Kelangkaan minyak tanah (minah) dan harga elpiji mahal telah melambungkan harga kayu bakar. Jika sebelumnya satu kubik harganya sekitar Rp 55 ribu, sekarang naik menjadi sekitar Rp 70 ribu.
“Harga ini kemungkinan akan bergerak naik,” kata Ngatno warga Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari ketika ditemui Rabu (10/9). Ditambahkan, sebenarnya hampir setiap warga pedesaan menyimpan kayu bakar. Untuk wilayah selatan banyak yang sudah didatangi pembeli dari luar daerah. Ada yang digunakan untuk keperluan dapur, tetapi ada yang juga digunakan untuk menopang industri gamping.
Pengurangan jatah minyak di Gunungkidul, menurut Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Perindagkop) Gunungkidul Drs H Suyanto MM sebagai konsekuensi direalisasinya program konversi minyak tanah (minah) ke gas. Tetapi logikanya, tidak akan kesulitan minyak tanah, jika semua penerima konversi sudah beralih penuh menggunakan gas. Pemerintah memang akan melakukan deteksi lapangan agar program konversi minah berjalan sesuai dengan rencana. Karenanya jika semua sudah menggunakan gas, tentu tidak akan membutuhkan minyak tanah, jelasnya.
Sementara Simpie salah seorang pedagang gas mengungkapkan, sejak terjadi kenaikan harga elpij 25 Agustus lalu, permintaan gas tabung 12 kg turun tajam, hingga 30 persen. Untuk pembelian gas tabung 3 kg justru semakin meningkat