Kamis, 10 Juli 2008 | 03:00 WIB
Kupang, Kompas - Cuaca buruk melanda sejumlah daerah dalam tiga hari
terakhir. Di Kupang, Nusa Tenggara Timur, dua nelayan hanyut terseret
gelombang laut, sementara di Kulon Progo dan Gunung Kidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta, nelayan tak melaut karena takut akan gelombang
setinggi 4 meter.
Thomas Kune (62) dan Ny Kefi (34), nelayan di Bolok, Kabupaten Kupang,
Selasa lalu pukul 23.30, hilang di perairan Pulau Kera, Kabupaten
Kupang. Musibah itu terjadi saat keduanya berusaha mengambil ikan di
dalam bagan yang telah dipasang sehari sebelumnya. Korban bersama
perahu diterjang gelombang dan hingga Rabu (9/7) petang belum diketahui
nasibnya.
Korban Thomas, pemilik bagan, melaut bersama keponakannya, Ny Kefi, dan
Anton Bait (43), tetangga Thomas. Mereka menggunakan perahu milik
Thomas. Ketiganya menuju perairan di sekitar Pulau Kera, sekitar 50
kilometer dari Bolok.
Tiba di lokasi kejadian, dekat Pulau Kera, korban Thomas bersama Ny
Kefi tetap berada di dalam perahu, membantu mengangkat bagan, sedangkan
Anton turun ke laut memeriksa bagan. Namun, Anton sulit menjangkau
bagan karena dihadang gelombang.
”Saat itulah gelombang menghantam perahu itu sehingga Thomas dan Kefi
terjatuh ke laut. Perahu pun tenggelam ke dasar laut. Thomas sempat
berteriak minta tolong, tetapi Anton sedang menyelam sehingga Thomas
dan Ny Kefi tidak sempat tertolong sekali,” kata Yuliana Kune Kila
(58), istri Thomas.
Sudah tiga hari terakhir tidak ada nelayan di Kulon Progo dan Gunung
Kidul yang melaut karena takut menghadapi gelombang laut berketinggian
lebih dari 4 meter. Mereka diperkirakan menganggur hingga bulan Agustus.
Parjo (48), nelayan di Pantai Glagah, Temon, Kulon Progo, mengatakan,
gelombang tinggi sudah terjadi sejak Senin pagi. Ketika itu ombak besar
menghantam pantai disertai angin kencang dan kabut tebal.
Nelayan lainnya di Pantai Baron, Gunung Kidul, mengatakan, tinggi
gelombang bisa empat kali lipat dari gelombang normal. Sebanyak 400
nelayan kini istirahat sembari memperbaiki jaring dan alat pancing.
Kepala Pos II Tim Search and Rescue (SAR) Glagah Sukarman mengatakan,
tingggi gelombang di pantai mencapai 3-5 meter. Untuk mengantisipasi
dampak buruk gelombang besar, tim SAR Glagah memperketat penjagaan
pantai Glagah-Congot.
KM Awu tetap operasi
Dari Ende dilaporkan, gelombang setinggi 5 meter di perairan NTT tak
menghalangi Kapal Motor (KM) Awu untuk tetap beroperasi. Rabu kemarin,
KM Awu tetap berlayar dari Waingapu ke Ende dan dari Ende ke Kupang.
”KM Awu dirancang mampu menembus gelombang laut setinggi 3 meter sampai
5 meter. Meski gelombang setinggi 5 meter, KM Awu tetap beroperasi,”
kata Hambali, Kepala PT Pelayaran Nasional Indonesia Cabang Ende.
Supervisor PT Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Cabang Ende Ebas
A Syarif mengatakan, pihaknya hingga kemarin belum mendapatkan
pemberitahuan dari Kupang tentang adanya pembatalan keberangkatan kapal
feri akibat cuaca buruk.((KOR/SEM/YOP/WKM))
Sumber: kompas