kemajuan yang signifikan di tempat2 pariwisata yang ada di GK.

Atau, memang pantai yang ada dikelola sendiri oleh masyarakat sekitar. kalau dikelola oleh masyarakat sekitar, saya sendiri yakin bahwa akan sulit untuk berkembang. Karena, untuk membuat daya tarik tersendiri bagi pengunjung atau wisatawan bukan suatu hal yang mudah. sperti adanya fasilitas2 yang memadai. Tapi yang menjadi permasalahan sekarang adalah, siapa yang mampu menyediakan fasilitas itu??? apakah akan tergantung terus dari pemerintah ????? seberapa besar sih keseriusan pemerintah akan hal ini ???

Saya rasa, perlu adanya investor yang mampu bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat sekitar.

selama ini pengelolaan pantai memang hampir 80 % diserahkan pada warga sekitar karena memang masih banyak lahan yang sertifikatnya milik pribumi sana ( walaupun hanya model E,c) nah Pemerintah Gk sampai dengan saat ini masih sebatas mengelola kebijakan dan retribusi saja , kebijakan disinipun hanay sebatas peraturan dan larangan saja, dan hanya sedikit yang mengatur tata wilayah karena memang masih banyak tanah yang menjadi milik warga,

sehingga memang jika ada investor ( kemarin 5 yang mau masuk) mereka enggan kalau hanya sekedar menyewa lahan atau hanya sekedar numpang saja, mereka maunya juga memiliki ( sayangnya hanya 1 investor yang dari dalam negeri )

cukup sulit juga menerapkaan kebijakan yang satu ini karena berbagai pertimbangan diatas dan sampai detik ini pun belum berani mengambil keputusan ( wingi soale aku telpon pakdeku ki ...)

semoga kebijakan nantinya akan berpihak kepada rakyat kecil dan bukan berpihak kepada "golongan kecil " saja

bah.... nek investor wae wis ngga berminat... apakah perkembangan di bidang pariwisata bisa kita harapkan ?????

Paling ngga warga yang menyediakan fasiltas2 itu.... piye carane supoyo akeh pengunjung sing dho seneng dolan neng pantrai kesitar GK.
misale akeh pengunjung, tentu roda perekonomian juga akan lancar to ????

sug3st wrote:

bah.... nek investor wae wis ngga berminat... apakah perkembangan di bidang pariwisata bisa kita harapkan ?????

Paling ngga warga yang menyediakan fasiltas2 itu.... piye carane supoyo akeh pengunjung sing dho seneng dolan neng pantrai kesitar GK.
misale akeh pengunjung, tentu roda perekonomian juga akan lancar to ????

setahu saya investor akan melihat peluang investasi dulu untuk masuk
kedaerah tertentu kalau ada investor yang tidak jadi masuk.ini menandakan iklim investasi daerah tersebut belum bagus.
ini PR bagi Pemda. mungkin juga urusan birokrasinya yang berbelit
belit dari pemdanya sehingga mereka enggan menginvestasikan dananya
di G.kidul .adanya jaminan investasi dari pemerintah akan membuat
investor2 mau menanamkan modalnya.

wasalam,

sharing aja untuk pantai di Pelabuhan Ratu. yang aku tau, entah bener atau salah, pantaidi daerah sana dikelola oleh semua pihak, ada yang di kelola oleh pihak swasta, pemda, dan juga masyarakat. makanya, sering kita lihat beberapa perbedaan perawatan dan pengelolaannya dan fasilitas.
biasanya, pantai yang di kelelola oleh pihak swasta(investor) mempunyai fasilitas yang lengkap dan juga keamanan yang memadai. seperti fasiltas speedboat, bananan boat dll.
dan juga, hotel-hotel yang didirikan dipinggir pantai jg sangat menarik bagi wisatawan.

sug3st wrote:

bah.... nek investor wae wis ngga berminat... apakah perkembangan di bidang pariwisata bisa kita harapkan ?????

Paling ngga warga yang menyediakan fasiltas2 itu.... piye carane supoyo akeh pengunjung sing dho seneng dolan neng pantrai kesitar GK.
misale akeh pengunjung, tentu roda perekonomian juga akan lancar to ????

setuju kang,

nah, selain dari sektor pariwisata, satu hal yang mungkin belum ada. atau karena saya yang ga tahu. Saya merasa bahwa Gunugnkidul belum punya cinderamata yang khas. ibaratnya icon untuk Gunungkidul.

sug3st wrote:

nah, selain dari sektor pariwisata, satu hal yang mungkin belum ada. atau karena saya yang ga tahu. Saya merasa bahwa Gunugnkidul belum punya cinderamata yang khas. ibaratnya icon untuk Gunungkidul.

mungkin sudah ada cuma belum terpublikasi dg baik
mungkin perlu peran dari pemerintah daerah untuk memberdayakan
para UKM ini sehingga bisa menjadi ciri khas daerah G.kidul
pemerintah pusat sekarang lg ada program kredit untuk UKM.

wasalam,

yang mau saya tanyakan sekarang ini, target utama perkembangan GK sekarang ini apa seh ??/ dari sektor pariwiasata atau perekonomian ??? kemudian bukti konkrotnya apa saja ??

Hmm.. Barusan baca koran....
Dalam pengentasan pengangguran di GK, pemerintah menyediakan dana untuk Transmigrasi.......
Wargane meh diguang nang ndi meneh kih..... ;)

wah ojo di buang la kang,....koyo opo wae.......

Mase_ wrote:

Hmm.. Barusan baca koran....
Dalam pengentasan pengangguran di GK, pemerintah menyediakan dana untuk Transmigrasi.......
Wargane meh diguang nang ndi meneh kih..... ;)

sebenasnya bagus huga, tapi belajar dari beberapa transmigran yang lalu, para transmigran harus bener2 di perhatikan selama beberapa bulan di t4 transmigrasi sebelum mereka benar2 mapan.
karena kalau haya di kasih lahan begitu saja, tanpa di bina/di bimbing.... yo podo wae nuh.

dari pada trans, mending mbangun daerah dhewe sak jane,.....
trans dan urbanisasi tu ,...bagus juga sih ....ya untuk pemerataan dan juga peningkatan kesejahteraan warga juga sih.tapi yang jadi perenungan saya(sebagai orang awam),.kadang2 aq sampai mikir,gunungkidul tu sebenar nya ada potensi untuk di gali dan di kembangkan.cuma mungkin masalah nya sdm dan keuangan jadi kendalanya,kali ya...?...
klu trans dan urbanisasi terus mengalir deras,bahkan menigkat dari tahun ke tahun,.....ya menurut saya pribadi, daerah tujuan makin makmur,makin maju.......tapi daerah asal/ yang ditinggalkan......?hehehehe......cuma jadi tempat persinggahan di musim lebaran azza,,,,, :) :) :) :) :) :) :) :study: :study: :study:
matur nuwun........

Knapa dananya tidak dialihkan untuk modal pembangunan lapangan pekerjaan di GK aja ya?