Tak tersasa hari pertama mudik, bangun jam 11 siang, maklum malam sebelumnya perjalanan mudik dilakukan malam hari dan baru bisa ngglethak pukul 3.30 pagi. Terbangun dari tidur itupun karena anak-anak dan keponakan padha ribut minta diantar Jeguran.
Mereka ribut minta diantar ke enjeplak (kata itulah yang masuk ke telingaku) …. We eh, bukakah enjeplak merupakan istilah sedikit kasar dalam bahasa jawa, dan akan lebih kasar kalau ditambah waton enjeplak (asbun=asal bunyi, atau waton ngomong tanpa dasar).
Penasaran dengan enjeplak, meski agak males akhir aku antar mereka, dan mak bedhunduk, ternyata Jeplak adalah nama sebuah tempat kolam renang yang ada di Kecamatan Playen, dan sungguh meski sangat sederhana tetapi tempatnya relatif asri dan bersih. Mungkin apabila di kelola dengan serius dan mendapat perhatian pemerintah tempat ini bisa menjadi wisata air yang menjajikan. Sperti di Jakarta ada Taman Impian Jaya Ancol, atau di Kabupaten Purbalingga dengan Owabong (Obyek Wisata Air Bojongsari) he he he singkatan lagi!
Kembali kepada Jeplak, kata itu ternyata sebuah singkatan “Jeguran Playen Keluarga dan Anak” we…eh kreatif juga pengelola tempat ini dalam memberi istilah, atau terinspirasi dengan tag line Kabupaen Gunungkidul dengan Gunungkidul Handayani-nya? Entahlah!
Uneg-uneg menjadi ingat bahwa singkat-meyingkat nama sebuah tempat inipun ada di Cilacap, seperti di Perumahan saya sendiri “Perumahan Rinenggo Asri” disingkat RIAS, bahkan di Cilacap ada Sidnei (Sidanegara Indah), ada Komperta (Komplek Pertamina).
Uneg-uneg juga jadi ingat Forward email dari dari Romo Slamet Lasmunadi Pr., dan telah didokumentasikan oleh mas Ari Soe dalam blognya, isinya:
Selain lembaga pemerintahan, kebiasaan singkat menyingkat juga berlaku untuk tag line suatu daerah.
Gunungkidul Handayani, Solo Berseri, Jogja Berhati Nyaman, Temanggung Bersenyum, Cilacap Bercahaya, semuanya adalah singkatan.
Juga untuk menyebut suatu kawasan, yang katanya akan menjadi suatu kawasan yang unggul dan berkembang. Bermula dari Jabotabek, eh sekarang Jabodetabek. Muncul pula Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan), Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen), Pawonsari Bakulrejo (Pacitan Wonogiri Wonosari, Bantul, Kulon Progo,Purworejo), atau Joglosemar (Jogja Solo Semarang). Beruntung tidak ada yang membalik urutannya menjadi Semarang Solo Yogya, disingkat menjadi Semar Loyo.
Mungkin di masa mendatang akan muncul juga Dibalang Sendal (Purwodadi, Batang, Pemalang, Semarang , Kendal), atau Kasur Bosok (Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali, Solo, Klaten).
Asal jangan Susu Mbokde (Surakarta , Sukoharjo, Mboyolali, Kartasura, Delanggu) atau Tanteku Montok (Panjatan, Tegalan, Kuliwaru, Temon, Toyan, Kokap)
Anak-anak muda Jogja tidak kalah kreatifnya untuk ikut-ikutan menyingkat nama tempat. Sebut saja Amplas untuk Ambarukmo Plaza , atau Jakal (Jalan Kaliurang), Jamal (Jalan Magelang). Kalau sampeyan sekolah di SMA 6, bisa nyombong kalau sampeyan sekolah di Depazter alias Depan Pasar Terban.
Bahkan, dari pusat kota Jogja, sangat mudah untuk mencapai Paris(Parangtritis), atau Pakistan (Pasar Kidul Stasiun alias Sarkem), bahkan Banglades (Bangjo Lapangan Denggung Sleman).
Sampeyan seorang yang enthengan, ringan tangan, suka membantu, ndak pernah menolak untuk dimintai tolong? Berarti sampeyan layak menyandang nama Willem Ortano, alias Dijawil Gelem Ora Tau Nolak.
Atau kalau sampeyan pinter omong, jualan obat, meyakinkan orang dengan omongan sampeyan yang nggak karuan bener salahnya, maka jangan marah kalau sampeyan dipanggil sebagai Toni Boster, alias Waton Muni Ndobose Banter
Terima kasih
Monggo Mampir
[url=cahgk.wordpress.com]Uneg-uneg Lare Asli Gunungkidul[/url]
[quote]