Forum Komunitas Online Gunungkidul |
|
| ( Cerbung ) Satria Gunungkidul | |
|
+11Prexndes gimbik prima_uciha dewalangit dedik cahyono Ipung Purwanto wawan pHa_epHa giadi_pcs dwikoe Wonosingo Ngali Kidul 15 posters | |
Pengirim | Message |
---|
Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Sep 19, 2008 4:54 pm | |
| First topic message reminder :
Episode Pertama
Raja wanita atau Ratu di Majapahit yang bernama Sri Gitarja atau Tribuwana Tungga Dewi, yang disebut juga Bhre Kahuripan (1328 - 1359), lebih dikenal dalam dongeng "Minakjinggo Damarwulan" sebagai Prabu Kenya (Raja Wanita) Diah Kencana Wungu.
Di dalam dongeng sejarah itu diceritakan bahwa Prabu Kenya Diah Kencana Wungu ini menikah dengan Raden Damarwulan yang menurut catatan sejarah sebenarnya bernama Cakradara dengan gelar Kertawardana.
Sepasang suami-isteri kerajaan yang terkenal ini mempunyai seorang putera yang diberi nama Hayam wuruk (Ayam Muda). Hayam Wuruk inilah yang akhirnya menduduki tahta kerajaan sebagai Raja Majapahit dengan bergelar Prabu Rajasanegara (1350 - 1389).
Selama tiga puluh sembilan tahun. Sang Prabu Hayam Wuruk amat bijak dan pandai mengendalikan pemerintahan dan pada jaman itu, kerajaan Majapahit mencapai puncak kebesaran dan kemakmurannya, menjadi Kerajaan yang terbesar dan terkuat dalam kepulauan Nusantara. Bahkan dalam jaman ini pula nama Majapahit dikenal, disegani, dan dikagumi oleh negara-negara seberang lautan, termashur sampai ke tiongkok, India, Campa, Kamboja, anam. Hubungannya dengan negara-negara asing ini baik sekali dan saling menghormat, karena Majapahit dianggap sebagai kerajaan dan negara besar diantara negara-negara lain di dunia.
Semua hasil gilang-gemilang ini bukan semata-mata berkat kebijaksanaan Prabu hayam Wuruk seorang, melainkan juga berkat jasa-jasa para panglima senapati Majapahit. Terutama sekali berkat jasa warangka-dalem atau Patih Gajah Mada, seorang perwira yang terkenal karena sakti mandraguna, dan setia lahir-batin kepada kerajaan di mana ia mengabdikan dirinya. Dalam sejarah, belum pernah terdapat seorang patih seperti Sang Perkasa Patih Gajah Mada ini yang membela kerajaan Majapahit semenjak ibunda Prabu Hayam Wuruk, yakni Ratu Tribuwanatungga Dewi memegang kendali kerajaan. Patih Gajah Mada menjalankan tugasnya sebagai seorang patih yang setia selama tiga puluh tiga tahun (1331-1364).
Dan pada jaman keemasan Majapahit itulah kisah dibawah ini terjadi.
****
Raja yang memerintah di kerajaan Pajajaran (Pasundan) yang beribukota di Pakuan, adalah Sri Baduga Maharaja yang disebut juga Ratu Dewata.
Ratu Dewata mempunyai seorang puteri yang terkenal sekali karena kecantikannya. Puteri ini bernama Diah Pitaloka Citraresmi. Kecantikan Diah Pitaloka Citraresmi memang luar biasa dan agaknya sukar dicari keduanya di dunia ini! Bahkan Dewi Komaratih sendiri, Dewi Asmara yang terkenal sebagai bidadari tercantik di surga, agaknya akan kagum melihat wajah dan bentuk tubuh Diah Pitaloka! Tiada cacat celanya, dari ujung rambut di kepalanya sampai ke tumit kakinya. Kalau emas, dia adalah emas murni yang belum tercampur sedikitpun dengan logam lain. Seumpama batu permata, dia adalah mutiara asli yang telah digosok oleh tangan seorang ahli. Orang yang melihatnya, baik ia laki-laki maupun perempuan, akan terbelalak matanya dan ternganga mulutnya karena takjub dan kagum menyaksikan puteri nan cantik jelita, ayu dan manis ini!
Pada suatu hari, datanglah utusan dari kerajaan Majapahit. Ternyata bahwa berita tentang kecantikan Diah Pitaloka tidak saja menggoncangkan alam Pasundan, bahkan juga menjadi kemang-tutur orang-orang di Majapahit dan akhirnya menggerakkan rasa asmara di dalam dada Sang Prabu Hayam Wuruk. Maka diutuslah oleh Prabu Hayam Wuruk seorang tumenggung untuk menyampaikan pinangannya ke kerajaan Pajajaran.
Pada jaman itu, tidak ada raja yang lebih besar dan termashur daripada Prabu Hayam Wuruk. Maka, sudah selayaknya kalau pinangan Raja Majapahit ini diterima dengan hati gembira dan puas oleh Raja Dewata. Prabu Hayam Wuruk terkenal cakap, gagah-perwira, masih muda dan belum mempunyai permaisuri pula. Maka selain Raja Majapahit siapa pulakah orangnya yang lebih pantas mendapat kehormatan untuk mengulurkan tangan memetik bunga puspita dari Pajajaran itu?
Betapapun juga, Ratu Dewata sangat menyinta puterinya dan takkan puas hatinya kalau belum mendengar keputusan tentang pinangan Raja Majapahit itu dari mulut Diah Pitaloka sendiri. Ia ingin mendengar pendapat puterinya, maka dipanggilnyalah Diah Pitaloka serta diceritakan tentang datangnya utusan yang membawa pinangan dari Raja Majapahit, Sang Prabu Hayam Wuruk.
Kulit muka yang putih kekuning-kuningan dan halus bersih dari Diah Pitaloka segera menjadi merah bagaikan sekuntum mawar merah yang indah. Puteri itu menundukkan kepalanya dan dadanya turun-naik menahan desakan napasnya. Setelah agak reda gelora yang ditimbulkan oleh berita yang disampaikan oleh ramandanya itu, dengan suaranya yang merdu dan halus dia menjawab sambil menyembah.
"Ramanda prabu, junjungan tunggal di mayapada ini bagi hamba. Pendapat dan pikiran apakah yang ramanda kehendaki daripada hamba? Segala pendapat dan pikiran yang selalu menguasai hati dan ingatan hamba hanya satu, yakni, taat, patuh, dan setia kepada segala titah ramanda, sebagaimana layaknya seorang anak terhadap orang tuanya!"
Alangkah senangnya Ratu Dewata mendengar sembah puterinya ini. Ayah manakah takkan menaruh hati sayang dan kasih yang besar terhadap seorang anak yang tidak hanya kecantikannya membanggakan hati orang tua, akan tetapi terutama yang demikian berbakti?
"Sukurlah, anakku yang manis, Ramanda akan menerima pinangan ini oleh karena menurut pendapat dan pandanganku, Sang Prabu Hayam Wuruk adalah seorang raja yang berbudi bawa laksana, pandai mengatur pemerintahan, dan bijaksana pula. Kalau engkau menjadi permaisurinya, ayahmu akan merasa puas dan tenteram, oleh karena engkau pasti akan menemui kebahagiaan di Majapahit. Semoga dewata yang agung melindungimu, Pitaloka."
Maka dengan girang hati Ratu Dewata lalu menjamu utusan dari Majapahit itu. Kemudian ia memberi jawabannya dan mengabarkan kepada Prabu Hayam Wuruk bahwa selain pinangan itu diterima dan dianggap sebagai penghormatan besar sekali, Ratu Dewata sendiri berkenan mengantar puterinya ke Majapahit dengan membawa berita gembira itu, dan tak lupa membawa serta pula hadiah-hadiah untuk sang Prabu.
Ketika berita ini disampaikan kepada rakyat Pajajaran, maka bergembiralah semua orang Siapa orangnya yang takkan merasa gembira? Puteri kedaton Pajajaran menjadi permaisuri Majapahit! Tentu saja rakyat pun ikut merasa bahagia dan bangga. Berita ini disambut oleh rakyat dengan meriah, bahkan mereka yang terdiri dari golongan berada, lalu menyelenggarakan pesta untuk merayakan dan meriahkan pertunangan itu!
Seluruh Pajajaran berpesta-pora dan bergembira-ria. Hanya ada dua orang yang tidak ikut bergembira. Pertama adalah Diah Pitaloka sendiri Dara jelita ini sungguhpun di lahir tunduk dan patuh kepada ramandanya dan ikut pula memperlihatkan wajah gembira untuk menyenangkan hati ayahnya, namun di sudut hatinya timbul keraguan dan kebimbangan yang membuatnya tidak berbahagia Ia telah mendengar akan kegagahan dan kecakapan Prabu Hayam Wuruk dan ia percaya bahwa kedudukannya akan terangkat tinggi dan akan mendapat kemuliaan besar di Majapahit. Akan tetapi, selama hidupnya ia belum pernah bertemu dan melihat dengan mata sendiri keadaan Sang Prabu Hayam Wuruk. Kalau boleh dan kalau mungkin, ia akan merasa lebih senang jika dijodohkan dengan seorang pemuda di Pajajaran sendiri, seorang pemuda yang pernah dilihatnya dan yang kegagahan atau kecakapannya telah diketahuinya dari pandangan mata sendiri, bukan hanya diketahui karena mendengar berita angin seperti halnya Prabu Hayam Wuruk! Akan tetapi, dia adalah seorang wanita sejati yang memegang teguh kesusilaan, apalagi sebagai seorang puteri raja, ia harus memberi teladan bagi kaum putri umumnya, yakni kepatuhan terhadap orang tua dengan jalan berkorban. Ia menganggap pertunangan ini sebagai penguranan dirinya demi kebahagiaan orang tua dan demi kepentingan negara! Bukankah kalau dia menerima pinangan dan mentaati kehendak ayahnya, maka orang tuanya akan berbahagia? Dan bukankah kalau dia menjadi permaisuri Raja Majapahit yang besar dan kuat, maka kedudukan Pajajaran pun akan kuat pula?
Orang kedua yang pada saat itu merasa berduka adalah seorang pemuda rupawan yang tinggal seorang diri di dalam pondoknya. Pemuda ini adalah seorang panglima perang atau senapati muda dari kerajaan Pajajaran. Namanya sederhana sekali, yakni Sakri.
Telah tiga tahun Sakri menjadi senapati di Pajajaran. Pemuda ini berasal dari Gunung Kidul, di sebuah dusun kecil dekat pantai Laut selatan. Ia adalah putera seorang panembahan atau wiku ahli tapa yang sakti dan suci. Tidak mengherankan bahwa Sakri mendapat gemblengan lahir dan batin oleh ayahnya dan mewarisi kesaktian yang hebat mengagumkan. Setelah menjadi dewasa, ayahnya menyuruh ia merantau dan mencari pengalaman hidup, dan kalau bertemu dengan orang besar yang berjodoh, supaya bersuita (menghambakan diri).
Dalam perantauannya, akhirnya Sakri tiba di Pajajaran dan ia memasuki gelanggang ujian yang diadakan oleh Ratu Dewata. Kesaktian dan kegagahannya mengagumkan dan menyenangkan hati Raja Pajajaran hingga ia diterima menjadi seorang senapati muda.
Mengapa Sakri berduka mendengar bahwa Diah Pitaloka terikat jodoh dengan Raja Majapahit? Mudah diduga, Dada pemuda ini telah ditembus panah asmara yang mengandung bisa maha ampuh dan luka di dada kirinya makin lama makin menghebat. Cintanya terhadap puteri itu makin mendalam dan berakar. Akan tetapi, ia hanya seorang senapati muda yang baru menghambakan diri. Dia hanyalah seorang hamba dan kedudukannya hanya setinggi rumput di ladang. Sedangkan Diah Pitaloka adalah seorang puteri raja yang menjadi junjungannya dan kedudukan puteri itu setinggi bintang di langit! Kini, mendengar tentang diterimanya pinangan Prabu Hayam Wuruk atas diri Diah Pitaloka, Sakri hanya dapat menyesali nasib.
Malam itu Sakri tak dapat tidur. Ia duduk di atas sebuah batu di belakang pondoknya sambil berpangku tangan dan memandang ke arah bintang-bintang yang bertaburan di angkasa bebas. Berkali-kali ia menghela napas, tanda dari kehancuran kalbunya.
"Habislah harapanku, rusak-binasalah cita-citaku. Duhai bintang selaksa, tolonglah aku. Hidupku kosong, tiada pegangan lagi. Apa artinya hidupku tanpa dia??"
Berulangkali ia menghela napas dan wajahnya yang tampan menjadi sepucat bintang yang teraling mega. Kemudian ia teringat akan kampung halaman. Sudah menjadi kelaziman orang bahwa dalam saat duka selalu ia akan teringat akan kampung halamannya. Ia teringat akan ayahnya, dan teringat pula akan adiknya yang bernama Saritama. Kedua orang ini adalah orang-orang yang terkasih dalam hidupnya, yakni sebelum ia bertemu dengan Diah Pitaloka. Setelah seluruh hati dan nyawanya tercengkeram oleh kecantikan puteri itu, jarang sekali ia teringat kepada ayah dan adiknya. Tapi kini, tiba-tiba terbayanglah wajah kedua orang itu di ruang matanya dan ia menjadi rindu sekali kepada mereka.
Kenangan ini mengingatkan ia kembali kepada segala petuah dan pelajaran ayahnya yang bijaksana. Dan timbulah sesal dan kecewa dalam hatiya, Menyesal dan kecewa kepada diri sendiri. Bukankah dulu ayahnya pernah menyatakan bahwa cinta suci itu tak dikotori oleh segala kehendak dan pamrih untuk kesenangan diri sendiri? Bukankah segala perbuatan kebajikan itu baru dapat disebut sempurna apabila tidak dinodai oleh nafsu ingin menyenangkan diri sendiri? Diah Pitaloka telah dijodohkan dengan seorang Raja Besar dan akan menjadi seorang permaisuri yang tinggi dan mulia kedudukannya lebih tinggi dan lebih mulia daripada kedudukannya sekarang sebagai puteri Pajajaran. Bukankah hal ini berarti bahagia bagi Diah Pitaloka? Mengapa ia harus menyesal dan berduka? Kalau ia memang benar-benar menyintai puteri itu, sudah seharusnya apabila ia ikut bersukur melihat orang yang dikasihinya itu menjumpai kemulaiaan dan mengecap kebahagiaan. Ah, alangkah sesatnya jalan pikiran dan gelora perasaannya tadi. Hampir saja ia dibutakan oleh nafsu mudanya.
Sakri menghela napas lagi, akan tetapi kini penuh kesadaran. Ia harus menerima nasib, Ia harus berani menerima sakit hati dan berani berkurban demi cintanya kepada Diah Pitaloka. Pikiran ini melapangkan dadanya dan ia lalu bangun dari duduknya, dan masuk ke dalam pondoknya. Terdengar ayam jantan berkeruyuk tanda bahwa fajar telah mendatang. Tanpa terasa olehnya, ia telah duduk melamun semalam suntuk di belakang rumahnya!
Bersambung..........
| |
| | |
Pengirim | Message |
---|
dwikoe Camat
Join date : 19.06.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Mon Oct 20, 2008 3:23 pm | |
| penjalukmu opo tho ndukkk...????
yo ngunu kui kakangmu kae, nek ngerti dienteni malah dadi sue, wis di jarne wae...
sesuk rak yo gek njedul maneh........ | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Mon Oct 20, 2008 3:38 pm | |
| trimo meneng aku mbak timbang ngko dituruti ning langsung tamat trus ukurane huruf siji seprapat ngasi blereng tenan | |
| | | giadi_pcs Camat
Join date : 14.07.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Mon Oct 20, 2008 6:15 pm | |
| - pHa_epHa wrote:
- trimo meneng aku mbak
timbang ngko dituruti ning langsung tamat trus ukurane huruf siji seprapat ngasi blereng tenan MAKSUTE IKI OPO , JAN OJO ANGEL2 NEK GAWE UKORO PHA | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Join date : 15.04.08
| | | | giadi_pcs Camat
Join date : 14.07.08
| | | | dwikoe Camat
Join date : 19.06.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Tue Oct 21, 2008 2:04 am | |
| terbukti nek giadi kie ora cerdas......
kamsud'e kowe kon sekolah TK ndisik lee....
kang haryo mertopo, golek wangsit.... | |
| | | giadi_pcs Camat
Join date : 14.07.08
| | | | wawan Koordinator
Join date : 31.03.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Tue Oct 21, 2008 7:53 pm | |
| | |
| | | Ipung Purwanto Camat
Join date : 08.03.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Tue Oct 21, 2008 8:13 pm | |
| | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Oct 24, 2008 6:06 pm | |
| | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Oct 24, 2008 6:13 pm | |
| Tak terusake maneh..........
Ketika mereka tiba di kota raja, Patih Gajah Mada sedang bersiap sedia untuk berangkat melakukan penjemputan dengan para pengiring dan hulubalang lain. Kedatangan barisan utusan ini segera disambutnya dengan baik.
Akan tetapi Patih Anepaken yang sudah merasa sakit hati dan marah, tak dapat berlaku ramah terhadap Patih Gajah Mada, katanya,"Sang Nata Pajajaran telah mengutus kami untuk memberi tahu bahwa rombongan Pajajaran telah siap-sedia menerima kedatangan penyambut dan penjemput di Bubat."
Ketika Patih Gajah Mada melihat sikap keras dan mendengar ucapan singkat ini, timbullah marahnya pula. Memang di dalam hati Patih Gajah Mada sudah terdapat racun yang ditanam oleh Wijayarajasa hingga ia telah mempunyai pandangan bahwa orang-orang Pajajaran ini sombong-sombong, sama sekali tidak menyangka bahwa Patih Anepaken juga mempunyai pandangan yang demikian pula terhadap orang-orang Majapahit akibat laporan palsu Ki Lurah Bubat! Syak wasangka dan salah paham telah mengeruhkan pikiran dan hati kedua fihak.
"Tidak selayaknya apabila Gusti Prabu Hayam Wuruk yang harus menjemput sendiri," jawab Patih Gajah Mada, "Menurut tingkat dan kedudukan, seharusnya Sang Prabu di Pajajaranlah yang datang menghadap dan langsung menuju ke Majapahit tanpa menanti dijemput."
Kedua patih ini mengukuhi pendirian masing-masing yang berdasar membela kehormatan kerajaan sendiri di mana mereka menghambakan diri dan sedikitpun tidak mau mengalah. Maka terjadilah pembantahan. Dalam kemarahanya Patih Anepaken bahkan lalu berkata keras, "He, Ki Patih Majapahit, alangkah rendahnya kamu orang-orang Majapahit, memandang kami orang-orang Pajajaran! Memang kami akui bahwa Gusti Prabu Hayam Wuruk adalah seorang Maharaja yang besar. Akan tetapi janganlah kamu kira bahwa Gusti Prabu Ratu Dewata kalah dalam keagungan dan kebesaran dengan Rajamu!
Kami tidak merasa junjungan kami itu lebih rendah tingkatnya dari junjungan kamu. Ingatlah bahwa Pajajaran bukanlah daerah yang telah takluk kepada Majapahit!" Patih Anepaken mengeluarkan kata-kata ini dengan wajah kemerah-merahan karena marahnya.
Pada saat perang tutur itu terjadi, datanglah Wijayarajasa dan ketika Raja Wengker ini melihat terjadinya pertikaian, hatinya girang sekali dan ia lalu menjawab kata-kata keras Patih Anepaken dengan tantangan.
"He, Patih Anepaken! Janganlah kamu mengumbar nafsu dan kesombongan di Majapahit! Ketahuilah bahwa pahlawan-pahlawan Majapahit tak dapat menelan hinaan demikian saja! Gusti Prabu telah berkenan menerima puteri Pajajaran, hal ini sudah merupakan penghormatan yang sangat besar bagi Pajajaran. Pendeknya, Raja Pajajaran harus mengiringkan puterinya kehadapan Gusti Prabu Hayam Wuruk, kalau tidak hal ini akan diselesaikan dengan ketajaman tombak dan kekebalan kulit!"
Patih Anepaken memang berdarah panas. Mendengar ini, ia telah berdiri dari tempat duduknya dan sekali tendang saja hancurlah kursi yang tadi didudukinya. Matanya bernyala-nyala dan hidungnya berkembang-kempis!
"Hai, orang-orang Majapahit! Kau kira Pajajaran tidak punya satria-satria? Ketahuilah, bagi kami orang-orang Pajajaran, kehormatan lebih utama daripada jiwa, mengerti?"
Hampir saja terjadi keributan di ruang kepatihan itu dan hampir terjadi adu tenaga diantara para pembesar itu. Akan tetapi, biarpun Sakri yang juga hadir di situ telah merasa panas seluruh tubuhnya karena marah, ia tetap dapat mempergunakan kekuatan batinnya untuk menekan kemarahannya itu. Ia lalu melompat ke dekat Patih Anepaken dan membujuk.
"Sudah, gusti patih. Untuk apa menurutkan nafsu hati dan marah-marah di sini? Ingat bahwa kita bukan sedang berada di dalam medan peperangan dan sebagai utusan raja kita harus bersikap bijaksana."
Kepala dari Patih Anepaken serasa diguyur air dingin ketika mendengar ucapan Sakri ini dan ia lalu memandang kepada Sakri dengan pernyataan terima kasih. Memang betul, hampir saja ia lupa akan keadaan dan karenanya bahkan merendahkan martabat Rajanya dengan memperlihatkan sikap yang tidak semestinya.
Sementara itu, biarpun Patih Gajah Mada merasa menyesal mendengar tantangan yang diucapkan oleh Wijayarajasa, akan tetapi karena yang mengucapkan adalah orang dari fihaknya, maka ia tidak mungkin dapat menarik kembali kata-kata itu yang berarti akan merendahkan diri sendiri. Maka hanya berkata kepada Wijayarajasa.
"Mereka ini adalah utusan nata dan tidak seharusnya kita menghina utusan nata!"
Wijayarajasa melihat betapa dari sepasang mata Patih Gajah Mada menyinarkan rasa penuh sesal, ia tidak berani banyak cakap lagi.
Demikianlah, dalam keadaan sama-sama panas dan meradang rombongan utusan itu kembali ke Bubat.
Alangkah murkanya Sang Prabu Dewata mendengar laporan patihnya karena merasa betapa kedudukannya direndahkan orang. Sabdanya dengan marah.
"Ya Jagat Dewa Batara! Mengapa dijatuhkan percobaan sehebat ini kepada hamba? Para pahlawanku sekalian. Memang semenjak kalian berangkat ke Majapahit, telah ada perasaan tidak enak dalam hatiku tanda akan adanya bahya mendatang. Kita harus bersiap sedia menjaga datangnya segala kemungkinan. Betapapun hati seorang ayah menyinta puterinya, akan tetapi bagi seorang satria, kehormatan lebih besar artinya. Lebih baik hancur-lebur tubuh ini daripada menyerah dalam kehinaan! Persiapkanlah seluruh balatentara, kita menanti datangnya serbuan dari Majapahit! Demi keluhuran Pajajaran kita lawan mereka mati-matian!"
"Hamba rela dan bersedia membela Pajajaran sampai hancur tubuh hamba!" seru Patih Anepaken. "Hamba bersedia membela Pajajaran sampai titik darah yang penghabisan!!" Sakri ikut berseru dengan penuh semangat.
Ratu Dewata menjadi terharu sekali, terutama mendengar seruan Sakri yang hendak membela Pajajaran sampai titik darah penghabisan! Bagi Patih Anepaken dan yang lain-lain, hal ini tidak mengherankan dan bahkan sudah selayaknya, karena mereka adalah orang-orang Pajajaran. Akan tetapi, bukankah Sakri seorang Jawa? Maka sabdanya perlahan,
"Sakri, sudah yakin benarkah hatimu bahwa kau hendak mengurbankan jiwa ragamu untuk Semua orang memandang ke arah pemuda yang gagah perkasa ini, dan Sakri juga maklum ke mana maksud pertanyaan Sang Prabu Dewata itu. Sembahnya,
"Gusti, hamba adalah seorang laki-laki yang menjunjung tinggi sifat satria utama. Semenjak kecil, ayah hamba telah menggembleng hamba dengan ajaran yang luhur dari Sri Kresna yang bijak dan waspada. Sekali hamba bersuwita, maka hamba akan setia sampai mati!"
Bersambung....... | |
| | | Ipung Purwanto Camat
Lokasi : Lubang Buaya Jaktim Reputation : 5 Join date : 08.03.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Oct 24, 2008 6:28 pm | |
| hulubalang ki podo karo Belalang ra kui...?? :cyclops: :cyclops: | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Oct 24, 2008 6:32 pm | |
| - Ipung Purwanto wrote:
- hulubalang ki podo karo Belalang ra kui...?? :cyclops: :cyclops:
Yo benten to mas, hulubalang ki lak bahasa melayu. Hulubalang ki pangkate lurah utowo ketuane prajurit. ;) ;) ;) | |
| | | giadi_pcs Camat
Lokasi : sudirman jakpus Reputation : 3 Join date : 14.07.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Oct 24, 2008 8:42 pm | |
| walah aku tak dadi panglima wae lah | |
| | | dedik cahyono Camat
Lokasi : Jakarta Reputation : 0 Join date : 11.07.08
| | | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Mon Oct 27, 2008 5:04 pm | |
| Lanjutannya.............................
Semua orang terharu mendengar ini, dan mereka lalu bersiap sedia menjaga datangnya serbuan dari Majapahit.
Patih Gajah Mada mendengar pula dari para penyelidik akan sikap Ratu Dewata dari Pajajaran. Ia maklum bahwa demi membela kehormatan masing-masing, maka pertempuran takkan dapat dielakkan lagi. Maka ia lalu menghadap kepada Prabu Hayam Wuruk untuk minta keputusan dan perkenan akan maksudnya menggempur barisan Pajajaran di Bubat. Sang Prabu Hayam Wuruk menghela napas panjang karena merasa berduka dan kecewa bahwa persoalan menjadi demikian panas dan meruncing. Akan tetapi, sebagai seorang raja, iapun harus mempertahankan kehormatan kerajaannya. Dimintanya agar Patih Gajah Mada mencoba membereskan persoalan ini dengan jalan damai dan membujuk Sang Prabu Dewata untuk berdamai dan sudi mengalah, Patih Gajah Mada setelah menyatakan kesanggupannya, lalu mengerahkan sejumlah perajurit yang besar untuk pergi ke Bubat.
Sebetulnya Patih Gajah Mada juga ingin membereskan kesalah-pahaman ini dengan cara damai. Akan tetapi, hal ini telah diketahui pula oleh Wijayarajasa, maka Raja Wengker ini lalu mengutus beberapa puluh orang suruhan, yang ini terdiri dari orang-orang jahat yang sanggup menjalankan perintah apa saja asal mendapat upah besar. Begitu tiba di Bubat, mereka menyerang orang-orang Pajajaran dan setelah membunuh beberapa orang yang tak berjaga-jaga, mereka lalu melarikan diri.
Ributlah keadaan di Bubat dan semua orang Pajajaran mendengar bahwa beberapa kawan dari Pajajaran telah terbunuh oleh orang-orang Majapahit! Maka memuncaklah kemarahan mereka hingga ketika barisan Gajah Mada tiba, tanpa banyak cakap lagi barisan Pajajaran lalu menyerang!
Dan segeralah terjadi perang tanding yang hebat dan dahsyat di Bubat! Peperangan ini terkenal dengan sebutan Perang Bubat dan sampai lama menjadi kenangan orang. Darah membanjir di lapangan Buabat yang luas. Rumput yang tadinya tumbuh segar, menjadi kering dan mati kena injak kaki orang dan kuda. Warna lapangan yang tadinya hijau segar menyedapkan mata, kini berubah merah oleh darah, darah perajurit-perajurit Majapahit dan Pajajaran! Keris dan tombak berkilauan mengamuk menenbus perut dan dada. Pekik dan teriak menggegap-gempita dan debu mengepul ke angkasa membuat sinar matahari menjadi pucat. Kehebatan peperangan di lapangan Bubat ini tiada kalah hebatnya dengan peperangan mahabesar yang disebut Bharata-yuda di lapangan Kurusetra! Ribuan perajurit gagah-perkasa tewas di ujung senjata. Panglima-panglima kedua fihak yang muda, tampan, dan perkasa, gugur bagaikan ratna dalam perang itu!
Sakri mengamuk dengan hebatnya bagaikan seekor banteng sakti mencium darah kawannya! Tubuhnya penuh dengan darah lawan. Berpuluh-puluh orang tewas dalam tangannya. Setiap kali tangan kanannya yang memegang keris bergerak, robohlah seorang perajurit Majapahit, dan tiap kali kepalan tangan kirinya diayun, pecahlah kepala seorang manusia yang menghalang di depannya!
Perajurit-perajurit Majapahit menjadi agak kocar-kacir menjauhi sepak-terjang pemuda yang luar biasa ini, bagaikan serombongan semut didekati api.
Para perajurit dan panglima Pajajaran karena merasa telah jauh dari negaranya, berperang mati-matian dan nekat hingga tak terhitung banyaknya perajurit Majapahit yang tewas.
Melihat kehebatan sepak-terjangnya perajurit-perajurit dan panglima-panglima Pajajaran, Patih Gajah Mada menjadi marah. Ia mendatangkan balabantuan yang besar jumlahnya, dan diantara balabantuan yang tiba, nampak seorang pemuda yang berpakaian sebagai seorang pemuda petani sederhana. Menurut laporan pemimpin barisan yang baru tiba, pemuda ini menyatakan hendak ikut membela Majapahit dan ikut menghalau musuh. Gajah Mada lalu memanggilnya menghadap.
"Hai, anak muda yang muda rupawan. Siapakah kau dan mengapa kau yang semuda ini hendak ikut pula beryuda?"
Dengan suaranya yang halus dan tutur katanya yang sederhana, pemuda itu menyembah dan berkata,
"Hamba bernama Saritama dari Gunung Kidul, Gusti Patih. Dalam perantauan hamba, hamba mendengar bahwa seorang panglima Pajajaran yang bernama Sakri amat digdaya dan sukar dilawan. Maka apablia Gusti Patih memberi perkenan, hamba hendak mencoba melawan panglima Pajajaran yang sakti itu."
Patih Gajah Mada terkejut. Memang iapun telah menyaksikan sendiri kesaktian Sakri pahlawan Pajajaran itu dan telah mengambil keputusan untuk menghadapinya sendiri oleh karena anak buahnya tidak kuat menghadapi amukan Sakri. Akan tetapi, tiba-tiba seorang pemuda dusun telah mengajukan diri hendak menandingi Sakri!
"Cukup kuatkah pundakmu memikul beban ini?" tanyanya dan Patih Gajah Mada melangkah maju mendekati pemuda yang masih duduk bersila di depannya itu. Ia gunakan kedua tangan untuk menekan kedua bahu Saritama dan pemuda itu maklum bahwa Sang Patih sedang mencoba kesaktiannya, karena terasa olehnya betapa sepasang tangan sang Patih itu bagaikan dua buah batu besar yang beratnya luar biasa menekan dan menindih pundaknya! Saritama tersenyum dan berkata,"Hamba rasa beban ini tak cukup berat, gusti!" Dan diam-diam ia mengerahkan tenaganya ke arah dua pundak yang tertekan.
Patih Gajah Mada merasa terkejut dan berbareng kagum ketika merasa, betapa kedua pundak pemuda itu tiba-tiba menjadi kaku keras bagaikan baja dan dapat menahan tekanan kedua tangannya dengan mudah!
Tertawalah Sang Patih. "Bagus, Saritama. Kau benar-benar pantas disebut Pendekar Gunung Kidul. Maju dan lawanlah Sakri, aku membekali doa restu padamu."
Saritama bertubuh sedang dan berkulit putih kuning. Wajahnya tampan dan sepasang matanya mengeluarkan sinar gemilang. Pakaiannya sederhana sekali, bahkan dadanya terbuka telanjang. Telinga kirinya digantungi sebuah anting-anting perak yang mengeluarkan sinar aneh. Senjatanya hanya sebilah keris kecil luk tiga yang diselipkan dalam sarung keris di pinggangnya. Gerak gayanya perlahan dan lemah lembut, akan tetapi tindakan kakinya cepat sekali ketika ia maju ke medan perang.
Para perajurit yang melihat majunya seorang pemuda bertelanjang dada tanpa memegang senjatapun di tangan, merasa sangat heran dan untuk sejenak perajurit-perajurit Pajajaran menjadi ragu-ragu. Mereka merasa tidak tega menyerang seorang pemuda yang demikian tampan dan yang maju ke medan pertempuran dengan senyum manis di bibir.
Tiba-tiba seorang perajurit Pajajaran maju dengan tombak di tangan. Ia tidak perduli dengan sikap pemuda itu. Siapapun juga orangnya yang sudah maju ke medan perang dan berada di fihak Majapahit, berarti musuh mereka yang harus dibasmi! Akan tetapi Saritama menghadapi perajurit itu dengan tenang. Ketika tombak itu meluncur hendak ditusukkan ke arah dadanya, pemuda ini perlahan sekali memiringkan tubuh dan sekali tangannya bergerak miring, tombak itu patah!
"Sabarlah, aku tak hendak bertempur dengan kalian!" katanya. "Tunjukkanlah di mana adanya Sakri pahlawan besarmu, karena hanya dengan dia saja aku mau bertemu!"
Masih ada dua tiga orang perajurit yang merasa gemas dan menyerang, akan tetapi dengan cara sederhana dan mudah, semua senjata yang menyerangnya dapat dibikin patah! Anehnya, sedikitpun pemuda itu tidak mau membalas serangan atau menyakiti lawannya!
Bersambung.................... | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Mon Oct 27, 2008 5:22 pm | |
| eneh mas haryo.... kuwi adine yo.... ;) | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Mon Oct 27, 2008 5:47 pm | |
| | |
| | | dwikoe Camat
Lokasi : cedak kebun Raya Bogor Reputation : 1 Join date : 19.06.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Mon Oct 27, 2008 6:01 pm | |
| hhhmmmm......
tak enteni kang terusane critamu.... | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Mon Oct 27, 2008 6:07 pm | |
| sing cilik ngalah tur sabar ngenteni wis..... | |
| | | dwikoe Camat
Lokasi : cedak kebun Raya Bogor Reputation : 1 Join date : 19.06.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Mon Oct 27, 2008 7:09 pm | |
| sakri karo saritama arep perang tandhing.....
aku njagok'e sing menang wae........ | |
| | | dedik cahyono Camat
Lokasi : Jakarta Reputation : 0 Join date : 11.07.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Mon Oct 27, 2008 8:28 pm | |
| koyo'e ora ono sing menang mbak... wong seri hasile..... | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Tue Oct 28, 2008 1:37 pm | |
| aku njangok'e sing ganteng weh.... lha mas haryo endi........teruske nuh | |
| | | dwikoe Camat
Lokasi : cedak kebun Raya Bogor Reputation : 1 Join date : 19.06.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Tue Oct 28, 2008 6:45 pm | |
| wah jian si-epha kie....
nek urusan wong gantheng, cepet le nyaut............. | |
| | | dedik cahyono Camat
Lokasi : Jakarta Reputation : 0 Join date : 11.07.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Tue Oct 28, 2008 9:01 pm | |
| sinyale kuat mbak epha kae... | |
| | | dwikoe Camat
Lokasi : cedak kebun Raya Bogor Reputation : 1 Join date : 19.06.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Tue Oct 28, 2008 9:36 pm | |
| sajak merata di tiap dan antar kecamatan....
lha epha kie seko karangmojo wae, langsung tekan semin kok...
pokok'e.....siiippp..... | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Wed Oct 29, 2008 1:58 pm | |
| TAk Lanjutke maneh......................
Demikianlah, Saritama terus maju mencari-cari Sakri. Akhirnya, ia bertemu juga dengan Sakri yang sedang mengamuk dan yang kini berdiri dengan tangan kanan memegang keris dan tangan kiri bertolak pinggang karena sudah tidak ada lawan yang berani melawannya lagi! Gagah dan hebat bagaikan Raden Abimanyu mengamuk di lapangan Kurusetra.
Ketika melihat seorang pemuda keluar dari fihak Majapahit, Sakri segera lari menghampiri dengan keris di tangan. Akan tetapi, setelah melihat orangnya yang datang, tiba-tiba tubuh Sakri terasa lemas, dadanya berdebar dan tangan yang memegang keris menggigil.
"Dimas Saritama.......!"
"Kakang Sakri!"
Mereka berdua hanya dapat mengeluarkan kata-kata ini dan berdiri berhadapan saling pandang. Terharu, kecewa, girang, dan duka bercampur-aduk di dalam hati masing-masing, membuat mereka berdua tak kuasa berkata-kata. Tanpa disadari Sakri memasukkan kerisnya kembali ke dalam sarung keris.
Akhirnya Saritama yang lebih dulu memecah kesunyian yang menyelubungi mereka berdua, "Kangmas, kangmas Sakri, kau..... kau telah menjadi seorang pengkhianat?"
Sakri terkejut mendengar ini. Tadinya ia telah ingin menubruk, memeluk dan menciumi adiknya yang terkasih ini, akan tetapi oleh karena mereka bertemu dalam keadaan bertentangan, ia tidak dapat melakukan hal ini. Pada saat itu, Saritama adalah seorang musuh, musuh Pajajaran yang berarti musuhnya pula!
"Tidak, Saritama!" jawabnya, "aku bukan seorang pengkhianat!"
"Kau tidak merasa menjadi seorang pengkhianat, akan tetapi kau telah melawan Majapahit. Kalau begitu, apakah selain menjadi seorang pengkhianat, kangmas Sakri juga telah berubah menjadi seorang pengecut yang tidak berani mengakui dosa sendiri?"
"Saritama! Kau adikku yang kucinta, janganlah mulutmu begitu kejam menjatuhkan fitnah keji terhadap kakakmu sendiri! Kalau bukan kau yang mengucapkan kata-kata ini pasti telah kubinasakan kau!"
"Sakri! Pada saat ini janganlah kau anggap aku sebagai seorang adik. Kalau kau hendak membinasakan aku pula, lakukanlah, wahai manusia sesat dan gelap mata! Hendak kulihat sampai di mana kekejamanmu."
"Saritama," kata Sakri dengan hati perih, "aku bukan seorang pengkhianat, juga bukan seorang pengecut seperti yang kau duga. Aku sadar dan yakin bahwa perjuanganku ini suci dan benar. Ketahuilah, aku seorang panglima Pajajaran, seorang hamba Pajajaran yang telah lama bersuita di depan Sang Ratu Dewata dan yang telah banyak menerima budi kerajaan Pajajaran. Aku telah bersumpah untuk setia dan membela Pajajaran sampai titik darahku yang penghabisan, yang memang sudah selayaknya menjadi cita-cita seorang satria utama! Dengarlah, wahai anak muda, kalau aku melanggar sumpah dan kesetiaanku terhadap kerajaan di mana aku menghambakan diri dan aku tidak menghancurkan fihak Majapahit yang telah menjadi musuh Pajajaran yang hendak menjaga kehormatan, bukankah aku menjadi seorang pengkhianat dan pengecut sebesar-besarnya di dunia ini?"
"Tapi lawanmu adalah bangsa dan darah dagingmu sendiri!" bantah Saritama.
"Di dalam yuda, tidak ada hubungan apa-apa, yang ada hanyalah lawan dan kawan. Siapa saja adanya dia yang berdiri di fihak musuh, dialah lawan yang harus dimusnahkan. Cita-cita seorang perajurit utama hanya tunggal, yaitu membasmi musuh dan membela negara serta taat kepada perintah yang menjadi junjungan. Aku melakukan semua ini dengan penuh kesadaran. Saritama, perjuanganku suci dan tanpa pamrih, karena aku hanyalah menunaikan tugasku sebagai seorang perajurit. Kalau kau bukan perajurit Majapahit, menyingkirlah Saritama, dan jangan kau menghalangi perjuanganku yang suci. Kelak, kalau aku tidak terbinasa di ujung senjata lawan, akan kuceritakan kepadamu tentang semua ini."
Saritama tersenyum. "Sakri, kau tenggelam dalam kesombonganmu sendiri! Kaukira bahwa seluruh perajurit yang bertempur mengadu tenaga ini hanya boneka-boneka belaka? Bahwa hanya kau seorang yang memiliki jiwa satria utama? Ketahuilah, wahai panglima Pajajaran yang gagah perkasa, bahwa aku Saritama juga seorang perajurit Majapahit. Majulah, karena akulah lawanmu!"
"Duh Jagat Dewa Batara!" Sakri mengeluh, "mengapa aku harus menjatuhkan tanganku kepada adikku sendiri?"
"Sakri, ingatlah akan kata-katamu tadi, kita perajurit sama perajurit. Terima kasih atas pelajaranmu tadi yang membuat hatiku merasa lebih lapang untuk mengadu kerasnya tulang tebalnya kulit denganmu. Mengapa ragu-ragu?"
"Aduh, adikku Saritama..... Kau yang telah lama kurindukan! Tak ada jalan lainkah yang dapat kita ambil? Aku tidak tega menjatuhkan tanganku di atas kepalamu yang kukasihi, Saritama....... kasihanilah kakakmu dan mundurlah."
"Manusia lemah, mana sifat satria yang kau sombongkan tadi?"
Sambil berkata demikian, Saritama melangkah maju dan menyerang dengan pukulan tangannya. Sakri mengelak lemah, akan tetapi Saritama yang memiliki ilmu kepandaian tinggi dan gerakan cepat itu sudah menyusul dengan pukulan kedua hingga dada Sakri kena pukul dan panglima itu jatuh tersungkur!
Bersambung/............................. | |
| | | dwikoe Camat
Lokasi : cedak kebun Raya Bogor Reputation : 1 Join date : 19.06.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Wed Oct 29, 2008 2:11 pm | |
| asyikk.....
perang rame.....
horee........ | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Thu Oct 30, 2008 1:23 pm | |
| mbak dwie rusuh..... haryo is back....halah.... mbak le perang kowe nggowo tombak we aku tak nguncalke dinamit rameee rameee | |
| | | dedik cahyono Camat
Lokasi : Jakarta Reputation : 0 Join date : 11.07.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Thu Oct 30, 2008 9:52 pm | |
| lha iki critane sing perang sopo kok mbak epha karo mbak dwi malah rep perang dewe... | |
| | | dwikoe Camat
Lokasi : cedak kebun Raya Bogor Reputation : 1 Join date : 19.06.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Oct 31, 2008 7:10 pm | |
| aku mengko njeluk dewa hujan....
ben udan deres, dadi dinamit'e epha ora iso meledak.....
terus tak tusuk nganggo tombak.....
HIDUP TOMBAK.........!!!!!!!!!!!
(......halahk...iki opo.........) | |
| | | dewalangit Officer
Lokasi : Jl.jogja-wnsari km 20 Patuk.Dhaksinargha Bhumikarta. Reputation : 39 Join date : 20.07.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Fri Oct 31, 2008 11:02 pm | |
| lha ko sembara ora metu,... :lol: | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Sun Nov 02, 2008 12:39 am | |
| - dwikoe wrote:
- aku mengko njeluk dewa hujan....
ben udan deres, dadi dinamit'e epha ora iso meledak.....
terus tak tusuk nganggo tombak.....
HIDUP TOMBAK.........!!!!!!!!!!!
(......halahk...iki opo.........) tak ngundang dewa api we men tombak'e meleleh trus dinamite njebluk ning sing genah aku wis mlayu... ha ha ha mas haryo endi kieeeee ::0): ::0): ::0): ::0): | |
| | | prima_uciha Koordinator
Lokasi : Playen - Gunungkidul - Sleman Reputation : 0 Join date : 06.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Mon Nov 03, 2008 7:52 am | |
| | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Mon Nov 03, 2008 10:18 am | |
| nak saiki meleleh aku prim...meleleh nunggu mas haryo neruske critane... | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Mon Nov 03, 2008 2:00 pm | |
| Yo wis terusake maneh.............................. "Sakri bangunlah! Mari kita bertempur seperti perajurit-perajurit sejati! Saritama membentak marah karena gemas melihat betapa lawannya itu tidak membalas.
Mendengar ucapan ini dan merasa betapa pukulan Saritama kuat dan berat, bangkitlah semangat Sakri. Serentak ia melompat berdiri dan menggeram keras, "Baiklah, Saritama. Mari kau pertahankan serbuan seorang satria Pajajaran!" Maka ia lalu menyerang dengan hebatnya. Kedua teruna remaja yang sama tampan sama gagah itu, kakak beradik yang setelah lama berpisah kini bertemu di medan yuda menjadi lawan, berkelahi mati-matian!
Keduanya sama kuat, sama cepat, dan sama digdaya. Pukul-memukul, tendang-menendang, hempas-menghempas hingga debu mengebul dari tanah yang mereka pijak. Perkelahian ini demikian hebat dan seru, sehingga para perajurit Majapahit dan Pajajaran yang sedang bertempur di dekat tempat kedua kakak-beradik ini beryuda, menghentikan pertempuran mereka dan menonton perkelahian ini dengan kagum!
Sakri dan Saritama bertempur bagaikan dua ekor harimau berebut kelinci. Sepak-terjang Sakri bagaikan Gatutkaca yang menyambar-nyambar dengan hebatnya, kuat dan cepat gerakannya. Sedangkan Saritama yang lebih halus gerak-geriknya itu bagaikan Raden Angkawijaya yang biarpun bergerak lemah-lembut, akan tetapi selalu tepat cekatan. Tak banyak bergerak dalam mengelak sebuah serangan, dan setiap pukulan yang dilancarkan, biarpun kelihatannya dilakukan dengan perlahan, namun mengandung tenaga yang cukup besar untuk menghancurkan kepala seekor banteng!
Pertempuran itu berjalan seru dan lama hingga para perajurit kedua fihak bersorak-sorak membela jago masing-masing. Baik Sakri, maupun Saritama keduanya merasa betapa berat dan kuat orang yang menjadi lawannya. Sakri diam-diam merasa kagum dan girang melihat kehebatan adiknya, akan tetapi oleh karena pada saat itu adiknya menjadi seorang Majapahit, terpaksa harus dibinasakan! Sakri menggertak gigi untuk menguatkan hatinya, kemudian ia mencari kesempatan. Ketika kesempatan yang dinanti-nanti itu tiba, cepat bagaikan petir menyambar ia mengirim pukulan tangan kanan yang disertai Aji Kelabang Kencana yang bukan main dahsyatnya! Pukulan sakti ini tepat mengenai pangkal telinga Saritama dan tubuh Saritama terpental jauh lalu jatuh di atas tanah tanpa daya!
Kalau saja yang terkena pukulan itu bukan Saritama, Satria Gunung Kidul yang telah digembleng secara hebat oleh ayahnya, pasti akan tewas di saat itu juga. Akan tetapi, Aji Kelabang Kencana mempunyai kesaktian luar biasa hingga biarpun tidak tewas, namun tubuh Saritama telah menjadi bengkak-bengkak dan matang biru! Pemuda ini merangkak bangun dan mukanya yang tampan kini telah menjadi tidak karuan macamnya, bengkak-bengkak hingga kedua matanya hampir tak nampak lagi. Bukan main rasa sakit yang diderita oleh Saritama, akan tetapi satria ini menguatkan tubuh dan hatinya dan hanya sedikit keluhan terdengar dari mulutnya yang bengkak-bengkak itu.
"Aduh, Rama panembahan, tak kusangka Saritama akan tewas dalam kakangmas Sakri sendiri....." Kemudian ia merangkak bangun dan berseru keras kepada Sakri.
"Panglima Pajajaran, janganlah berlaku kepalang-tanggung, majulah dan padamkanlah apiku kalau kau memang seorang satria!"
Semenjak ia memukul Saritama dengan Aji Kelabang Kencana dan melihat betapa adinda yang dikasihinya jatuh berguling dengan tubuh dan muka bengkak-bengkak mengerikan, lenyaplah seketika itu juga semangat bertempur dalam dada Sakri. Ia merasa ngeri dan kasihan sekali. Apalagi setelah mendengar Saritama mengeluh dan menyebut ramanya, hancur luluh perasaan Sakri. Ramanya dulu pernah berkata bahwa kelak ia harus mewakili rama-ibu dan mendidik serta menjaga Saritama, akan tetapi sekarang, dia sendiri telah berusaha sekuasanya untuk membinasakan adindanya itu!
Tak tertahan lagi rasa terharu yang melemahkan hatinya. Ia lalu menubruk maju sambil memekik, "Adimas Saritama......"
Saritama hendak mengelak, akan tetapi oleh karena tubuhnya telah menjadi lemah dan sakit-sakit, ia tak kuasa melepaskan rangkulan kakaknya. Sakri lalu menggunakan tangan kanannya untuk memijit-mijit dan mengusap-ngusap muka dan tubuh adiknya, menggunakan kesaktiannya untuk menghilangkan Aji Kelabang Kencana yang menyerang tubuh Saritama. Memang selain memiliki Aji Kelabang Kencana dahsyat, Sakri juga mempelajari aji untuk mengobati dan memusnahkan daya serang Kelabang Kencana.
Seketika itu juga, pulihlah keadaan Saritama. Segala bengkak-bengkak pada muka dan tubuhnya lenyap dan ia merasa segar kembali.
Saritama mencela kakaknya. Dengan cepat ia merenggutkan tubuh dari pelukan Sakri dan berkata, "Kangmas Sakri, mengapa kau memperlihatkan kelemahanmu lagi? Jangan kau memalukan aku, kangmas!"
"Saritama, adikku yang tersayang. Bagaimana aku dapat sampai hati mencelakakan kau yang kukasihi? Adinda, sekali lagi kupinta kepadamu, menyingkirlah dan jangan melawan aku. Kelak aku akan minta maaf kepadamu, dinda." Sakri!
Bersambung........... | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Tue Nov 11, 2008 11:35 am | |
| aku setia ngenteni terusane mas.....nganti meleleh | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Tue Nov 11, 2008 12:06 pm | |
| Tak terusake maneh wae................
Kau hendak merendahkan adikmu sendiri? Kalau kau seorang satria utama, apakah akupun bukan seorang satria Majapahit yang pantang mundur dan tidak kenal takut pula? Hayo, majulah dan pergunakanlah aji kesaktianmu pula. Saritama bukan anak kecil yang takut akan maut!"
Kembali kakak-beradik ini bertempur. Akan tetapi oleh karena Sakri merasa bimbang, ia hanya berkelahi dengan setengah hati, sehingga pada saat yang tepat Saritama berhasil memasukkan pukulannya yang dengan jitu sekali menghantam kepala Sakri. Bukan main hebatnya pukulan ini, oleh karena kali ini Saritama mempergunakan aji kesaktiannya yang bernama Bromo ati. Pukulan ini mempunyai daya bagaikan petir menyambar dan seketika itu juga tubuh Sakri menjadi hangus dan kulitnya rusak bagaikan terbakar api! Sakri bergulingan di bawah dan mengeluh kesakitan, tak berdaya untuk bangun lagi.
"Kangmas.......... kangmas.......... ampunkan aku......" Saritama mengeluh.
"Tidak ada yang harus mengampunkan dan tidak ada yang harus minta ampun, dimas. Kita sama-sama perajurit utama, bukan? Kematian bukan apa-apa, teruskanlah perjuanganmu dengan hati suci. Tak usah kita hiraukan sebab-sebab pertempuran. Tugas kita hanya berjuang, berjuang dengan suci. Aku..... aku puas, dinda........" Kemudian ia mengeluh dan tiba-tiba dari mulut keluar keluhan panjang, "Aduh........ adinda Diah Pitaloka......"
Terkejutlah Saritama mendengar ini. "Kangmas Sakri...... kau..... kau menyinta Diah Pitaloka Puteri Pajajaran?"
Sakri mencoba untuk tersenyum. "Dia.......... Dia pujaan kalbu dan sumber kebahagiaanku, dinda..... sampaikanlah salamku kepadanya dan sampaikan pula bahwa aku telah membela kehormatannya sampai titik darah terakhir......."
Dengan sedih Saritama menyanggupi. Pada saat itu, seorang perwira Majapahit yang berdiri di belakang Saritama, ketika mendengar bahwa Saritama, sebenarnya adalah adik dari Sakri panglima Pajajaran itu, menjadi tercengang. Timbul pikiran jahat dalam otaknya. Ia hendak merebut pahala dan jasa karena membinasakan Sakri, pahlawan musuh yang digdaya itu. Maka, diam-diam ia angkat tombaknya tinggi-tinggi dan cepat sekali ia menusuk punggung Saritama dengan tomak itu!
Saritama sama sekali tidak menyangka akan datangnya bahaya oleh karena kedukaannya membuat ia lupa akan segala. Dan oleh karena segala perhatiannya dicurahkan kepada kakaknya, maka agaknya tombak yang ditusukkan ini tentu akan menembusi tubuhnya! Akan tetapi pada saat itu Sakri yang telah hampir mati itu tiba-tiba meloncat bangun dan menubruk ke belakang Saritama hingga tombak itu tidak jadi menancap di punggung Saritama, akan tetapi tepat memasuki perut Sakri!
Sakri benar-benar digdaya. Biarpun tubuhnya telah hangus dan tombak itu telah menembus perutnya, namun ia masih kuasa menyambar maju dan kedua tangannya yang hangus itu mencekik leher perwira itu sampai kedua mata perwira itu melotot dan lidahnya terjulur keluar. Perwira itu binasa dan setelah melepas tubuh perwira yang telah menjadi mayat. Sakri lalu terhuyung-huyung dan jatuh ke dalam pelukan Saritama,
"Kangmas...... sungguh mulia hatimu. Di saat terakhir kau masih sudi menolong jiwaku."
Akan tetapi Sakri tak kuasa berkata banyak. Ia membuat gerakan agar Saritama mendekatkan telinganya. Pemuda ini mengerti akan isarat kakaknya, maka ia lalu mendekatkan telinganya di mulut kakaknya. Dan dalam saat terakhir itu, Sakri membisikkan semua aji kesaktiannya kepada adiknya yang terkasih ini. Kemudian, satria utama ini menjadi lemas dan menghembuskan napas terakhir. Sakri telah gugur bagaikan ratna, yang takkan lenyap dan pudar kegemilangan namanya selama dunia berkembang!
Saritama mencabut keluar tombak yang masih menancap di perut Sakri dan dengan penuh khidmat ia pondong jenazah itu keluar dari medan pertempuran, diikuti oleh pandangan mata perajurit-perajurit dari kedua fihak. Setelah pemuda itu pergi, maka para perajurit itu mulai bertempur pula dengan hebatnya!
Dengan hati duka, Saritama membakar jenazah kakaknya sambil berdoa. Setelah pembakaran jenazah ini selesai, ia lalu maju pula ke medan pertempuran, bukan untuk ikut bertempur, akan tetapi untuk mencari Puteri Pajajaran dan menyampaikan pesan Sakri kepada Diah Pitaloka.
Setelah Sakri gugur, maka kekuatan fihak Pajajaran makin lemah. Sungguhpun demikian, para satria Pajajaran yang gagah berani dan pantang mundur itu melanjutkan pertempuran sampai orang terakhir! Patih Gajah Mada mengerahkan semua pahlawannya dan akhirnya semua pahlawan Pajajaran dapat dibinasakan dalam pertempuran yang maha hebat itu! Darah mengalir bagaikan anak sungai dan mayat bergelimpangan bertumpang-tindih memenuhi lapangan Bubat.
Bersambung maneh ke Jilid 2 | |
| | | pHa_epHa Koordinator
Lokasi : harmoni Reputation : 3 Join date : 15.04.08
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul Tue Nov 11, 2008 3:29 pm | |
| | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: ( Cerbung ) Satria Gunungkidul | |
| |
| | | | ( Cerbung ) Satria Gunungkidul | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |
|