Korban tewas terus bertambah dalam penyerangan kapal Mavi Marmara dan 5 kapal lain dalam Armada Kebebasan (Freedom Flotilla) yang dilakukan pasukan Israel.
Hingga kini sebanyak 10 orang diyakini telah syahid dalam penyerangan terhadap konvoi enam kapal kemanusiaan di perairan Gaza tersebut.
Demikian menurut organisasi Free Gaza Movement, seperti diberitakan Al Jazeera, Senin (31/5/2010). Free Gaza Movement merupakan kelompok yang mengorganisir keberangkatan armada Freedom Flotilla ini.
Menurut kelompok tersebut, enam kapal yang ikut dalam konvoi kemanusiaan ini saat ini sedang diderek menuju Kota Haifa, Israel dan bukan menuju Kota Ashdod guna menghindari para jurnalis yang telah menanti.
Kapal Mavi Marmara dan 5 kapal lain dalam Armada Kebebasan (Freedom Flotilla) diserang tentara Israel. Kapal tersebut dibawa Israel ke suatu tempat dan nasib 12 WNI di kapal tersebut belum diketahui.
“Kapalnya sekarang dibawa Israel ke tempat yang belum kita ketahui. 12 WNI di kapal itu juga belum ada yang bisa kita telepon,” kata Direktur Operasional Sahabat Al Aqsha, Amirul Iman, Senin (31/5/2010).
Menurut Amirul, seluruh WNI berada di kapal Mavi Marmara. Kapal ini membawa 700 aktivis dari sekitar 50 negara. Armada Kebebasan juga terdiri dari 3 kapal barang dan 2 kapal penumpang kecil.
“Kapal-kapal yang lain juga tidak jelas nasibnya,” katanya.
Sementara itu situs-situs yang memberitakan penyerbuan di lepas pantai Gaza tidak bisa diakses. Sahabat Al Aqsha berkomunikasi dengan IHH (Insani Yardim Fakvi), lembaga kemanusiaan Turki yang menjadi koordinator tim bantuan itu, hanya lewat Twitter dan Facebook IHH.
“Komunikasi kita tinggal lewat Twitter dan Facebook IHH. Karena kita juga tidak bisa menelepon teman-teman kita,” ujar Amirul.
Ada 12 WNI di Mavi Marmara. Mereka terdiri dari wakil tiga lembaga swadaya masyarakat KISPA, MER-C (Medical Emergency Rescue Committee), dan Sahabat Al-Aqsa. Dari 12 orang itu, juga ada lima wartawan, yaitu Aljazeera Indonesia, TV One, Hidayatullah.com, Majalah Alia, dan Sahabat Al Aqsha.
Sementara itu, DPR mengecam serangan Israel tersebut dan meminta PBB turun tangan. Anggota Komisi I DPR Almuzammil Yusuf meminta pemerintah Indonesia segera mengambil tindakan dengan meminta PBB bersikap atas kasus ini.
“Pemerintah kita harus menekan PBB untuk memaksa Israel melakukan diplomasi dengan Palestina dan menempuh jalur perdamaian. Karena tidak ada lagi yang bisa menghentikan Israel kecuali Amerika,” kata Muzammil kepada detikcom, Senin (31/5/2010).
Menurut politisi PKS ini, pertemuan SBY dengan Presidan AS Barrack Obama harus dimanfaatkan juga untuk membahas masalah konflik Israel-Palestina. Apalagi beberapa waktu lalu SBY sudah bertemu dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas.
“Pemerintah Indonesia harus menyampaikan semangat perdamaian untuk Palestina langsung ke PBB dan Presiden AS. Pertemuan dengan Obama dalam waktu dekat harus dimanfaatkan pemerintah Indoensia untuk mendesak AS menengahi konflik Israel dan Palestina,” pintanya.
Anggota Komisi I DPR ini menilai penembakan kapal misi kemanusiaan sudah sangat melanggar HAM. Karena itu semua kekuatan negara Islam harus bersatu menghadapi Israel dengan berbagai cara dan daya yang dimiliki.
“Israel sudah terlalu sering melakukan kejahatan kemanusiaan. Jangankan kapal misi kemanusiaan, rumah sakit dan sekolah saja mereka bom. Kejahatan Israel terus-terusan sekalipun ganti Perdana Menteri. Negara Arab seharusnya bisa memaksa Israel,” jelasnya. (fay/asy/yid/ita/dtc)
sumber :dakwatuna.com –