By Republika Newsroom
MAKASSAR – Rumah sakit gratis yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin di kota Makassar, akan beroperasi Rabu (6/1) besok. Rumah sakit yang diberi nama RS Sayang Rakyat ini, untuk tahap awal akan beroperasi dengan 120 tempat tidur. Sementara target pembangunannya, seluruhnya adalah 1.000 tempat tidur.
Penjabat direktur RS Sayang Rakyat, dr Khasma Padjalangi mengatakan, untuk memenuhi dan peningkatan pelayanan, saat ini, masih dibutuhkan sekitar 221 paramedis. Terdiri dari 200 perawat, empat dokter ahli dan 17 dokter umum. Pengoperasi tahap awalnya pun, RS Sayang ini belum melayani rawat inap, tapi baru rawat jalan saja.
Rumah sakit ini, berdiri di atas lahan seluas lima hektare. Lokasinya berada di kelurahan Bulurokeng, kecamatan Biringkanaya, salah satu kecamatan yang memiliki penduduk miskin cukup padat. RS ini menelan anggaran APBD sebesar Rp 9 miliar, dan APBN sebesar Rp 18 miliar.
Fasilitas yag dimiliki RS ini di antaranya, gedung poliklinik, apotek, ruang radiologi, laboratorium, ICU, ruang nifas, serta ruang perawatan. ‘’Ruang perawatan ini yang sedang kita benahi, yang ada saat ini baru shower. Kita sedang upayakan penampungan untuk mengantisipasi jika air tidak mengalir,’’ ujar Khasma.
Menanggapi kehadiran RS kelas III ini, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Sulsel, Wahidah Burhanuddin Upa mengatakan, pihaknya menyambut baik program tersebut. ‘’Kalau rakyat memiliki pendidikan, pola pikirnya akan lebih baik. Begitu juga jika rakyat sehat, mereka tentunya mampu bekerja mengubah kondisi kehidupannya,’’ ujarnya.
Dia juga berharap, program gratis ini dilakukan sepenuh hati dan tidak ada lagi ‘penodongan’ biaya obat ketika pasien rakyat miskin baru masuk. Selama ini, menurutnya, pasien maupun keluarga pasien sering diharuskan menebus resep obat di luar RS dengan alasan obatnya tidak tersedia di RS. ‘’Selain itu, masalah transportasi ambulance untuk pelaksanaan rujukan dari Puskesmas ke RS, juga paling sering dihadapi masyarakat miskin dan biayanya mahal,’’ ujar Wahidah. andina/pur