Bagi siswa SMA mungkin hari ini adalah hari yang sangat menegangkan. Hati berdebar-debar menyambut datangnya UAN. Berbagai persiapan untuk sukses UAN (atau UN?) sudah dilaksanakan. Tinggal eksekusi dan menunggu hasilnya: LULUS / TIDAK LULUS
Ada persiapan yang positif misalnya dengan meningkatkan pemahaman terhadap materi dan mengasah kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal secara cepat dan tepat. Disamping itu juga meningkatkan intensitas dan kualitas do’a kepada Tuhan. Dengan demikian menjadi siap menghadapi UAN dengan penuh percaya diri, yakin bahwa dia akan bisa mengerjakan soal-soal dan akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Tapi ada juga yang melakukan persiapan ‘nyeleneh’. Misalnya dengan sibuk membangun ‘jaringan’ dengan teman-teman yang dianggap mumpuni dalam mata pelajaran tertentu. Secara pribadi dia sangat tidak siap menghadapi UAN karena tidak menguasai materi.
Dia hanya mengandalkan belas kasihan dan kekompakan ‘jaringan’ yang telah dibentuknya. Lulus tidak lulus malah semakin menggantung. Lulus satu lulus semua. Tidak lulus satu tidak lulus semua!!!
Persiapan negatif yang lain adalah dengan sibuk mencari BOCORAN SOAL UAN. Momen ini kemudian dimanfaatkan oleh orang yang ingin mengeruk keuntungan pribadi dengan menjual ‘bocoran soal UAN’ dengan harga mencapai jutaan rupiah. Bocoran betulankah yang dijual itu? Tidak ada yang menjamin.
Kalau toh ternyata terbukti itu bukan bocoran betulan, sang penjual bocoran bisa berkilah: “lha kan ada banyak tipe soal UAN”. Begitu saja sudah selesai. Jika ternyata bocoran itu palsu sepertinya tidak mungkin akan dilaporkan ke polisi. Itu sama saja dengan membongkar aib diri sendiri dan juga mempermalukan citra sekolah.
Nah, daripada mencari bocoran soal UAN yang sudah pasti mahal tetapi belum tentu valid, buat yang besok mau UAN lebih baik melakukan persiapan pribadi. Terus belajar dan berdo’a semoga bisa melaksanakan UAN dengan lancar. Tidak mencret atau kebelet pipis ketika waktunya mengerjakan, bisa mengerjakan sebagain besar soal dengan jujur dan kemudian lulus dengan nilai memuaskan.
Bagi pihak sekolah dan dinas jangan ikut-ikutan tidak percaya diri dan kemudian melegalkan (apalagi menganjurkan) praktik kecurangan.
Memang seharusnya pihak sekolah-lah yang menentukan sendiri apakah siswanya lulus atau tidak, berdasarkan rangkaian ujian yang holistik, bukan hanya UAN. Namun karena sistemnya sudah seperti ini, mau tidak mau sementara ikuti saja, sambil terus mendorong caleg pilihan Anda untuk memperjuangkan masalah pendidikan ini.