Berbagi Kata-kata
Setap hari susan menuliskan kata-kata yang menghibur, motivasi, atau sekedar lelucon pada secark kertas yang kemudian di masukkan ke dalam kotak makan siang Dodi anak lelakinya.
Sepulang sekolah, bocah kelas 4 SD itu selalu mengembalikan kotaknya. Setiap kali kotak plastik kembali, kertas tulisan itu pun masih utuh didalamnya. Terkadang Susan bertanya-tanya, dibaca nggak sih tulisan-tulisan itu? Meski begitu, ia terus melakukan hal yang sama setiap pagi.
Suatu siang, seperti biasa, Dodi mengembalikan kotak. Anehnya, kertas tulisan itu tidak ada. Susan bertanya, "Sayang, kemana kertas tulisan Mama?" yang ditanya menjawab kalem, "Tadi aku kasih Rosa." Dodi melanjutkan ucapannya, "Ibu Rosa tidak memberi kertas kayak gitu. Saya pikir ia bisa menggunakan punyaku."
"Oh, begitu?" jawab Susan.
"Rosa tadi cerita, Mbaknya (pengasuh, Red) lagi sakit. Ia sedih." Tanpa ditanya lebih lanjut Dodi menjelaskan. "Kalau gitu besok Mama bikinin tulisan untuk dia, ya! Kalau nggak, akan aku kasih cacatan Mama hari Rabu lalu. Isinya cukup bagus kok."
Susan terpana mendengar kalimat sang anak. Keraguannya seketika lenyap. Ternyata, Dodi tidak hanya menghargai tulisan-tulisan pada kertas tersebut, tapi justru memperlakukannya sebagai barang berharga yang layak diberikan kepada orang lain.
Terkadang orang dewasa pun perlu berkaca dari dunia anak-anak. Sebagai bocah, Dodi sudah berusaha menjadi manusia komplet, ingin menjadi menjad bagian dari hidup orang lain. Di kala temannya sedih ia merasa perlu membagi yang ia punya, meski sekedar kata-kata di atas kertas. [] djs []INTISARI