referendum DIY

sepertinya urusan keistimewaan yogya nich bakal alot dan ramai...disatu sisi mayrarakat yogya ingin DIY tetap punya keistimewaan, tapi pemerintah pusat maunya disamam ratakan dg daerah lain...terus pertanyaaanya kalau disamakan dg daerah lain istimewanya dimana?

nah sekarang lg usume usulan referendum... pemerintah pusat sepertinya terlalu berani dg menganggakt isu referendum...lha kalau wong ngayogyakarata lewat referendum malah pingin madeg negra dhewe rak malah kojur Indonesia....
ning umpama sultan pingin njabel surat sing dikirim sultan sepuh dhisik sing intine yogya bergabung dg indonesia...terus nek saiki dijabel pingin dadi negara dhewe meneh piye ca? setuju ora nek yogya lepas seka Endonesia?

setuju...!! TAPI opo mungkin??

nek kuwi tergantung sultan...nek sultan ngomong lur awake dhewe gawe negara dhewe...
wis mesthi dadi....lha isa ngopo endonesia?

kalo memang harus referendum dan berdiri sendiri sya rasa Jogja bisa dan mampu krn basic kita dulu memang negara yg bentuknya kerajaan. jadi, ya tinggal kembali ke masa pemerintahan Ngarso Dalem lagi.
toh, dulu kita jg sbg negara kerajaan bisa bantu mendirikan indonesia malah pake acara kasih bantuan uang, nek skarang indonesia suruh balikin yg 5 juta gulden itu, apa yg sanggup? belum lagi bunganya selama 64 taun...mantep gan...
siapa tau nanti dg jd negara monarki,, Jogja jauh lebih berkembang dalam segala bidang,, krn mungkin korupsi berkurang, kan simbahny korup di indonesia..heehhe...


pokoknya apapun yg akan terjadi JOGJAKARTA AKAN TETAP ISTIMEWA,,,,mau tetep gabung dg indonesia atau berdiri sendiri....JAYALAH JOGJAKU,, JAYALAH NEGERIKU....


matur nuwun...
:@::^*:

jane miturut aku kui rasah di utak atik gur agawe bubrah tatanan sing wis adem kawit bien,sing ngarso dalem mesti wis due pemikiran masalah ngayojohadiningrat mengkone sak upomone sing ngarso dalem wis ra kerso dadi gubernur,mesti wis disiapke pengantine,

Ass. Wr. Wb.

Aku hura melu melu komentar ah, terlalu banyak kepentingan dan nuansa politik didalamnya, paling paling ujung-ujungnya pihak pihak yang beda pendapat nantinya akan saling silaturahim dan akan ada jumpa pers terus selesai begitu saja.

Referendum untuk mendirikan Negara sendiri ? jangan mimpi Yogyakarta bisa mendirikan Negara sendiri [terlalu jauh bila kita membicarakan masalah itu], realitasnya bila mau mendirikan negara sendiri memangnya TNI akan tinggal diam ? karena pasti dengan mati-matian TNI akan menjaga keutuhan NKRI ! dan itu artinya akan timbul perang saudara [hal yang sudah pasti akan di hindari oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X]

Topik yang alot dibahas di DPR sekarang ini kan masalah penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY, apakah melalui mekanisme di pilih langsung oleh rakyat Yogyakarta ataukah melalui penetapan secara otomatis bahwa yang menjadi Sultan di Yogyakarta adalah seorang Gubernur Kepala Daerah.

Daripada pusing memikirkannya lebih baik kita membanggakan prestasi timnas yang mencukur habis tim Malaysia 5 - 1, he he he . . . . . . . . . . .

Wassalam,

nyambung lagi....hehehe,,

kalo menurut sya memang idealis sekali dan terlalu dini kalo Jogja dikatakan akan referendum, tapi kayaknya mungkin saja itu terjadi, ini menurut sya lho yaa...hehe...

tapi memang kalo akan referendum, tidak hanya TNI bahkan sebagian besar warga negara Indonesia raya juga akan berupaya agar Jogja tak lepas dari NKRI. hal ini terjadi krn mereka melihat bahwa sumbang sih propinsi ini cukup besar dalam kemajuan dan perkembangan negara. jadi, tidak mungkin dilepas begitu saja.
sya rasa jg sultan akan bijaksana untuk memilih jalan yang terbaik bagi penyelesaian isu ini.

dari semua yang sudah terjadi kan intinya cuma KOMUNIKASI, kalo ini sudah bisa berjalan dgn baik dan jelas maka tidak akan ada istilah referendum itu keluar. komunikasi antara pihak pusat dan daerah harus diklopkan lagi, jdi bisa seiring sejalan dalam memaknai setiap peristiwa. duduk bareng dan bukan dengan perang via media mungkin bisa jadi solusi (walupun biasanya ini akan terjadi setelah ada reaksi keras dari warga yang nonton perang media itu tadi).

isu ini sya rasa bisa jadi salah satu upaya utk mengalihkan kasus si raja pajak yg hobi nonton tenis,, hehehehehe.....terlalu banyak pihak yg terlibat dalam kasus ini, jadi mendingan bikin isu lain deh,, jdi biar pada lupa...hehehehe...

sekali lagi ini cuma sekedar pendapat dari anak muda yang mungkin bagi mereka yang sudah jauh berpengalaman dipandang sebagai sesuatu yang sangat idealis....hehehe....



salam JOGIST (Jogja Istimewa) teman2 semua...terimaksih...

lisol wrote:

nyambung lagi....hehehe,,

kalo menurut sya memang idealis sekali dan terlalu dini kalo Jogja dikatakan akan referendum, tapi kayaknya mungkin saja itu terjadi, ini menurut sya lho yaa...hehe...

tapi memang kalo akan referendum, tidak hanya TNI bahkan sebagian besar warga negara Indonesia raya juga akan berupaya agar Jogja tak lepas dari NKRI. hal ini terjadi krn mereka melihat bahwa sumbang sih propinsi ini cukup besar dalam kemajuan dan perkembangan negara. jadi, tidak mungkin dilepas begitu saja.
sya rasa jg sultan akan bijaksana untuk memilih jalan yang terbaik bagi penyelesaian isu ini.

dari semua yang sudah terjadi kan intinya cuma KOMUNIKASI, kalo ini sudah bisa berjalan dgn baik dan jelas maka tidak akan ada istilah referendum itu keluar. komunikasi antara pihak pusat dan daerah harus diklopkan lagi, jdi bisa seiring sejalan dalam memaknai setiap peristiwa. duduk bareng dan bukan dengan perang via media mungkin bisa jadi solusi (walupun biasanya ini akan terjadi setelah ada reaksi keras dari warga yang nonton perang media itu tadi).

isu ini sya rasa bisa jadi salah satu upaya utk mengalihkan kasus si raja pajak yg hobi nonton tenis,, hehehehehe.....terlalu banyak pihak yg terlibat dalam kasus ini, jadi mendingan bikin isu lain deh,, jdi biar pada lupa...hehehehe...

sekali lagi ini cuma sekedar pendapat dari anak muda yang mungkin bagi mereka yang sudah jauh berpengalaman dipandang sebagai sesuatu yang sangat idealis....hehehe....



salam JOGIST (Jogja Istimewa) teman2 semua...terimaksih...

,

Sugeng enjang Mbak Lisol,

Update terakhir, Sri Sultan udah ketemuan tuh sama RI 1, bahkan RI 1 juga udah kasih bintang kehormatan/penghargaan satya lancana dalam bidang pendidikan kemarin Kamis, 2 Desember 2010. Aku juga baca di Media Indonesia edisi hari ini Jumat, 3 Desember 2010, RI 1 juga sudah memutuskan bahwa Sri Sultan dan Paku Alam menjadi orang pertama dan orang kedua di DIY selama jangka waktu 5 tahun kedepan.

Salam,

wah,, kalah telat uploadnya dgn jenengan mas...hehehe...

Kisruh Monarki
SBY-Sultan Akan Beri Pernyataan Bersama
Kamis, 2 Desember 2010 | 11:02 WIB
RUMGAPRES/ABROR RIZKI
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berbincang-bincang dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Istana Cipanas, Jawa Barat, Rabu (3/2/2010). Rapat kerja itu dihadiri oleh seluruh gubernur se-Indonesia.

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Sultan Hamengku Buwono X akan memberikan pernyataan bersama di Istana Negara, Jakarta, Kamis (2/12/2010).

Demikian disampaikan Sultan saat ditemui seusai mengikuti acara pembukaan Rakernas Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia di Hotel Grand Preanger, Bandung, Jawa Barat, Kamis.

Pernyataan kedua pemimpin ini diharapkan menghentikan polemik yang berkembang terkait RUU Keistimewaan Yogyakarta yang saat ini tengah dibahas pemerintah. Terkait pembahasan itu, Jumat (26/11/2010), Presiden Yudhoyono menyinggung istilah monarki yang berujung pada perdebatan di masyarakat.

Di Bandung, Sultan enggan menjawab pertanyaan wartawan mengenai polemik yang berkembang. Ia berjalan cepat menjauhi wartawan yang mencoba mengejarnya.

"Saya tidak mau komentar masalah itu. Komentar saya sudah keluar. Pernyataan saya sudah cukup, urusan masyarakat itu. Saya tidak mau jawab," katanya.

Berkali-kali ia menghindar dan tetap berjalan keluar area Hotel Grand Preanger dengan alasan diminta kehadirannya oleh Presiden Yudhoyono untuk memberikan keterangan pada pukul 14.00 WIB siang ini. "Anda memancing saya, referendum? Jangan memancing saya berdebat dengan Presiden," ujarnya.
Tribunnews
Sumber : kompas.com




yaa,, namanya juga pemimpin, sebentar ribut dan adu media, sebentar salaman via media juga...memang sungguh lucu sekali negeri ini...korupsi jadi kebiasaan, TKI jadi siksaan dan sekarang malah keistimewaan jadi perdebatan...ealah pak, pak...kayak PRnya gak banyak aja...

lisol wrote:

wah,, kalah telat uploadnya dgn jenengan mas...hehehe...

Kisruh Monarki
SBY-Sultan Akan Beri Pernyataan Bersama
Kamis, 2 Desember 2010 | 11:02 WIB
RUMGAPRES/ABROR RIZKI
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berbincang-bincang dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Istana Cipanas, Jawa Barat, Rabu (3/2/2010). Rapat kerja itu dihadiri oleh seluruh gubernur se-Indonesia.

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Sultan Hamengku Buwono X akan memberikan pernyataan bersama di Istana Negara, Jakarta, Kamis (2/12/2010).

Demikian disampaikan Sultan saat ditemui seusai mengikuti acara pembukaan Rakernas Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia di Hotel Grand Preanger, Bandung, Jawa Barat, Kamis.

Pernyataan kedua pemimpin ini diharapkan menghentikan polemik yang berkembang terkait RUU Keistimewaan Yogyakarta yang saat ini tengah dibahas pemerintah. Terkait pembahasan itu, Jumat (26/11/2010), Presiden Yudhoyono menyinggung istilah monarki yang berujung pada perdebatan di masyarakat.

Di Bandung, Sultan enggan menjawab pertanyaan wartawan mengenai polemik yang berkembang. Ia berjalan cepat menjauhi wartawan yang mencoba mengejarnya.

"Saya tidak mau komentar masalah itu. Komentar saya sudah keluar. Pernyataan saya sudah cukup, urusan masyarakat itu. Saya tidak mau jawab," katanya.

Berkali-kali ia menghindar dan tetap berjalan keluar area Hotel Grand Preanger dengan alasan diminta kehadirannya oleh Presiden Yudhoyono untuk memberikan keterangan pada pukul 14.00 WIB siang ini. "Anda memancing saya, referendum? Jangan memancing saya berdebat dengan Presiden," ujarnya.
Tribunnews
Sumber : kompas.com




yaa,, namanya juga pemimpin, sebentar ribut dan adu media, sebentar salaman via media juga...memang sungguh lucu sekali negeri ini...korupsi jadi kebiasaan, TKI jadi siksaan dan sekarang malah keistimewaan jadi perdebatan...ealah pak, pak...kayak PRnya gak banyak aja...

Yang pasti sih no body perfect, demikian pula dengan para pemimpin kita, setiap keputusan yang di buat pastilah membuat pro dan kontra, namanya juga demokrasi, enakan jadi rakyat kayaknya ya Mbak Lisol ? cukup kepenuhan sandang, pangan lan papan, . . . . . . . . .

Salam,

wah,, enak nggak enak yaa msti diterima mas...
sya rasa kecukupan sandang papan pangan itu juga sekarang rada susah,, masa paceklik, tapi sik penting apa yang ada sekarang WAJIB UNTUK DISYUKURI...hehehe....


salam JOGIST...matur nuwun....

WAH mas sony kayane asyik banget nek diskusi karo bu lurah....

aku kok pingin yogya jd negara dhewe ya? dadi nek rep neng luar negri cedak...nyak nogiri apa klaten wis tekan luar negri....

pak koor : wah,, alasane ben duwe paspor ro visa nggih pak?...

tapi sebenarnya yg dipersoalkan presiden itu cuma soal pemilihan gubernurnya,, walupun sebenarnya gak ada bedanya sama jakarta yg walikotanya jg ditetapkan bukan dipilih langsung.
selain itu, soal demokrasi sudah sangat jelas bahwa jogja itu demokratis. nek gak demokratis yo msti sultan sdh didemo sma warganya, wong jogja ki pinter2 jadi msti bertindak nek smpe sultan menyimpang. ditambah lg dgn berbagai tolak ukur lainnya, seperti sejarah yg tidak bisa dilepaskan dari demokrasi jogja. jdi, ironis sekali kalu jogja dikatan tidak demokratis.

ada isu lg bahwa ini ada hubungannya dgn bisikan dr orang dalam keraton sendiri yg notabene mereka adalah anggota partai dem. jangan2 isu ini sengaja dikeluarkan utk mengadu domba saja. semoga pemikiran2 seperti ini hanyalah isu belaka dan tidak benar adanya, krn sya sbg warga jogja takut kalo sampai kota kita dipecah belah oleh isu2 konyol seperti ini.


apapun yg akan terjadi,, JOGJAKARTA AKAN TETAP ISTIMEWA....

SYA UPDATE INFO NGGIH...


Adik Sultan HB X: DPRD Yogyakarta Sepakati Penetapan
Rachmadin Ismail - detikNews



Jakarta - Sikap anggota DPRD Yogyakarta terhadap polemik RUUK DIY diklaim sudah bulat. Semua setuju dengan penetapan sultan sebagai gubernur DIY, bukan sebagai paradhya seperti usulan pemerintah.

"Penetapan penuh sebagai gubernur penuh. Bukan kata-kata manis sultan dimuliakan di atas gubernur tapi jadi macan ompong," ujar salah seorang putra alm Sri Sultan HB IX, GBPH Prabukusumo, dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (3/12/2010) malam. Prabu adalah adik dari Sultan HB X.

Menurut dia, keputusan ini diambil pada Jumat kemarin dan akan diserahkan segera ke pemerintah pusat sebagai bahan pertimbangan dalam RUUK DIY. Dia berharap masih ada kemungkinan perubahan dalam pembahasannya nanti di Dewan.

"Kalau sultan tidak jadi gubernur, tak punya kewenangan. Nggak ada itu luar biasanya," tegasnya.

Dituturkan dia, sejarah pembentukan DIY telah diamanatkan dalam proklamasi 17 Agustus 1945. Pembentukan DIY kemudian diatur dalam UU No 3/1950, amanat Sultan HB IX tertanggal 5 September 1945 dan amanat Paku Alam VIII tertanggal 30 Oktober 1945.

Sedangkan terkait kepala pemerintahan ada dalam piagam kedudukan 19 Agustus 1945. Piagam ini diberikan Presiden Indonesia Soekarno kepada Kepala Negara di daerah Yogyakarta yakni Sultan HB IX dan Pangeran PA VIII. Piagam ini merupakan jaminan status istimewa bagi kedua kepala kerajaan yang telah bergabung dengan Indonesia.

Berikut ini bunyi piagam yang dikeluarkan Soekarno untuk Sultan HB IX:

Piagam Kedudukan Sri Paduka Ingkeng Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono IX
Kami, Presiden Republik Indonesia, menetapkan: Ingkeng Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono, Senopati Ing Ngalogo, Abdurrahman Sayidin Panotogomo, Kalifatullah Ingkang Kaping IX Ing Ngayogyakarta Hadiningrat, pada kedudukannya, Dengan kepercayaan bahwa Sri Paduka Kangjeng Sultan akan mencurahkan segala pikiran, tenaga, jiwa dan raga, untuk keselamatan Daerah Yogyakarta sebagai bagian daripada Republik Indonesia.

Diterangkan Prabu, ada 3 keistimewaan DIY yakni sejarah pembentukan pemerintahan DIY dalam NKRI, bentuk pemerintahan DIY setingkat provinsi yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Keistimewaan ketiga, kepala pemerintahan DIY dijabat Hamengku Buwono dan Paku Alam.

"Landasan hukumnya adalah UUD 1945, UU No 3/1950 (tentang Pembentukan DIY) dan UU No 32/2004 (tentang Pemerintahan Daerah) dengan tetap melaksanakan demokrasi yang diatur sesuai sila 4 Pancasila atau musyawarah mufakat melalui badan legislatif," tutur Prabu.

Sementara itu, draf RUUK DIY yang dipegang Kemendagri pada pasal 11 menjelaskan:

Parardhya Keistimewaan Yogyakarta adalah lembaga yang terdiri dari Sri Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam sebagai satu kesatuan yang mempunyai fungsi sebagai simbol, pelindung dan penjaga budaya, serta pengayom dan pemersatu masyarakat DIY.

Sedangkan pasal 21 ayat 3 berbunyi:
Pemilihan gubernur dan wakil gubernur dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan.

Pasal 22 ayat 2:
Parardhya dapat mengusulkan pemberhentian gubernur dan/atau wakil gubernur.

Pasal 23 poin c:
Melakukan konsultasi dengan Parardhya untuk urusan-urusan sebagaimana dimaksud pasal 5 ayat (2).

wah lisol iki pancen golongane wong sing pinter..ora ketinggalan berita pengetahuane ya amba...luar biasa cah mbarn ana sing ngene...mung gubernur jakarta ya dipilih lho sol..gebernur saiki fauzi bawa duk nalika kampanye ne saben saben muni 'serahkan ahlinya" mula saiki nek banjir , gubernure disemoni...jarene ahli???

ngono sol, dik lurah....

Asmaraningtyas wrote:

WAH mas sony kayane asyik banget nek diskusi karo bu lurah....

aku kok pingin yogya jd negara dhewe ya? dadi nek rep neng luar negri cedak...nyak nogiri apa klaten wis tekan luar negri....

Ass. Wr. Wb.

Motivasinipun Simbah As, kepengen yogya dadi negara dhewe, menawi badhe tindak dateng luar negeri supados cedhak, xixixixixi, [emange iso to Mbah, wong sakdurungu lungo panjenengan sampun di cekal je.......... kapurih mboten angsal tindak dateng luar negeri, kados ceritanipun salah sawijining Pati Polri ingkang inisial SD ingkang badhe dateng rumah sakit Singapore, nanging keburu di cekal dateng Bandara Soekarno Hatta he he he he mesakno tenan, . . . . . . . . .

Menawi yogya dados negara piyambak mbenjang mbok menawi panjenengan kulo dukung dados "Pak Lurah" he he he he, . . . . . . . . . peace Mbah, . . . . . . . .

Omong omong Mbah, kalau nanti jadi negara yogya, kayaknya akses darat tertutup oleh wilayah NKRI, satu satunya akses cuma melalui laut kidul yang sangat terkenal ombaknya ganas ganas dan ikan ikannya sangat doyan daging manusia [lihat peta wilayah yogya Mbah], kira kira dari segi geografis dan topografi yogya memang kurang ideal untuk memenuhi salah satu keinginan Mbah As, jadi saran saya baiknya mari kita kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi [dari sabang sampai merauke, dari miangas sampai pulau rote, bertumpah darah satu - tanah air indonesia, berbangsa satu - bangsa indonesia dan berbahasa satu - bahasa indonesia] seperti yang telah di cita-citakan dan sumpahkan oleh para pemuda pemudi pada masa itu diantaranya adalah para tokoh yogya terkenal : Ki Hajar Dewantara, KH. Ahmad Dahlan, DR. Hos. Tjokroaminoto dll. [kalau keleru mohon dibenarkan].


Wassalam,

lisol wrote:

SYA UPDATE INFO NGGIH...


Adik Sultan HB X: DPRD Yogyakarta Sepakati Penetapan
Rachmadin Ismail - detikNews



Jakarta - Sikap anggota DPRD Yogyakarta terhadap polemik RUUK DIY diklaim sudah bulat. Semua setuju dengan penetapan sultan sebagai gubernur DIY, bukan sebagai paradhya seperti usulan pemerintah.

"Penetapan penuh sebagai gubernur penuh. Bukan kata-kata manis sultan dimuliakan di atas gubernur tapi jadi macan ompong," ujar salah seorang putra alm Sri Sultan HB IX, GBPH Prabukusumo, dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (3/12/2010) malam. Prabu adalah adik dari Sultan HB X.

Menurut dia, keputusan ini diambil pada Jumat kemarin dan akan diserahkan segera ke pemerintah pusat sebagai bahan pertimbangan dalam RUUK DIY. Dia berharap masih ada kemungkinan perubahan dalam pembahasannya nanti di Dewan.

"Kalau sultan tidak jadi gubernur, tak punya kewenangan. Nggak ada itu luar biasanya," tegasnya.

Dituturkan dia, sejarah pembentukan DIY telah diamanatkan dalam proklamasi 17 Agustus 1945. Pembentukan DIY kemudian diatur dalam UU No 3/1950, amanat Sultan HB IX tertanggal 5 September 1945 dan amanat Paku Alam VIII tertanggal 30 Oktober 1945.

Sedangkan terkait kepala pemerintahan ada dalam piagam kedudukan 19 Agustus 1945. Piagam ini diberikan Presiden Indonesia Soekarno kepada Kepala Negara di daerah Yogyakarta yakni Sultan HB IX dan Pangeran PA VIII. Piagam ini merupakan jaminan status istimewa bagi kedua kepala kerajaan yang telah bergabung dengan Indonesia.

Berikut ini bunyi piagam yang dikeluarkan Soekarno untuk Sultan HB IX:

Piagam Kedudukan Sri Paduka Ingkeng Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono IX
Kami, Presiden Republik Indonesia, menetapkan: Ingkeng Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono, Senopati Ing Ngalogo, Abdurrahman Sayidin Panotogomo, Kalifatullah Ingkang Kaping IX Ing Ngayogyakarta Hadiningrat, pada kedudukannya, Dengan kepercayaan bahwa Sri Paduka Kangjeng Sultan akan mencurahkan segala pikiran, tenaga, jiwa dan raga, untuk keselamatan Daerah Yogyakarta sebagai bagian daripada Republik Indonesia.

Diterangkan Prabu, ada 3 keistimewaan DIY yakni sejarah pembentukan pemerintahan DIY dalam NKRI, bentuk pemerintahan DIY setingkat provinsi yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Keistimewaan ketiga, kepala pemerintahan DIY dijabat Hamengku Buwono dan Paku Alam.

"Landasan hukumnya adalah UUD 1945, UU No 3/1950 (tentang Pembentukan DIY) dan UU No 32/2004 (tentang Pemerintahan Daerah) dengan tetap melaksanakan demokrasi yang diatur sesuai sila 4 Pancasila atau musyawarah mufakat melalui badan legislatif," tutur Prabu.

Sementara itu, draf RUUK DIY yang dipegang Kemendagri pada pasal 11 menjelaskan:

Parardhya Keistimewaan Yogyakarta adalah lembaga yang terdiri dari Sri Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam sebagai satu kesatuan yang mempunyai fungsi sebagai simbol, pelindung dan penjaga budaya, serta pengayom dan pemersatu masyarakat DIY.

Sedangkan pasal 21 ayat 3 berbunyi:
Pemilihan gubernur dan wakil gubernur dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan.

Pasal 22 ayat 2:
Parardhya dapat mengusulkan pemberhentian gubernur dan/atau wakil gubernur.

Pasal 23 poin c:
Melakukan konsultasi dengan Parardhya untuk urusan-urusan sebagaimana dimaksud pasal 5 ayat (2).

Terima kasih bu lurah updatenya, di tunggu update update selanjutnya,

Salam,

ra masalh mas sony..diperbatasan tuh dinegara mana juga kita bisa kok blusukan...
bhakan kalau dieropa tuha ada kereta apai yg jurusan antar negara...kita nanti bisa begitu juga dg indonesia ..masih ada kereta apai argo lawu ke jawatimur.....luar negri...terus nanti kita adakan lomba pidato bahasa jawa antar negara...hebat to?

Asmaraningtyas wrote:

ra masalh mas sony..diperbatasan tuh dinegara mana juga kita bisa kok blusukan...
bhakan kalau dieropa tuha ada kereta apai yg jurusan antar negara...kita nanti bisa begitu juga dg indonesia ..masih ada kereta apai argo lawu ke jawatimur.....luar negri...terus nanti kita adakan lomba pidato bahasa jawa antar negara...hebat to?

Ass. Wr. Wb.

[koreksi Mbah] Argo Lawu cuma sampe Solo Balapan- Jawa Tengah gak sampe jawa timur, bisa bisa nanti kalau impiannya Mbah As terwujud itu kereta dari Gambir gak lewat Tugu lagi, bisa bisa langsung lewat semarang, . . . . . . BTT aja yuk, . . . . . .

Wassalam,

ya jenenge we wong ndesa rung tau numpak sepur.....mangaf..
hidup yogya....merdeka....

Asmaraningtyas wrote:

ya jenenge we wong ndesa rung tau numpak sepur.....mangaf..
hidup yogya....merdeka....

Ass. Wr. Wb.

Ha ha ha ha, . . . . . ngono kok yo arep merdeka to Mbah, . . . . . . . . . . . . . . . biasane ki wong ndeso ki identik karo wong cilik, lha biasane wong cilik ki nurut kekarepane Sri Sultan, lha nek Sri Sultane we hura arep merdeka, gek sing arep di merdekake ki yo opo to Mbah ? he he he, peace Mbah, . . . . [jalur numpak sepur gratis = numpak seko tugu turun neng lempuyangan, yen hura melu langsiran nggandul nang lokomotif lumayan tekan tetek sepur Badran], . . . .

Wassalam,

wah aku ngertine mung karang mojo nek ndadak neng negara ki njur adoh rasane...po menh mung rep ngandul sepur...ora wae ah...kejaba..sri sultan mengumumkan kemerdekaan DIY.....

wah...diskusinya makin asik ja ne,,
emmm...mungkin inilah wujud nyata dari keistimewaan Jogja...yaa dgn adany forum2 sperti ini, bisa utk urun rembug.
namun, sebenarnya tak hanya itu keistimewaan Jogja tapi juga krn sebagian besar masyarakatnya jg kritis dan sangat peduli dengan perkembangan kotanya, seperti mas-mas berdua ini. makanya, sayang banget kalo sampe Indonesia itu mau melepas salah satu aset istimewanya ini.

apapun yg akan terjadi nanti,, 1 hal yg pasti dan tidak bisa diganggu gugat yaitu...JOGJA AKAN TETAP DAN SELALU ISTIMEWA....salam Jogist (Jogja istimew)....nuwun

ah rame meneh nek ngobrole karo bu lurah.....barang, piye bu?

lha yaa monggo dilanjuuut....


kemaren nek jenengan semua sempet liat berita di tipi mesti gumujeng,, lha aneh2 wae koq mosok katanya menurut hasil survei hampir 70% rakyat Jogja setuju pemilukada utk gubernur,, katane itu survei dari tahun 2007 hingga 2010. pendapat ini disampaikan oleh bapak Joehermansyah.
jelas langsung diprotes oleh sebagian besar rakyat Jogja, bahkan beberapa pengamat politik seperti yg disampaikan dlm acara Todays Dialog di Metro tv kemarin malam sama sekali menolak hasil tersebut. mereka masih mempertanyakan kevalidan dari survei tersebut.

aneh2 saja para petinggi negeri ini....




sya update info yg terkait dgn postingan sya ini....

info ttg survei...


Survei Menjadi Acuan Kemdagri
Minggu, 5 Desember 2010 | 02:46 WIB

Jakarta, Kompas - Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Djohermasyah Djohan menegaskan, dalam menyusun RUU Keistimewaan Yogyakarta, pemerintah mengacu pada survei. Survei menunjukkan, 71 persen responden menghendaki pemilihan.

”Kami punya data survei, 71 persen rakyat DIY menghendaki pemilihan langsung,” kata Djohermasyah dalam Diskusi ”Daerah Istimewa Kecewa” di Trijaya FM, Jakarta, Sabtu (4/12).

Hasil survei Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) itu yang menjadi bahan pertimbangan pemerintah bahwa pengisian jabatan Gubernur-Wagub Yogyakarta melalui pemilihan.

Data survei yang menjadi pegangan Kemdagri itu bertolak belakang dengan hasil jajak pendapat Kompas yang dilakukan sejak tahun 2008 hingga 2010. Ketika ditanya apakah sebaiknya Gubernur DIY dipilih langsung oleh rakyat atau penetapan, sebagian besar masyarakat Yogyakarta menginginkan penetapan. Angkanya antara 53,5 persen dan 79,9 persen (Kompas, 2/12).

Pemerintah, kata Djohermasyah, sudah sejak lama mengakui keistimewaan Yogyakarta. Hal itu dibuktikan dengan penyusunan RUUK DIY. Kemdagri menargetkan, penyusunan naskah RUUK dapat segera diselesaikan sehingga sudah dapat diajukan kepada DPR pada Desember ini. Pemerintah menargetkan RUUK DIY sudah dapat disahkan menjadi undang-undang paling lambat tahun 2011.

Namun, para kepala desa siap memboikot pemilihan umum kepala daerah. ”Kami para kepala desa yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Saya dan teman-teman siap memboikot pemilu kepala daerah jika pemerintah tetap memaksakan pemilihan dalam RUUK DIY,” tutur Ketua Persatuan Rakyat Desa (Parade) Nusantara DIY Jiono seusai diskusi.

Jiono meminta pemerintah mempertimbangkan sejarah serta kearifan lokal Yogyakarta dalam menyusun RUUK DIY. Bagi masyarakat Yogyakarta, jabatan gubernur itu melekat pada Sultan Hamengku Buwono. Karena itulah masyarakat menginginkan Sultan HB dan Paku Alam otomatis ditetapkan jadi gubernur dan wakil gubernur. Keinginan itu sama sekali tidak didasari motif politik ataupun kekuasaan.

Ahli hukum tata negara, Irmanputra Sidin, dalam diskusi itu juga mengingatkan pemerintah untuk mempertimbangkan kearifan lokal Yogyakarta. ”Kata kuncinya satu, yakni kearifan. Kearifan lokal dan kearifan Presiden dalam mengambil keputusan,” katanya.

Menurut dia, pengisian jabatan gubernur-wagub melalui mekanisme penetapan tidak melanggar konstitusi karena telah dijamin dalam Pasal 18 UUD 1945. Selain itu, seluruh perwakilan daerah pun telah menyepakati penetapan Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam yang sedang bertakhta menjadi Gubernur dan Wagub DIY.

”Itu sudah konstitusional, seluruh anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) sudah menyepakati penetapan. DPD itu, kan, wakil dari seluruh daerah di Indonesia, jadi sebenarnya sudah selesai semua, sudah konstitusional,” papar dia.

Sebanyak 132 anggota DPD menyepakati penetapan Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam menjadi gubernur dan wagub sebagai satu dari tujuh keistimewaan Yogyakarta. Klausul penetapan itu masuk dalam naskah RUUK DIY yang disusun DPD dan sudah diserahkan kepada DPR pada Oktober lalu.

Raja tidak salah

Secara terpisah di Palembang, Sumatera Selatan, Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, hak istimewa yang dimiliki DIY harus dihargai. Namun, bentuk penghargaan itu harus diformulasikan, apakah Sultan memiliki wewenang mengurus wilayah, mengurus keuangan, atau kewenangan lain.

Marzuki mengkhawatirkan, seandainya pelaksana pemerintahan DIY melakukan kesalahan administrasi atau kesalahan prosedur dalam pemerintahan yang berdampak hukum. ”Jangan sampai ada prinsip raja tidak pernah salah. Raja tidak pernah salah karena raja sebagai ratu adil. Nanti hukum susah ditegakkan. Itu yang harus kita pertimbangkan,” ujarnya. (NTA/WAD)

saingan survei dari kompas dan sepertinya lebih valid....



Survei Kompas 2008-2010
79 Persen Warga DIY Tolak Pemilihan
Senin, 6 Desember 2010 | 10:21 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Data survei yang menjadi pegangan Kementerian Dalam Negeri bertolak belakang dengan hasil jajak pendapat Kompas yang dilakukan sejak tahun 2008 hingga 2010.

Ketika ditanya apakah sebaiknya Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dipilih langsung oleh rakyat atau penetapan, sebagian besar masyarakat Yogyakarta menginginkan penetapan. Angkanya mencapai antara 53,5 persen dan 79,9 persen (Kompas, 2/12/2010).

Sebelumnya, Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Djohermasyah Djohan sempat menegaskan, dalam menyusun RUU Keistimewaan Yogyakarta, pemerintah mengacu pada survei. Tanpa menyebutkan lembaga yang melaksanakan survei, ia mengatakan bahwa hasil survei menunjukkan, 71 persen responden menghendaki pemilihan.

”Kami punya data survei, 71 persen rakyat DIY menghendaki pemilihan langsung,” kata Djohermasyah dalam diskusi ”Daerah Istimewa Kecewa” di Trijaya FM, Jakarta, Sabtu (4/12/2010).

Hasil survei Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) itulah yang lalu menjadi bahan pertimbangan pemerintah bahwa pengisian jabatan gubernur-wagub Yogyakarta melalui pemilihan.

monggo...silahkan dibaca info dri sya...


matur nuwun...

salam Jogist...Jogja Istimewa...

tak melu nyimak, nek wes merdiko arep siap2 nggawe passpor ...

apakah teman-teman ada yg ikut berunjuk rasa di depan DPRD Djogja?



salam Jogist...Jogja Istimewa,,, untukku, untukmu dan untuk kita....