saat-saat motor keluaran terbaru yang menawarkan bodi mentereng dipasarkan, vespa sempat terpuruk dan menjadi barang ‘kuno’. Vespa-vespa tua – tahun 1970-an ke bawah - seperti kehilangan kekuatannya untuk bersaing di jalan raya.
Sebagian besar vespa akhirnya pensiun. Namun, tahun 1994, para penggemar vespa tua mulai menarik perhatian ketika muncul dengan vespa yang telah dimodifikasikan sedemikian rupa, apalagi ketika berada di jalan raya.
Modifikasi vespa yang unik pun menarik satu demi satu penggemar vespa lainnya, sehingga mampu meraih simpati dan mendapat tempat di masyarakat. Apalagi kemudian para penggemar ini membentuk klub vespa dengan nama semox. Gairah berkendaraan vespa tua meningkat, vespa-vespa berbagai merk yang sudah ‘pensiun’ diburu bahkan yang sudah jadi rongsokan pun hendak dihidupkan lagi. “Saya membeli vespa Kongo dari dua karung rongsokan,” kata Hambali yang kemudian merakit sendiri vespa tahun 1964 tersebut.
Kini vespa tua tidak lagi bisa gampang didapatkan di wonosari mengingat penggemar vespa sudah memburunya sejak kemunculannya kembali. “Vespa tua lebih diburu namun sulit didapatkan,” ungkap Zaeni Muhammad, penggemar vespa yang memodifikasikan vespa PX-nya menjadi unik dan nyaman dikendarai. “Makin tua makin diburu,’ ujarnya.
Satu Bengkel dan Merk Oli
Modifikasi terhadap vespa selain unik, juga lebih fungsional dan artistik. Hal inilah yang dilakukan seorang penggemar vespa yang juga pendiri klub vespa pertama di NTB, Zaeni Muhammad. Modifikasi ‘habis-habisan, dilakukannya tanpa mengubah anatomi asli vespa PX yang ketika dibelinya dulu seharga Rp 1,5 juta. “Mesin dan bodi tetap standar,” akunya. Kecintaannya pada vespa, katanya, membuat ia ‘gila-gilaan’ memodifikasikan tunggangannya. Sebanyak 15 lampu dipasang secara unik memenuhi bagian depan vespanya. Enam 6 kaca spion dipasang di kanan, kiri, atas dan bawah sampai dengan boks-boks untuk menyimpan peralatan. Ditambah lagi winsel penahan angin, ban serep, sandaran pembonceng dan besi-besi pengaman di sekeliling bodi yang berfungsi sebagai sandaran kaki dan pelindung jika terjadi kecelakaan. Ketika memodifikasikan vespanya ia memakai konsep touring, semua berfungsi. “Semuanya hand made (buatan tangan),” kata seniman yang mengaku memanfaatkan besi-besi kursi yang tidak terpakai untuk memodifikasikan vespanya. Semua perlengkapan yang dipasangnya melalui proses pertimbangan yang matang agar seluruh bagian vespanya, kanan-kiri, muka dan belakang, seimbang.
Zaeni yang kerap melakukan touring bersama rekan-rekannya ini telah menyapu seluruh NTB, Bali, Surabaya, Jakarta, Semarang, Lampung, Palembang dan kota lainnya. Ketahanan dan ketangguhan vespa baginya, sangat menakjubkan. “Tidak ada masalah dengan tanjakan dan mesin tidak gampang lelah,” ujarnya. Maka, ketika sedang touring istirahat bukan ditentukan vespa tapi ketahanan fisik pengendaranya. Baginya, meski vespa identik dengan mogok, ia punya tips sendiri terhadap perawatan vespa sehingga vespanya bisa dikatakan jarang mogok. “Gampang, setia pada satu bengkel dan jangan mengganti merk oli,” ujar guru ini.
Penggemar vespa sepertinya tidak perlu merasa khawatir terhadap ketersediaan spare part vespa karena sangat gampang didapatkan, relatif murah dan terjangkau baik yang asli maupun imitasi. “Teliti saat membeli karena sangat tipis bedanya antara yang imitasi dan asli,” pesannya.
Bengkel vespa juga gampang ditemukan . “Jadi tidak perlu khawatir punya vespa meski butut sekalipun” ujarnya. – niek
Wisata Vespa Hobi yang Menghasilkan
HOBI dan kecintaan merupakan hal yang tidak terpisahkan dari diri penggemar vespa. Berbagai keunikan modifikasi dilakukan hingga membuat gandengan vespa yang bernama sespan. Kalau vespa saja hanya bisa menggandeng seorang, maka sespan mampu menggandeng dua hingga tiga orang. BOSS (Boys Owner Scooter Sespan) memprakarsai terbentuknya klub sespan . sespan sementara ini hanya ada 10,” kata Hambali, montir vespa, modifikator sekaligus pembuat sespan. Lalu, apa yang dilakukan dengan sespan? Ternyata bukan sekadar hobi dan kecintaan. “Sespan bisa menghasilkan,” ujarnya.
Sejak dua tahun lalu, Ambe, demikian Hambali biasa disapa, menemukan cara mencari tambahan penghasilan dari hobi dan kecintaannya pada vespa. Dengan sespan ia menawarkan wisata keliling . Wisata menggunakan vespa ini bisa dibilang baru pertama kali dilakukan. Berawal dari seringnya bersentuhan dengan dunia pariwisata , ia dan kawan-kawannya menemukan ketertarikan unik menjual jasa wisata mengantar tamu mancanegara mengendarai sespan. “Tidak harus dipesan khusus, ketemu wisatawan di jalan yang ingin keliling kota dengan sespan pun tak masalah,” kata Ambe yang kadang menyebut usaha ini dengan ngojek.
Tapi, sejauh ini ia telah memiliki link dengan hotel-hotel yang akan menawarkan wisata sespan tersebut kepada tamu-tamunya. Prospek usaha ini cukup baik, katanya, mengingat jika wisatawan ramai ia dan kawan-kawannya bisa mengantar tamu baik mancanegara maupun lokal empat kali dalam sebulan. Tidak harus tamu yang banyak, satu dua tamu pun jadi, ujar Ambe yang beberapa waktu lalu sempat mengantar lebih dari 30 tamu yang berarti membutuhkan tambahan vespa lain di luar sespan. “Kalau tamu ramai, kami kontak kawan-kawan vespa lain meski tidak satu klub yang bersedia mengantar tamu,” katanya. Tentunya, vespa lain yang ikut membantu mendapatkan bayaran yang sama dengan lainnya, lanjutnya.