Forum Komunitas Online Gunungkidul |
|
| ( Cerbung ) Satria Gunungkidul | |
|
+11Prexndes gimbik prima_uciha dewalangit dedik cahyono Ipung Purwanto wawan pHa_epHa giadi_pcs dwikoe Wonosingo Ngali Kidul 15 posters | |
Pengirim | Message |
---|
Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Sep 19, 2008 4:54 pm | |
| First topic message reminder :
Episode Pertama
Raja wanita atau Ratu di Majapahit yang bernama Sri Gitarja atau Tribuwana Tungga Dewi, yang disebut juga Bhre Kahuripan (1328 - 1359), lebih dikenal dalam dongeng "Minakjinggo Damarwulan" sebagai Prabu Kenya (Raja Wanita) Diah Kencana Wungu.
Di dalam dongeng sejarah itu diceritakan bahwa Prabu Kenya Diah Kencana Wungu ini menikah dengan Raden Damarwulan yang menurut catatan sejarah sebenarnya bernama Cakradara dengan gelar Kertawardana.
Sepasang suami-isteri kerajaan yang terkenal ini mempunyai seorang putera yang diberi nama Hayam wuruk (Ayam Muda). Hayam Wuruk inilah yang akhirnya menduduki tahta kerajaan sebagai Raja Majapahit dengan bergelar Prabu Rajasanegara (1350 - 1389).
Selama tiga puluh sembilan tahun. Sang Prabu Hayam Wuruk amat bijak dan pandai mengendalikan pemerintahan dan pada jaman itu, kerajaan Majapahit mencapai puncak kebesaran dan kemakmurannya, menjadi Kerajaan yang terbesar dan terkuat dalam kepulauan Nusantara. Bahkan dalam jaman ini pula nama Majapahit dikenal, disegani, dan dikagumi oleh negara-negara seberang lautan, termashur sampai ke tiongkok, India, Campa, Kamboja, anam. Hubungannya dengan negara-negara asing ini baik sekali dan saling menghormat, karena Majapahit dianggap sebagai kerajaan dan negara besar diantara negara-negara lain di dunia.
Semua hasil gilang-gemilang ini bukan semata-mata berkat kebijaksanaan Prabu hayam Wuruk seorang, melainkan juga berkat jasa-jasa para panglima senapati Majapahit. Terutama sekali berkat jasa warangka-dalem atau Patih Gajah Mada, seorang perwira yang terkenal karena sakti mandraguna, dan setia lahir-batin kepada kerajaan di mana ia mengabdikan dirinya. Dalam sejarah, belum pernah terdapat seorang patih seperti Sang Perkasa Patih Gajah Mada ini yang membela kerajaan Majapahit semenjak ibunda Prabu Hayam Wuruk, yakni Ratu Tribuwanatungga Dewi memegang kendali kerajaan. Patih Gajah Mada menjalankan tugasnya sebagai seorang patih yang setia selama tiga puluh tiga tahun (1331-1364).
Dan pada jaman keemasan Majapahit itulah kisah dibawah ini terjadi.
****
Raja yang memerintah di kerajaan Pajajaran (Pasundan) yang beribukota di Pakuan, adalah Sri Baduga Maharaja yang disebut juga Ratu Dewata.
Ratu Dewata mempunyai seorang puteri yang terkenal sekali karena kecantikannya. Puteri ini bernama Diah Pitaloka Citraresmi. Kecantikan Diah Pitaloka Citraresmi memang luar biasa dan agaknya sukar dicari keduanya di dunia ini! Bahkan Dewi Komaratih sendiri, Dewi Asmara yang terkenal sebagai bidadari tercantik di surga, agaknya akan kagum melihat wajah dan bentuk tubuh Diah Pitaloka! Tiada cacat celanya, dari ujung rambut di kepalanya sampai ke tumit kakinya. Kalau emas, dia adalah emas murni yang belum tercampur sedikitpun dengan logam lain. Seumpama batu permata, dia adalah mutiara asli yang telah digosok oleh tangan seorang ahli. Orang yang melihatnya, baik ia laki-laki maupun perempuan, akan terbelalak matanya dan ternganga mulutnya karena takjub dan kagum menyaksikan puteri nan cantik jelita, ayu dan manis ini!
Pada suatu hari, datanglah utusan dari kerajaan Majapahit. Ternyata bahwa berita tentang kecantikan Diah Pitaloka tidak saja menggoncangkan alam Pasundan, bahkan juga menjadi kemang-tutur orang-orang di Majapahit dan akhirnya menggerakkan rasa asmara di dalam dada Sang Prabu Hayam Wuruk. Maka diutuslah oleh Prabu Hayam Wuruk seorang tumenggung untuk menyampaikan pinangannya ke kerajaan Pajajaran.
Pada jaman itu, tidak ada raja yang lebih besar dan termashur daripada Prabu Hayam Wuruk. Maka, sudah selayaknya kalau pinangan Raja Majapahit ini diterima dengan hati gembira dan puas oleh Raja Dewata. Prabu Hayam Wuruk terkenal cakap, gagah-perwira, masih muda dan belum mempunyai permaisuri pula. Maka selain Raja Majapahit siapa pulakah orangnya yang lebih pantas mendapat kehormatan untuk mengulurkan tangan memetik bunga puspita dari Pajajaran itu?
Betapapun juga, Ratu Dewata sangat menyinta puterinya dan takkan puas hatinya kalau belum mendengar keputusan tentang pinangan Raja Majapahit itu dari mulut Diah Pitaloka sendiri. Ia ingin mendengar pendapat puterinya, maka dipanggilnyalah Diah Pitaloka serta diceritakan tentang datangnya utusan yang membawa pinangan dari Raja Majapahit, Sang Prabu Hayam Wuruk.
Kulit muka yang putih kekuning-kuningan dan halus bersih dari Diah Pitaloka segera menjadi merah bagaikan sekuntum mawar merah yang indah. Puteri itu menundukkan kepalanya dan dadanya turun-naik menahan desakan napasnya. Setelah agak reda gelora yang ditimbulkan oleh berita yang disampaikan oleh ramandanya itu, dengan suaranya yang merdu dan halus dia menjawab sambil menyembah.
"Ramanda prabu, junjungan tunggal di mayapada ini bagi hamba. Pendapat dan pikiran apakah yang ramanda kehendaki daripada hamba? Segala pendapat dan pikiran yang selalu menguasai hati dan ingatan hamba hanya satu, yakni, taat, patuh, dan setia kepada segala titah ramanda, sebagaimana layaknya seorang anak terhadap orang tuanya!"
Alangkah senangnya Ratu Dewata mendengar sembah puterinya ini. Ayah manakah takkan menaruh hati sayang dan kasih yang besar terhadap seorang anak yang tidak hanya kecantikannya membanggakan hati orang tua, akan tetapi terutama yang demikian berbakti?
"Sukurlah, anakku yang manis, Ramanda akan menerima pinangan ini oleh karena menurut pendapat dan pandanganku, Sang Prabu Hayam Wuruk adalah seorang raja yang berbudi bawa laksana, pandai mengatur pemerintahan, dan bijaksana pula. Kalau engkau menjadi permaisurinya, ayahmu akan merasa puas dan tenteram, oleh karena engkau pasti akan menemui kebahagiaan di Majapahit. Semoga dewata yang agung melindungimu, Pitaloka."
Maka dengan girang hati Ratu Dewata lalu menjamu utusan dari Majapahit itu. Kemudian ia memberi jawabannya dan mengabarkan kepada Prabu Hayam Wuruk bahwa selain pinangan itu diterima dan dianggap sebagai penghormatan besar sekali, Ratu Dewata sendiri berkenan mengantar puterinya ke Majapahit dengan membawa berita gembira itu, dan tak lupa membawa serta pula hadiah-hadiah untuk sang Prabu.
Ketika berita ini disampaikan kepada rakyat Pajajaran, maka bergembiralah semua orang Siapa orangnya yang takkan merasa gembira? Puteri kedaton Pajajaran menjadi permaisuri Majapahit! Tentu saja rakyat pun ikut merasa bahagia dan bangga. Berita ini disambut oleh rakyat dengan meriah, bahkan mereka yang terdiri dari golongan berada, lalu menyelenggarakan pesta untuk merayakan dan meriahkan pertunangan itu!
Seluruh Pajajaran berpesta-pora dan bergembira-ria. Hanya ada dua orang yang tidak ikut bergembira. Pertama adalah Diah Pitaloka sendiri Dara jelita ini sungguhpun di lahir tunduk dan patuh kepada ramandanya dan ikut pula memperlihatkan wajah gembira untuk menyenangkan hati ayahnya, namun di sudut hatinya timbul keraguan dan kebimbangan yang membuatnya tidak berbahagia Ia telah mendengar akan kegagahan dan kecakapan Prabu Hayam Wuruk dan ia percaya bahwa kedudukannya akan terangkat tinggi dan akan mendapat kemuliaan besar di Majapahit. Akan tetapi, selama hidupnya ia belum pernah bertemu dan melihat dengan mata sendiri keadaan Sang Prabu Hayam Wuruk. Kalau boleh dan kalau mungkin, ia akan merasa lebih senang jika dijodohkan dengan seorang pemuda di Pajajaran sendiri, seorang pemuda yang pernah dilihatnya dan yang kegagahan atau kecakapannya telah diketahuinya dari pandangan mata sendiri, bukan hanya diketahui karena mendengar berita angin seperti halnya Prabu Hayam Wuruk! Akan tetapi, dia adalah seorang wanita sejati yang memegang teguh kesusilaan, apalagi sebagai seorang puteri raja, ia harus memberi teladan bagi kaum putri umumnya, yakni kepatuhan terhadap orang tua dengan jalan berkorban. Ia menganggap pertunangan ini sebagai penguranan dirinya demi kebahagiaan orang tua dan demi kepentingan negara! Bukankah kalau dia menerima pinangan dan mentaati kehendak ayahnya, maka orang tuanya akan berbahagia? Dan bukankah kalau dia menjadi permaisuri Raja Majapahit yang besar dan kuat, maka kedudukan Pajajaran pun akan kuat pula?
Orang kedua yang pada saat itu merasa berduka adalah seorang pemuda rupawan yang tinggal seorang diri di dalam pondoknya. Pemuda ini adalah seorang panglima perang atau senapati muda dari kerajaan Pajajaran. Namanya sederhana sekali, yakni Sakri.
Telah tiga tahun Sakri menjadi senapati di Pajajaran. Pemuda ini berasal dari Gunung Kidul, di sebuah dusun kecil dekat pantai Laut selatan. Ia adalah putera seorang panembahan atau wiku ahli tapa yang sakti dan suci. Tidak mengherankan bahwa Sakri mendapat gemblengan lahir dan batin oleh ayahnya dan mewarisi kesaktian yang hebat mengagumkan. Setelah menjadi dewasa, ayahnya menyuruh ia merantau dan mencari pengalaman hidup, dan kalau bertemu dengan orang besar yang berjodoh, supaya bersuita (menghambakan diri).
Dalam perantauannya, akhirnya Sakri tiba di Pajajaran dan ia memasuki gelanggang ujian yang diadakan oleh Ratu Dewata. Kesaktian dan kegagahannya mengagumkan dan menyenangkan hati Raja Pajajaran hingga ia diterima menjadi seorang senapati muda.
Mengapa Sakri berduka mendengar bahwa Diah Pitaloka terikat jodoh dengan Raja Majapahit? Mudah diduga, Dada pemuda ini telah ditembus panah asmara yang mengandung bisa maha ampuh dan luka di dada kirinya makin lama makin menghebat. Cintanya terhadap puteri itu makin mendalam dan berakar. Akan tetapi, ia hanya seorang senapati muda yang baru menghambakan diri. Dia hanyalah seorang hamba dan kedudukannya hanya setinggi rumput di ladang. Sedangkan Diah Pitaloka adalah seorang puteri raja yang menjadi junjungannya dan kedudukan puteri itu setinggi bintang di langit! Kini, mendengar tentang diterimanya pinangan Prabu Hayam Wuruk atas diri Diah Pitaloka, Sakri hanya dapat menyesali nasib.
Malam itu Sakri tak dapat tidur. Ia duduk di atas sebuah batu di belakang pondoknya sambil berpangku tangan dan memandang ke arah bintang-bintang yang bertaburan di angkasa bebas. Berkali-kali ia menghela napas, tanda dari kehancuran kalbunya.
"Habislah harapanku, rusak-binasalah cita-citaku. Duhai bintang selaksa, tolonglah aku. Hidupku kosong, tiada pegangan lagi. Apa artinya hidupku tanpa dia??"
Berulangkali ia menghela napas dan wajahnya yang tampan menjadi sepucat bintang yang teraling mega. Kemudian ia teringat akan kampung halaman. Sudah menjadi kelaziman orang bahwa dalam saat duka selalu ia akan teringat akan kampung halamannya. Ia teringat akan ayahnya, dan teringat pula akan adiknya yang bernama Saritama. Kedua orang ini adalah orang-orang yang terkasih dalam hidupnya, yakni sebelum ia bertemu dengan Diah Pitaloka. Setelah seluruh hati dan nyawanya tercengkeram oleh kecantikan puteri itu, jarang sekali ia teringat kepada ayah dan adiknya. Tapi kini, tiba-tiba terbayanglah wajah kedua orang itu di ruang matanya dan ia menjadi rindu sekali kepada mereka.
Kenangan ini mengingatkan ia kembali kepada segala petuah dan pelajaran ayahnya yang bijaksana. Dan timbulah sesal dan kecewa dalam hatiya, Menyesal dan kecewa kepada diri sendiri. Bukankah dulu ayahnya pernah menyatakan bahwa cinta suci itu tak dikotori oleh segala kehendak dan pamrih untuk kesenangan diri sendiri? Bukankah segala perbuatan kebajikan itu baru dapat disebut sempurna apabila tidak dinodai oleh nafsu ingin menyenangkan diri sendiri? Diah Pitaloka telah dijodohkan dengan seorang Raja Besar dan akan menjadi seorang permaisuri yang tinggi dan mulia kedudukannya lebih tinggi dan lebih mulia daripada kedudukannya sekarang sebagai puteri Pajajaran. Bukankah hal ini berarti bahagia bagi Diah Pitaloka? Mengapa ia harus menyesal dan berduka? Kalau ia memang benar-benar menyintai puteri itu, sudah seharusnya apabila ia ikut bersukur melihat orang yang dikasihinya itu menjumpai kemulaiaan dan mengecap kebahagiaan. Ah, alangkah sesatnya jalan pikiran dan gelora perasaannya tadi. Hampir saja ia dibutakan oleh nafsu mudanya.
Sakri menghela napas lagi, akan tetapi kini penuh kesadaran. Ia harus menerima nasib, Ia harus berani menerima sakit hati dan berani berkurban demi cintanya kepada Diah Pitaloka. Pikiran ini melapangkan dadanya dan ia lalu bangun dari duduknya, dan masuk ke dalam pondoknya. Terdengar ayam jantan berkeruyuk tanda bahwa fajar telah mendatang. Tanpa terasa olehnya, ia telah duduk melamun semalam suntuk di belakang rumahnya!
Bersambung..........
| |
| | |
Pengirim | Message |
---|
Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Thu Nov 20, 2008 10:27 am | |
| | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Thu Nov 20, 2008 4:18 pm | |
| Lanjutane maneh......... Kalau bumi yang terpijak kaki Saritama pada saat itu ambles, belum tentu pemuda itu akan sedemikian kagetnya mendengar penuturan ini. Sepasang matanya tajam menatap Sang Panembahan, wajahnya memucat dan bibirnya gemetar. Tiba-tiba ia maju menyembah dan berkata dengan suara keras, "Paman Panembahan, mohon doa restumu!" Ia lalu melompat bangun dan sambil mengacungkan tinjunya ke atas, ia berseru dengan bengis. "Tumenggung Wiradigda, tunggulah pembalasanku!" Kemudian, tanpa menoleh lagi, pemuda itu lalu melompat ke depan dan lari keluar dari tempat itu secepat kidang melompat! Sang Panembahan memandang ke arah perginya Saritama sambil menggeleng-geleng kepala, "Ah, hati muda....... semoga Hyang Agung akan menjauhkannya daripada kesesatan." Kemudian, tanpa mengeluarkan kata-kata lain kepada sekalian cantrik yang masih duduk bersila di situ, Sang Panembahan lalu memasuki pondoknya kembali dan duduk bersila bermuja samadhi dengan tekunnya. Para cantrik hanya dapat saling pandang dan menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela napas. Dengan hati dan pikiran tak karuan rasa, duka, kecewa, marah menjadi satu, Saritama meninggalkan pondok Panembahan Sidik Panunggal. Hatinya dipenuhi rasa dendam dan sakit-hati, dan pada saat itu ingin sekali ia segera bertemu dengan musuh besarnya yang telah menghancurkan penghidupan ayah-ibu dan keluarganya. Ingin ia segera mendapat kesempatan menjatuhkan tangan kepada Tumenggung Wiradigda. Hm, Wiradigda keparat! Kau mengandalkan pengaruh dan kedudukanmu, dengan kejam dan buas menfitnah orang tuaku. Setelah kau merampas kekasih ayah, kau masih sampai hati untuk menghancurkan penghidupan ayah! Alangkah kejam, apa kaukira hanya aku saja laki-laki jantan di atas dunia ini. Tunggulah, awaslah kau, tumenggung keparat!" Tiada hentinya bibir Saritama bergerak-gerak membisikkan ancaman-ancaman ini di sepanjang jalan. Ia berlari bagaikan gila menuju ke Tangen, sebuah pedusunan yang berada di sebelah selatan Majapahit. Bukan dekat perjalanan yang ditempuhnya, akan tetapi berkat kesaktian dan kepandaiannya yang hebat, yakin dengan ilmu lari Kidang Kencana, ia mengharapkan akan dapat sampai di tempat itu dalam tiga hari. Pada malam hari ketiga, ia telah tiba di luar daerah Tangen. Oleh karena malam itu gelap sekali, terpaksa ia harus bermalam di sebuah dusun kecil dan tak dapat melanjutkan perjalanannya. Dusun di mana ia berhenti itu kecil, akan tetapi cukup ramai. Ketika melihat sebuah pondok di dalam dusun itu, pondok yang dilengkapi dengan sebuah tempat pemujaan di sampingnya seperti yang biasa dipunyai oleh seorang pertapa atau seorang Panembahan, ia menjadi tertarik. Ketika ia bertanya kepada seorang petani yang kebetulan bertemu denganya di tengah jalan dekat pondok itu, ia bertanya. "Paman, maafkan kalau aku menganggumu. Pondok siapakah yang nampak di depan ini. Agaknya pondok seorang pertapa." Petani itu memandangnya sejenak, karena ia dapat menduga bahwa pemuda ini tentulah seorang pendatang dari jauh hingga tak mengenal pondok pertapa terkenal itu. "Raden," katanya penuh hormat karena biarpun pakaian Saritama sederhana dan bagaikan seorang petani, namun sikap halus dan wajah tampan pemuda itu menimbulkan dugaan kepadanya bahwa pemuda ini tentu bukanlah seorang petani biasa. "Pondok ini adalah tempat kediaman seorang dukun yang sakti dan ditakuti orang, namanya Bagawan Kalamaya yang kemashurannya telah terkenal sampai ke kota raja." "Ah, kebetulan sekali, paman. Kalau seorang bagawan, tentu sudi menerima aku untuk bermalam di sini." "Raden, kalau kau hendak bermalam di dusun kami, dan kalau kiranya gubukku yang bobrok tidak menjadikan celaan, aku persilakan kau mampir dan bermalam saja di rumahku. Janganlah kau mencoba untuk minta bermalam di sini." Saritama merasa heran. "Eh, mengapa begitu, paman? Aku berterima kasih sekali kepadamu, paman. Kau memang baik hati dan ramah tamah, akan tetapi, hatiku menjadi ingin tahu mendengar kata-katamu tadi. Mengapa Bagawan Kalamaya takkan mau menerimaku? Bukankah seorang pendeta itu biasanya murah hati dan berbudi?" Petani itu menghela napas dan matanya memandang ke arah pondok itu dengan hati-hati dan takut-takut, kemudian ia berbisik. "Raden, ketahuilah, Bagawan Kalamaya adalah dukun tenung yang ditakuti orang dan iapun galak sekali. Yang paling hebat ialah bahwa di rumahnya terdapat banyak iblis yang dipeliharanya!" Saritama tersenyum. Ia tidak merasa heran mendengar ucapan petani ini, oleh karena memang para petani yang bodoh seringkali mudah dipengaruhi dan ditakut-takuti tentang iblis-iblis dan segala setan oleh orang-orang yang mereka anggap dukun tenung. "Biarlah, paman. Betapapun juga aku ingin sekali berkelanan dengan dukun yang sakti itu." Petani itu memandang kepada saritama dengan penuh kekuatiran dan juga kagum, akan tetapi ia telah demikian ketakutan berada terlalu lama di dekat pondok Bagawan Kalamaya, maka ia segera meninggalkan Saritama cepat-cepat sambil menoleh beberapa kali. Saritama lalu memasuki pekarangan pondok yang gelap itu. Langsung ia menuju ke pintunya dan mengetok sambil mengucapkan salam. Setelah beberapa kali ia mengetuk pintu, barulah terdengar jawaban dari dalam. Terus, apa yg akan terjadi dengan Saritama? Dan bagaimana kisah kelanjutannya Saritama ketemu dengan dukun tersebut? Mari kita ikuti saja kisahnya selanjutnya??? Sabar mengikuti akan mendapatkan jodoh yg utama | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Join date : 15.04.08
| | | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Join date : 06.05.08
| | | | pHa_epHa Koordinator
Join date : 15.04.08
| | | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Thu Nov 20, 2008 5:50 pm | |
| - pHa_epHa wrote:
mulakno diteruske ceritane mas Kowe ki sabar yo, ojo grusa grusu......nek wong sabar ki mengko entuk jodo sing utomo lan gemati ro kowe.... Santai wae....... | |
| | | dedik cahyono Camat
Join date : 11.07.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Thu Nov 20, 2008 8:46 pm | |
| ya mbak pha_epHa kayaknya jodohnya sudah dekat... | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Nov 21, 2008 11:49 am | |
| | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Nov 21, 2008 3:32 pm | |
| tetep..... kowe tak dapok dadi domas we mas....ning potong rambut yo ha ha ha dilanjut mas ceritane...tak tunggu kie | |
| | | gimbik Pengawas
Lokasi : Nori One Reputation : 6 Join date : 04.03.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Sun Nov 23, 2008 3:41 am | |
| ndi kok rung ono lanjoutane?? | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Tue Nov 25, 2008 6:13 pm | |
| Lanjutane.....................
"Anak muda yang cakap dan gagah, pintu pondokku tidak terpalang, dorong saja dan masuklah!"
Dengan sikap hormat Saritama lalu mendorong daun pintu itu. Daun pintu mengeluarkan bunyi bergerit menyeramkan dan Saritama melihat seorang kakek bongkok bersila menghadapi sebuah meja rendah dan di atas meja itu terdapat sebuah dian minyak kecil (lampu sejenis teplok). Cahaya dian itu remang-remang dan membuat bayang-bayang suram pada dinding bilik. Tercium bau kemenyan dan kembang layu ketika Saritama memasuki ruang kecil ini.
Dengan sikap menghormat, pemuda itu lalu duduk bersila pula menghadapi tuan rumah yang tua itu, lalu berkata,
"Mohon maaf sebesarnya dari Bapak Bagawan apabila saya mengganggu ketentraman Bapak."
"Ha, ha, ha!" Kakek itu tertawa dan sepasang matanya berputaran. "Anak muda yang tabah dan cakap lagi sopan seperti engkau memang tak usah takut takkan mendapat tempat bermalam! Bukankah kedatanganmu ini hendak bermalam di tempatku yang buruk ini, anak muda?"
"Memang benar demikianlah maksud kedatangan saya, yakni kalau bapak tidak menaruh keberatan dan rela menerimanya."
"Tentu, tentu! Kau boleh bermalam di sini. Akan tetapi, siapakah kau, anak muda yang tampan dan sopan, kau datang dari mana dan hendak ke mana?"
Ketika tadi untuk pertama kalinya melangkahkan kakinya ke dalam ruang ini, Saritama yang bermata tajam sudah dapat melihat bahwa kakek ini memang seorang sakti yang memiliki ilmu hitam atau ilmu sihir yang tidak pantang mendatangkan celaka kepada orang lain, maka ia telah merasa kecewa masuk ke situ. Akan tetapi, oleh karena ia telah berada di dalam, pula sebagai seorang tamu, terpaksa ia harus berlaku sopan santun sesuai dengan kepribadiannya. Kini ia hendak mencoba sifat dukun itu dan menjawab pertanyaan dengan suara tenang,
"Bapak Bagawan, saya telah mendengar akan kesaktian dan kewaspadaanmu, mengapakah bapak masih hendak bertanya lagi? Bukankah bapak sudah tahu akan segala rahasia alam, termasuk namaku dan segala hal yang mengenai diriku yang bodoh?"
Bagawan Kalamaya tertawa sehingga tubuhnya bergoyang-goyang. "Ha, ha, ha, anak muda. Kau benar-benar pintar dan menyenangkan hati! Sudah tentu aku tahu akan segala apa di mayapada ini, dan tidak ada rahasia bagi Bagawan Kalamaya. Akan tetapi, sebagai seorang manusia, aku tak boleh meninggalkan kebiasaan manusia terhadap manusia lain, yakni apabila bertemu harus saling bertanya."
Mendengar jawaban ini. Saritama dapat meraba bahwa pendeta ini memiliki kesombongan besar dan hendak berpura-pura suci dan mengerti akan hukum alam. Maka ia tersenyum ketika menjawab,
"Baiklah, bapak bagawan. Saya bernama Saritama dari Gunung Kidul, dan saya hendak pergi ke Tangen."
"Ah, ah..... bukankah kau hendak mencari Tumenggung Wradigda?" tanya kakek pendeta itu.
Saritama agak tercengang karena tak disangkanya bahwa pendeta ini dapat pula membaca maksud hatinya! Ia tak tahu bahwa Bagawan Kalamaya hanya menggunakan kecerdikan dan bahwa dugaannya itu hanya kebetulan tepat. Orang terpenting di Tangen hanya Tumenggung Wiradigda seorang, maka kalau ada seorang pemuda gagah datang dari tempat jauh menuju ke Tangen, siapa lagi yang hendak ditemuinya di sana selain Tumenggung Wiradigda? Oleh karena inilah maka dukun hitam itu dapat menduga dengan tepat.
Bersambung sik yoo..........kapan2 wae di lanjutken... | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Wed Nov 26, 2008 11:22 am | |
| ojo kapan2 mas sing nglanjutke he he he kuwi dukune tak kandani kok dek minggu nak saritama arep dolan, ngunuh | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Wed Nov 26, 2008 12:30 pm | |
| | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Wed Nov 26, 2008 4:53 pm | |
| | |
| | | dedik cahyono Camat
Lokasi : Jakarta Reputation : 0 Join date : 11.07.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Wed Nov 26, 2008 10:13 pm | |
| kan critone ono gosipe mbak... | |
| | | gimbik Pengawas
Lokasi : Nori One Reputation : 6 Join date : 04.03.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Thu Nov 27, 2008 1:21 am | |
| - Quote :
- Bersambung sik yoo..........kapan2 wae di lanjutken...
ndang cepet mas - Quote :
- mas usul
ojo gawe bingung pembaca ngakakk ngakakk kie ceritane arep cerito po gosipe arep nggosip yo ngakakk wekekeke ki fakta jew | |
| | | dewalangit Officer
Lokasi : Jl.jogja-wnsari km 20 Patuk.Dhaksinargha Bhumikarta. Reputation : 39 Join date : 20.07.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Thu Nov 27, 2008 6:33 am | |
| Ojo kesuwen,...lanjoott.... | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Thu Nov 27, 2008 9:59 am | |
| Pokoke sabar, aku gek uring2an iki..........dadi yo critane, rodo suwe sithik gpp.....Kan nek soyo suwe kan soyo seger... | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Thu Nov 27, 2008 5:14 pm | |
| nak kesuwen selak lali mas | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Thu Nov 27, 2008 5:26 pm | |
| - pHa_epHa wrote:
- nak kesuwen selak lali mas
Sing nglali yo ben, tirak ane.... ....kandani pelem ki soyo suwe tambah mateng soyo seger no..... Cobo nek magel2...kan ra enak... | |
| | | gimbik Pengawas
Lokasi : Nori One Reputation : 6 Join date : 04.03.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Nov 28, 2008 12:48 am | |
| - pHa_epHa wrote:
- nak kesuwen selak lali mas
ngguyu wae aaahhhhhh | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Nov 28, 2008 9:02 am | |
| - gimbik wrote:
- pHa_epHa wrote:
- nak kesuwen selak lali mas
ngguyu wae aaahhhhhh enak wae ciloko nuh kon moco seko ngarep lali........ | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Nov 28, 2008 5:55 pm | |
| | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Nov 28, 2008 6:17 pm | |
| aku isih sabar ngenteni ceritamu mas | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Tue Dec 02, 2008 6:38 pm | |
| Yoh tak teruske critaku iki.............Mumpung aku entuk inspirasi.
"Benar, bapak bagawan yang waspada, memang rasa hendak pergi mencari Tumenggung Wiradigda." Ketika mengucapkan nama ini, suara Saritama menjadi tajam dan mengandung kebencian. Hal ini tak terlepas daripada pendengaran dukun hitam yang cerdik itu.
"Hm, hm, kulihat kau mempunyai permusuhan dengan sang tumenggung! Kalau kau tidak merasa keberatan, Saritama, cobalah kauceritakan urusanmu dengan tumenggung itu kepadaku. Mungkin sekali aku dapat menolongmu!"
Kembali Saritama kagum mendengar dugaan yang tepat ini. Ia tidak memiliki rahasia hati dan apa yang hendak ia lakukan terhadap Tumenggung Wiradigda, yakni pembalasan dendam, tak hendak ia rahasiakan kepada siapapun juga. Maka, apa salahnya menceritakan kepada dukun ini?
"Memang tepat dugaan bapak bagawan. Saya hendak mencari Tumenggung Wiradigda untuk membuat perhitungan lama yang hingga kini belum diselesaikan! Tumenggung keparat itu telah membinasakan seluruh keluarga ayahku dan sekarang tiba masanya bagi saya untuk membalas kejahatannya itu!"
Bagawan Kalamaya memandang tajam. "Siapakah orang tuamu, Saritama yang gagah berani?"
"Mendiang ramandaku adalah Adipati Cakrabuwana di Tritis."
Kedua mata pendeta itu melebar lebar. "Eh, eh...... jadi kau adalah putera adipati yang telah lama dicari-cari oleh Tumenggung Wiradigda dan tak pernah ditemukan itu? Dan saudaramu yang seorang lagi, di manakah dia?"
"Hmmm, agaknya bapak juga tahu benar akan riwayat itu, bukan?"
Dukun hitam itu mengangguk-angguk."Siapa yang tak kenal Adipati Cakrabuwana, pemberontak itu?"
"Jangan bapak berkata demikian!" bentak Saritama marah. "Tumenggung Wiradigda memfitnahnya!"
"Ya, ya...... memang kedua orang itu bermusuhan dan saling membenci! Mereka saling membenci hanya karena seorang wanita. Ah, wanita, kau mahluk lemah akan tetapi pengaruhmu lebih kuasa dan kuat daripada sekalian pria yang terkuat! Tahukah kau Saritama? Wanita macam apa yang dulu dicinta ayahmu dan yang telah direbut oleh Tumenggung Wiradigda? Ha, ha! Sayang seribu sayang, seorang gagah seperti Cakrabuwana hanya menjadi kurban karena seorang wanita macam itu! Memang dulu wanita itu mencinta ayahmu, akan tetapi setelah ia menjadi isteri Tumenggung, bahkan dia sendiri yang membujuk-bujuk suaminya untuk menfitnah Cakrabuwana! Ah, wanita...... memang kau mahluk termulia, tapi juga mahluk paling jahat di dunia ini! Puteri itu sekarang telah mempunyai seorang anak perempuan yang telah dewasa dan dalam hal kecantikan, ia tak kalah oleh ibunya! Ha, ha, ha!"
Makin panas hati Saritama mendengar penuturan yang memanaskan hati ini, maka dengan menggertak gigi pemuda itu berkata,
"Biarlah, paling lama sampai besok pagi, Wiradigda seanak-isterinya tentu akan binasa di dalam tanganku!"
Tiba-tiba Bagawan Kalamaya tertawa gelak-gelak hingga terpingkal-pingkal memegangi perut.
"Bapak Bagawan, apakah yang kau tertawakan?"
Saritama kau anak kecil yang masih hijau, bagaikan seekor burung baru belajar terbang! Apakah yang kauandalkan maka kau berani mengucapkan kata-kata ancaman itu? Seekor semutpun kalau dapat mengerti omonganmu akan tertawa geli, jangankah seorang manusia! Kau tahu apa? Wiradigda bukanlah sembarang orang yang mudah dibinasakan begitu saja. Bahkan aku dengan segala ilmu sihirku tak dapat membinasakannya, apalagi kau. Tumenggung Wiradigda adalah seorang yang sakti mandraguna dan banyak perwira sakti menjadi pembantunya. Barisan yang berada di dalam kekuasaannya saja sebanyak ribuan orang!"
Namun Saritama tidak gentar mendengar ini. "Aku tidak takut, Bagawan Kalamaya!" katanya dengan suara tetap keras. "Biar andaikata Wiradigda mempunyai tiga kepala dan enam tangan, kesemuanya akan kuhancurkan dengan kedua kepalan tanganku!"
Sekali lagi dukun itu tertawa geli hingga dari kedua matanya keluar air mata.
"Saritama, jangan kau sombong! Selain para perwira dan para perajurit Tangen yang sedemikian banyaknya itu, masih banyak pula pembantu-pembantunya, yakni pertapa-pertapa sakti mandraguna yang memiliki banyak ilmu dan aji kesaktian. Diantara mereka ini, akupun menjadi penasehat dan pembantunya!"
Saritama bangkit berdiri dan bersiap-sedia!
"Ha, ha, anak muda, kau mempunyai kepandaian apa?" Sambil berkata demikian, dukun hitam itu lalu mengangkat tangan kirinya ke atas dan tiba-tiba dari arah jendela biliknya itu menyambar angin dingin! Api dian berkelap-kelip dan hampir padam. Kini Bagawan Kalamaya juga berdiri dan tubuhnya yang bongkok menambahkan keseraman ruang gelap itu. Tangan kanan dukun itu memegang sebatang tongkat dan sambil melempar tongkat itu ke arah Saritama, terdengar suaranya yang parau membentak, "Lihat nagaku menelanmu bulat-bulat!"
Aneh sekali, dalam cahaya yang remang-remang itu, tongkat yang dilempar tadi tiba-tiba mengeluarkan asap dan berubah menjadi seekor naga atau ular besar bertanduk dua yang hanya dapat terlihat dalam alam mimpi seorang penakut!
"Bagawan Kalamaya, apakah harganya permainan macam ini diperlihatkan?" kata Saritama tiada gentar sedikitpun. Ketika ular naga itu menyambar ke arah lehernya, ia angkat tangan kirinya dan dengan telapak tangan dimiringkan ia memukul ke arah tubuh ular naga itu sambil berseru keras,
"Asal tongkat kembali menjadi tongkat!"
Bersambung...... | |
| | | iceday KorLap
Lokasi : karawang Reputation : 3 Join date : 02.12.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Wed Dec 03, 2008 1:54 am | |
| mas mung saran. critane pancen apik menawi kreso mbok didadekno buku men nek moco orasah ndadak ngenteni sambungane, soale sing ngenteni nganti ngasngasan.
nyuwun sewu nek rodo kemendel iki | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Wed Dec 03, 2008 2:35 pm | |
| - iceday wrote:
- mas mung saran. critane pancen apik menawi kreso mbok didadekno buku men nek moco orasah ndadak ngenteni sambungane, soale sing ngenteni nganti ngasngasan.
nyuwun sewu nek rodo kemendel iki Donge ki yo cen rep tak gawe koyo mangkono kuwi mas??? Asline ki wis rampung tulisanku kuwi.......ning yo ben mengikuti alur ceritane, lan ben sering2 buka wonosari.com. Yo kuwi to mas, ngasngasen kuwi dadi seru....njur kepikiran sesuk ki kepiye, men koyo wong nek gek lg gandrung kae.... | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Wed Dec 03, 2008 2:56 pm | |
| nak dikomentari malah disuwek2e jek hiks | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Wed Dec 03, 2008 3:03 pm | |
| | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Wed Dec 03, 2008 3:19 pm | |
| nyrempet tenan le ngomong saiki aku ra iso tenan..... horotoyo...opo jal wuak wuak cmiw cmiw | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Wed Dec 03, 2008 3:34 pm | |
| | |
| | | dewalangit Officer
Lokasi : Jl.jogja-wnsari km 20 Patuk.Dhaksinargha Bhumikarta. Reputation : 39 Join date : 20.07.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Wed Dec 03, 2008 9:38 pm | |
| - Wonosingo Ngali Kidul wrote:
- Yoh tak teruske critaku iki.............Mumpung aku entuk inspirasi.
"Benar, bapak bagawan yang waspada, memang rasa hendak pergi mencari Tumenggung Wiradigda." Ketika mengucapkan nama ini, suara Saritama menjadi tajam dan mengandung kebencian. Hal ini tak terlepas daripada pendengaran dukun hitam yang cerdik itu.
"Hm, hm, kulihat kau mempunyai permusuhan dengan sang tumenggung! Kalau kau tidak merasa keberatan, Saritama, cobalah kauceritakan urusanmu dengan tumenggung itu kepadaku. Mungkin sekali aku dapat menolongmu!"
Kembali Saritama kagum mendengar dugaan yang tepat ini. Ia tidak memiliki rahasia hati dan apa yang hendak ia lakukan terhadap Tumenggung Wiradigda, yakni pembalasan dendam, tak hendak ia rahasiakan kepada siapapun juga. Maka, apa salahnya menceritakan kepada dukun ini?
"Memang tepat dugaan bapak bagawan. Saya hendak mencari Tumenggung Wiradigda untuk membuat perhitungan lama yang hingga kini belum diselesaikan! Tumenggung keparat itu telah membinasakan seluruh keluarga ayahku dan sekarang tiba masanya bagi saya untuk membalas kejahatannya itu!"
Bagawan Kalamaya memandang tajam. "Siapakah orang tuamu, Saritama yang gagah berani?"
"Mendiang ramandaku adalah Adipati Cakrabuwana di Tritis."
Kedua mata pendeta itu melebar lebar. "Eh, eh...... jadi kau adalah putera adipati yang telah lama dicari-cari oleh Tumenggung Wiradigda dan tak pernah ditemukan itu? Dan saudaramu yang seorang lagi, di manakah dia?"
"Hmmm, agaknya bapak juga tahu benar akan riwayat itu, bukan?"
Dukun hitam itu mengangguk-angguk."Siapa yang tak kenal Adipati Cakrabuwana, pemberontak itu?"
"Jangan bapak berkata demikian!" bentak Saritama marah. "Tumenggung Wiradigda memfitnahnya!"
"Ya, ya...... memang kedua orang itu bermusuhan dan saling membenci! Mereka saling membenci hanya karena seorang wanita. Ah, wanita, kau mahluk lemah akan tetapi pengaruhmu lebih kuasa dan kuat daripada sekalian pria yang terkuat! Tahukah kau Saritama? Wanita macam apa yang dulu dicinta ayahmu dan yang telah direbut oleh Tumenggung Wiradigda? Ha, ha! Sayang seribu sayang, seorang gagah seperti Cakrabuwana hanya menjadi kurban karena seorang wanita macam itu! Memang dulu wanita itu mencinta ayahmu, akan tetapi setelah ia menjadi isteri Tumenggung, bahkan dia sendiri yang membujuk-bujuk suaminya untuk menfitnah Cakrabuwana! Ah, wanita...... memang kau mahluk termulia, tapi juga mahluk paling jahat di dunia ini! Puteri itu sekarang telah mempunyai seorang anak perempuan yang telah dewasa dan dalam hal kecantikan, ia tak kalah oleh ibunya! Ha, ha, ha!"
Makin panas hati Saritama mendengar penuturan yang memanaskan hati ini, maka dengan menggertak gigi pemuda itu berkata,
"Biarlah, paling lama sampai besok pagi, Wiradigda seanak-isterinya tentu akan binasa di dalam tanganku!"
Tiba-tiba Bagawan Kalamaya tertawa gelak-gelak hingga terpingkal-pingkal memegangi perut.
"Bapak Bagawan, apakah yang kau tertawakan?"
Saritama kau anak kecil yang masih hijau, bagaikan seekor burung baru belajar terbang! Apakah yang kauandalkan maka kau berani mengucapkan kata-kata ancaman itu? Seekor semutpun kalau dapat mengerti omonganmu akan tertawa geli, jangankah seorang manusia! Kau tahu apa? Wiradigda bukanlah sembarang orang yang mudah dibinasakan begitu saja. Bahkan aku dengan segala ilmu sihirku tak dapat membinasakannya, apalagi kau. Tumenggung Wiradigda adalah seorang yang sakti mandraguna dan banyak perwira sakti menjadi pembantunya. Barisan yang berada di dalam kekuasaannya saja sebanyak ribuan orang!"
Namun Saritama tidak gentar mendengar ini. "Aku tidak takut, Bagawan Kalamaya!" katanya dengan suara tetap keras. "Biar andaikata Wiradigda mempunyai tiga kepala dan enam tangan, kesemuanya akan kuhancurkan dengan kedua kepalan tanganku!"
Sekali lagi dukun itu tertawa geli hingga dari kedua matanya keluar air mata.
"Saritama, jangan kau sombong! Selain para perwira dan para perajurit Tangen yang sedemikian banyaknya itu, masih banyak pula pembantu-pembantunya, yakni pertapa-pertapa sakti mandraguna yang memiliki banyak ilmu dan aji kesaktian. Diantara mereka ini, akupun menjadi penasehat dan pembantunya!"
Saritama bangkit berdiri dan bersiap-sedia!
"Ha, ha, anak muda, kau mempunyai kepandaian apa?" Sambil berkata demikian, dukun hitam itu lalu mengangkat tangan kirinya ke atas dan tiba-tiba dari arah jendela biliknya itu menyambar angin dingin! Api dian berkelap-kelip dan hampir padam. Kini Bagawan Kalamaya juga berdiri dan tubuhnya yang bongkok menambahkan keseraman ruang gelap itu. Tangan kanan dukun itu memegang sebatang tongkat dan sambil melempar tongkat itu ke arah Saritama, terdengar suaranya yang parau membentak, "Lihat nagaku menelanmu bulat-bulat!"
Aneh sekali, dalam cahaya yang remang-remang itu, tongkat yang dilempar tadi tiba-tiba mengeluarkan asap dan berubah menjadi seekor naga atau ular besar bertanduk dua yang hanya dapat terlihat dalam alam mimpi seorang penakut!
"Bagawan Kalamaya, apakah harganya permainan macam ini diperlihatkan?" kata Saritama tiada gentar sedikitpun. Ketika ular naga itu menyambar ke arah lehernya, ia angkat tangan kirinya dan dengan telapak tangan dimiringkan ia memukul ke arah tubuh ular naga itu sambil berseru keras,
"Asal tongkat kembali menjadi tongkat!"
Bersambung...... Zoup,...mantab kang,...romantik abis,... tapi ngomong2 ini karangan dhewe apa copas,..? | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Thu Dec 04, 2008 11:34 am | |
| | |
| | | dewalangit Officer
Lokasi : Jl.jogja-wnsari km 20 Patuk.Dhaksinargha Bhumikarta. Reputation : 39 Join date : 20.07.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Thu Dec 04, 2008 11:37 am | |
| - Wonosingo Ngali Kidul wrote:
- dewalangit wrote:
Zoup,...mantab kang,...romantik abis,... tapi ngomong2 ini karangan dhewe apa copas,..? Wah nek aku ki ra iso ngopo2 jek mas, sing nggawe ki Sing Kuoso, yo ojo dadi atimu wae mas....
Karang wong lahiran ndusun gek gede ning ndusun, lan sakiki yo ning ndusun....lha arep reti seko ngendi aku ki.
It's OK,...ora popo lahiran dusun akeh tunggale termasuk aku,.. Btw, kreatif,..monggo dilanjut.... | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Thu Dec 04, 2008 11:45 am | |
| - dewalangit wrote:
- Wonosingo Ngali Kidul wrote:
- dewalangit wrote:
Zoup,...mantab kang,...romantik abis,... tapi ngomong2 ini karangan dhewe apa copas,..? Wah nek aku ki ra iso ngopo2 jek mas, sing nggawe ki Sing Kuoso, yo ojo dadi atimu wae mas....
Karang wong lahiran ndusun gek gede ning ndusun, lan sakiki yo ning ndusun....lha arep reti seko ngendi aku ki.
It's OK,...ora popo lahiran dusun akeh tunggale termasuk aku,.. Btw, kreatif,..monggo dilanjut.... Matur suwun mas, kritik dan sarane.......... | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Dec 05, 2008 11:47 am | |
| Lanjut.......
Terdengar suara keras dan tubuh ular naga itu kena pukul tangan Saritama lalu terlempar ke dinding dan berubah menjadi dua batang kayu, karena tongkat itu telah patah di tengah-tengah dan kini berserakan di atas lantai!
Angin yang bertiup dari arah jendela berhenti dan api dian bernyala baik kembali hingga keadaan menjadi terang. Bagawan Kalamaya tertawa terkekeh-kekeh, lalu ia duduk bersila kembali.
"Kau sakti, Saritama, cukup sakti! Tak kunyana putera Cakrabuwana memiliki kesaktian melebihi ayahnya. Bagus, bagus, anak muda, tadi aku hanya mengujimu saja! Kau hendak menumpas keluarga Wiradigda di Tangen? Bagus, memang mereka itu harus dibinasakan!"
Saritama tertegun melihat perubahan ini. Iapun lalu duduk kembali. "Bagawan Kalamaya, agaknya kaupun membenci tumenggung keparat itu?" tanyanya.
"Heh, heh, hem!" suara ketawa dukun itu makin menjemukan. "Siapa yang tidak kubenci? Ketahuilah, Saritama, sudah lama akupun hendak menyerbu ke Tangen, akan tetapi aku tidak cukup kuat menghadapi mereka, terutama menghadapi Dewi Saraswati!" "Sang Bagawan, siapakah Dewi Saraswati itu?" tanya Saritama.
"Ha, ha, ha, siapa lagi? Dewi Saraswati adalah permaisuri Sang Hyang Brahma, Dewa tertinggi!"
Saritama memandang heran. Iapun maklum bahwa para pemeluk agama Brahma menganggap Dewa yang tertinggi kekuasaannya adalah Sang Hyang Brahma dan permaisuri atau yang disebut sakti dari dewa ini adalah Dewi Saraswati.
"Akan tetapi, apakah maksudmu mengatakan kau takut menghadapi Dewi Saraswati di Tangen?"
"Saritama, ketahuilah bahwa kekasih ayahmu yang telah mengecewakan hatinya dan menjadi isteri Tumenggung Wiradigda, mempunyai seorang puteri. Puteri inilah yang bernama Dewi Saraswati, dan dia ini benar-benar penjelmaan Dewi Saraswati permaisuri Brahma dan kini puteri ini sedang menanti kedatangan jodohnya yang harus titisan (penjelmaan) Sang Hyang Brahma sendiri! Ha, ha, ha!"
Saritama makin heran dan ia mulai menduga bahwa dukun tua ini tentu agak miring otaknya.
"Dan siapakah titisan Sang Hyang Brahma sekarang?" tanyanya karena ingin mendengar sampai di mana kegilaan dukun hitam itu.
"Heh, heh, heh! Titisan Brahma telah berada di hadapanmu, masih juga kau belum tahu? Akulah penjelmaan Sang Hyang Brahma!"
Ah, dia benar-benar gila! Demikian pikir Saritama, maka ia lalu bersila dan diam saja, tidak mau melayani dukun itu lebih lanjut lagi. Juga Bagawan Kalamaya agaknya telah lelah, karena ia lalu merebahkan tubuhnya dan tak lama kemudian terdengar dengkurnya!
Saritama sudah terbiasa beristirahat sambil duduk bersila. Maka ia lalu bersamadhi dan beristirahat sambil bersila dengan tenang.
Ketika pada keesokan harinya, pagi-pagi benar Bagawan Kalamaya terdengar menguap dan bangun dari tidurnya, Saritama juga mengakhiri samadhinya. Setelah dukun tua itu duduk, pemuda itu lalu berkata.
"Sang Bagawan, saya mengucap diperbanyak terima kasih atas kebaikan dan keramahanmu yang telah menerima saya bermalam di sini. Moga-moga lain waktu saya akan mendapat kesempatan membalas kebaikanmu. Sekarang, perkenankanlah saya melanjutkan perjalanan saya."
"Eh, eh, nanti dulu, Saritama. Aku akan menyertaimu ke Tangen karena menurut pendapatku, sekarang telah tiba saatnya aku bergerak bersama kau yang muda dan gagah. Aku lebih mengenal keadaan di Tangen, maka akan lebih mudahlah kau bertindak apabila kau bersama dengan aku."
"Tapi bukankah kau ini menjadi hamba dari Tumenggung Wiradigda?"
"Heh, heh, heh! Ada kalanya aku menjadi hamba, ada kalanya aku menjadi pujaan! Kali ini aku menjadi musuh Tumenggug Wiradigda!"
Saritama merasa tak enak untuk menolak, dan pula dia tidak mau dianggap takut atau kuatir jika pergi bersama dengan dukun hitam ini. Maka ia lalu menyatakan persetujuannya. Lama sekali Saritama harus menanti bagawan itu berkemas, mengenakan pakaian indah-indah dan akhirnya setelah mereka berangkat, diam-diam Saritama merasa mendongkol sekali oleh karena bagawan itu berjalan perlahan sekali! Dengan bantuan tongkatnya, Bagawan Kalamaya berjalan membungkuk-bungkuk.
"Sang Bagawan, kalau kita berjalan seperti ini, kapankah akan sampai di Tangen? Marilah kita pergunakan ilmu!"
Bagawan Kalamaya menggeleng-geleng kepala sambil tersenyum.
"Orang yang memperlihatkan kepandaian di tempat umum adalah seorang bodoh dan sombong. Nanti saja kalau kita sudah tiba di hutan itu, baru kita menggunakan ilmu kesaktian akan tetapi aku kuatir kalau-kalau kau ketinggalan jauh!"
Saritama tersenyum dan di dalam hati ia merasa geli dan juga mendongkol. Dukun lepus ( bisa di artikan dukun ilmu hitam ) ini melarang orang memperlihatkan kepandaian dengan alasan tak baik berlaku sombong akan tetapi ucapannya yang terakhir itu jelas sekali menyatakan betapa sombongnya kakek ini! Akan tetapi, Saritama diam saja dan tidak mendesak lebih jauh. Hendak ia lihat, sampai di mana kehebatan ilmu lari cepat dukun ini maka berani mengatakan bahwa dia akan tertinggal jauh!
Bersambung........... | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Tue Dec 09, 2008 10:21 am | |
| rumangsaku kie nyelot suwe nyelot sitik le crito gur sak kedepan lha pas awal2 kie akiihhh kae jek penantianku 5 dino kudune dikek'i balesan crito 2 halaman loh | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Tue Dec 09, 2008 11:16 am | |
| - pHa_epHa wrote:
- rumangsaku kie nyelot suwe nyelot sitik le crito
gur sak kedepan lha pas awal2 kie akiihhh kae jek penantianku 5 dino kudune dikek'i balesan crito 2 halaman loh Pha, yo ojo dadi atimu...karang arep wingi kuwi arep lebaran haji, dadi lehku ngarit nggo pakan sapi ro wedus ki akeh. Nek sithik yo di ngapuro no, ra welas ro kakangamu po kowe ki...... Nah nek minggu2 iki insya alloh, dongake ben akeh........ Suwun... | |
| | | dewalangit Officer
Lokasi : Jl.jogja-wnsari km 20 Patuk.Dhaksinargha Bhumikarta. Reputation : 39 Join date : 20.07.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Tue Dec 09, 2008 11:39 am | |
| Sippp....romantis banget,...lanjoot,.... | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul | |
| |
| | | | ( Cerbung ) Satria Gunungkidul | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |
|