Warga Desa Melikan Kecamatan Rongkop dan Nglindur Kecamatan Girisubo mengeluh, pasalnya sudah tiga tahun ini pipa air minum yang ada di dua desa tersebut sudah tidak lagi dialiri air minum. Akibatnya ribuan penduduk di dua desa tersebut mengalami kesulitan air yang sangat memprihatinkan. Warga mendesak kepada pihak PDAM Gunungkidul untuk menepati janjinya agar jaringan pipa air minum tersebut segera dialiri air bukan hanya angin.
Pipa air minum yang macet meliputi Dusun Tambak, Kembang dan Ngocek Desa Melikan Kecamatan Rongkop, sedang di Desa Nglindur Kecamatan Girisubo meliputi Dusun Nglidur Wetan, Nglindur Kulon dan Sumur. Dari 6 dusun tersebut tidak kurang dari 900 Kepala Keluarga atau 4 ribu jiwa yang sangat mendambakan air minum lewat pipa jaringan yang sudah ada. Kata Wakil Ketua Komisi C DPRD Gunungkidul yang juga anggota Fraksi PAN H Paikun WP BA Sabtu (13/9).
Ketika Wakil Ketua Komisi C tersebut melakukan penjaringan aspirasi di dua wilayah desa tersebut, masalah yang sangat mendesak adalah masalah kesulitan air akibat macetnya pipa air di dua wilayah tersebut.
Menurut beberapa warga setempat pihak PDAM Gunungkidul juga sudah mengetahui kemacetan aliran air minum tersebut dan berjanji untuk segera memperbaikinya agar air bisa kembali mengalir, namun kenyataannya hingga tiga tahun tidak ada realisasinya.
Akibat macetnya jaringan pipa air minum di Melikan dan Nglindur, warga harus membeli air dari tangki swasta yang harganya jauh lebih mahal dari harga air minum dari PDAM.
Menurut beberapa warga di Melikan harga air minum yang dijual oleh pedagang swasta mencapai Rp 160 ribu dengan kapasitas 5 ribu liter. Jika dalam satu keluarga terdiri dari lima jiwa, maka air satu tangki hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan kurang dari 1 bulan. Sehingga masyarakat yang mayoritas adalah KK miskin sangat keberatan jika setiap bulan harus mengeluarkan dana minimal Rp 160 ribu untuk membeli air.
Diakui bahwa akibat macetnya air minum, maka wilayah tersebut kembali mendapatkan droping air dari pemerintah daerah lewat kecamatan, namun droping air yang diterima warga jumlahnya sangat minim.
“Air satu tangki yang datangnya tidak tentu, mungkin satu minggu sekali bahkan bisa dua minggu sekali hanya bisa dibagikan untuk setiap KK hanya satu pikul air, dan hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan air untuk satu hari saja,” kata Paikun.
Untuk itu kepada pihak PDAM Gunungkidul dalam waktu dekat segera melakukan evaluasi terhadap jaringan air minum yang macet dengan menginventarisasi tingkat kemacetannya. Karena ada faktor kerusakan jaringan, atau air yang tidak sampai ke beberapa wilayah. "Jika yang terjadi hanya kerusakan jaringan maka perlu segera ada perbaikan, demi orang banyak," tambah Paikun