Orangtua harus menghindarkan anak-anaknya dari makanan yang mengandung MSG (monosodium glutamate)
Susu berkolostrum diyakini mampu mengatasi depresi pada anak karena kandungan zat "laktalbumin" dalam susu berwarna kekuning-kuningan itu dapat merangsang perkembangan otak.
Sekretaris Dinas Peternakan (Disnak) Jawa Timur, Henny Muhardini, di Surabaya, Selasa (6/4) malam, mengatakan, untuk mengatasi depresi pada anak tidak cukup dengan memberikan terapi psikologis, melainkan juga memerlukan asupan makanan dan vitamin yang sesuai.
"Untuk itu, makanan yang mengandung vitamin B5 dikenal sebagai pencegah depresi dan menambah ketahanan tubuh," katanya.
Ia menyebutkan beberapa jenis makanan yang memiliki kandungan vitamin B5 dalam jumlah besar, di antaranya tomat, kuning telur, susu, yogurt, keju, gandum, dan kacang-kacangan.
"Jenis susu yang bagus untuk anak yang mengalami depresi adalah susu yang berkolostrum," katanya menjelaskan.
Menurut dia, zat "laktalbumin" dipercaya mampu memproduksi "serotonin" dan "albumin". Kedua zat itu mendorong munculnya perasaan baik pada diri seseorang.
Perasaan baik itu dapat menimbulkan rasa senang dan dengan cepat suasana hati pun menjadi nyaman. Suasana hati semacam ini sangat dibutuhkan anak yang tengah depresi.
"Sebaliknya, para orangtua harus bisa menghindarkan anak-anaknya dari makanan yang mengandung MSG (monosodium glutamate) dan minuman bersoda karena dapat memicu timbulnya depresi," katanya menyarankan.
Henny menambahkan, susu segar yang baru saja diperah dari sapi atau kambing dapat mengalami perubahan kualitas, apabila tidak diperlakukan secara benar, terjaga, dan higienis.
Susu yang rusak akan mengalami penurunan kualitas akibat pengaruh suhu penyimpanan yang ditandai dengan perubahaan warna dan baunya pun tidak khas susu segar.
Bila diuji di laboratorium akan ditemukan cemaran mikroba yang tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Susu yang kondisinya seperti itu tidak layak dikonsumsi, bahkan akan berdampak negatif bagi yang mengkonsumsinya.
Sesuai SNI, susu segar harus organoleptiknya tidak berubah, warnanya putih kekuningan, bau, dan rasanya khas susu segar.
"Biasanya susu segar akan menurun kualitasnya jika dalam waktu tiga jam tidak didinginkan, sehingga akibatnya mikroba akan berkembang dengan cepat dan akhirnya kualitas susu menurun," katanya.
Susu sebagai makanan bergizi, namun juga menjadi tempat yang baik untuk perkembangan mikroba. Susu segar tidak lagi berkualitas, jika disimpan pada suhu 20 hingga 30 derajat Celsius.
Susu yang disimpan pada suhu empat derajat Celcius mampu bertahan kualitasnya sampai lebih dari 100 jam, pada suhu 10 derajat Celsius tahan tahan hingga 89 jam, dan pada suhu 15 derajat Celsius tahan 35 jam.
Sementara itu, pada suhu 20 derajat C, susu tahan sampai 19 jam dan pada suhu 30 derajat Celcius hanya sampai 11 jam. Demikian pula jumlah mikroorganismenya juga akan berubah setelah waktu 24 jam.
"Biasanya waktu simpan susu yang ideal jika susu tersebut untuk diolah adalah jika kadar mikroorganisminya tidak melebihi 1x10 pangkat 6 CFU/ml," kata Hanny.
Suhu di tempat penampungan susu (TPS) rata-rata satu sampai lima derajat Celcius dalam waktu empat jam dan kualitas susu yang dihasilkan tergantung perlakuan terhadap kebersihan hewan ternak, peternak, dan pengumpul susu.
Demikian pula peralatan yang digunakan. Susu segar mengandung protein dan kalsium standar dalam jumlah cukup, yakni mengandung 11 asam amino esensial dan kadar kalsium sekitar 1,15 gram per liter susu.
Jumlah kalsium itu memenuhi kebutuhan orang dewasa, yakni 1,0 gram per hari. Wanita hamil, bayi, balita, dan anak-anak perlu kalsium 1,0 gram per hari, sedangkan ibu menyusui perlu 2,0 gram per hari. [ant/www.hidayatullah.com]