SUMBER :www.dakwatuna.com
Ba’asyir: Jihad Belum Perlu Dengan Senjata
Alam Islami
14/8/2009 | 22 Sya'ban 1430 H |
Oleh: Tim dakwatuna.com
dakwatuna.com – Yogyakarta, Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Mukmin, Ngruki, Solo, Ustaz Abubakar Ba’asyir menegaskan, jihad sebagai amalan tertinggi dalam ajaran Islam belum perlu dilakukan dengan senjata. “Ijtihad (niat) yang mendasari pengeboman di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton Jakarta pada 17 Juli 2009 belum tepat. Mengapa harus mengebom tempat aman,” kata Ba’asyir usai memberikan ceramah di sela-sela acara Muslim Fair di Yogyakarta, Jumat (14/8).
Menurut dia, jihad dengan senjata baru bisa dilakukan jika umat Islam diusik dengan senjata. “Selama hal itu (diusik dengan senjata, red.) belum dilakukan, maka satu-satunya cara untuk memperjuangkan Islam adalah melalui dakwah yang kuat,” katanya.
Jihad di Indonesia, kata Ba’asyir, lebih tepat dilakukan dengan syiar dakwah dan tidak perlu melakukan serangan dengan menggunakan bom seperti yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini. Meski demikian, ia mengaku tidak dapat menyalahkan secara mutlak pihak-pihak yang menempuh jalan dengan melakukan aksi pengeboman, seperti di Bali dan Jakarta.
Ia menolak tuduhan apabila Ponpes Al-Mukmin mengajarkan Islam bergaris keras. “Kami mengajarkan ajaran Islam sesuai konsep Allah dan Rasul. Jadi ajaran Islam kami adalah ajaran yang lurus, bukan keras,” katanya.
Baasyir mengaku bangga apabila dituduh mengajarkan jihad kepada santri di pondok pesantren miliknya. “Sebagai mubalig, saya bersyukur dapat mengajarkan jihad. Tetapi saya mengajarkan jihad dalam konsep yang benar,” katanya.
Mantan Pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia (MMI)itu kembali menegaskan bahwa dirinya bukan guru tersangka utama sejumlah aksi terorisme di Indonesia, Noordin M Top. “Jika ada yang mengatakan demikian (guru Noordin M Top,red.), maka hal itu adalah fitnah dan semata-mata untuk membatasi gerak saya dalam berdakwah,” katanya.
Ia mengaku tidak pernah sama sekali berinteraksi dengan Noordin M Top. “Mungkin dia mengenal saya, tetapi saya tidak mengenalnya,” katanya.
Baasyir mengaku mengenal seorang guru di pondok pesantren yang kebetulan bernama Noordin saat berada di Malaysia pada 1985-1999. “Saya tegaskan, Noordin yang saya kenal bukan Noordin M Top yang kini sedang dicari-cari pihak kepolisian,” katanya.
]Remaja Waspadai Bujukan “Jalan Pintas Masuk Surga”
Alam Islami
14/8/2009 | 22 Sya'ban 1430 H |
Oleh: Tim dakwatuna.com
dakwatuna.com – Medan, Para remaja diimbau untuk tidak mudah terprovokasi untuk mencari jalan menuju surga secara pintas yang memang merupakan idaman seluruh umat Islam.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Sumatera Utara, Prof. Dr. H Abdullah Syah, kepada ANTARA di Medan, Jumat, mengatakan, dalam menjalankan ketaatan dalam menunaikan ajaran-ajaran agama Islam sesuai yang diperintahkan agama, harus sesuai tuntunan yang sebenarnya.
Hal tersebut penting untuk diperhatikan, agar mereka tidak terjerumus pada paham-paham yang menyesatkan remaja dengan berbagai iming-iming surga dengan cara yang sesat.
Menurut Abdullah, remaja disarankan untuk banyak belajar ilmu agama secara serius, agar dengan pengetahuan agama yang baik tersebut tidak mudah terpengaruhi oleh paham-paham aliran sesat.
Permasalahan masuk surga atau tidak, lebih baik diserahkan kepada Tuhan. Ganjaran masuk surga pasti diberikan kepada hambaNya yang benar-benar taat menjalankan perinta Tuhan.
Untuk itu, para remaja harus menuntut ilmu agama dari seorang yang memang memiliki ilmu agama dan pemahaman islam yang baik.
Upaya tersebut penting dilakukan, agar para remaja tidak mudah terpengaruhi dengan ide-ide liar dari pihak menyesatkan, termasuk provokasi untuk melakukan bom bunuh diri agar cepat masuk surga.
Dekan Psikologi Universitas Medan Area, Irna Minauli,M.Psi mengataan, kecenderungan remaja yang memiliki idealis yang tinggi sangat berpotensi menjadi “target” perekrutan anggota baru untuk menjadi bagian dari golongan teroris.
Hali itu disebabkan faktor “sense of belonging” mereka yang sangat tinggi terhadap sebuah golongan tertentu yang mereka masuki.
Selain itu, keinginan menjadi pahlawan di golongan tertentu menjadi pendorong mereka untuk melakukan apa saja sesuai paham yang ditanamkan di golongan tersebut. Untuk itu, remaja perlu berdiskusi dengan banyak pihak dan sudut pandang yang berbeda, agar pemikiran mereka lebih luas dan tidak melihat dari satu sudut pandang hitam atau putih. ant/taq/rep