Puluhan petani cabai yang tergabung dalam kelompok tani Tirtosari Desa Karangrejek, Wonosari, tengah dipusingkan dengan serangan jamur yang menyerang tanaman cabe. Cabe yang seharusnya siap panen, terlihat layu dan nampak keriput. Bahkan beberapa hari kemudian, cabai langsung busuk. Batang dan daun pohon cabai pun langsung kering dan mati.
“Kami hanya bisa pasrah. Meski kami sudah lapor kepada petugas PPL, namun sampai saat ini tetap tidak ada tindakan apa-apa. Sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa kami harapkan,” tutur Hartoyo, siang kemarin.
Menurut Hartoyo, serangan jamur baru diketahui saat cabai mulai dipanen. Saat itu, terang Hartoyo, ia kaget saat mendapati buah cabai terlihat tidak segar. “Lama-lama daun dan batang mulai mengering seperti kekurangan air. Padahal kami selalu menyiramnya,” tambahnya.
Bapak satu anak ini mengaku sudah melaporkan kepada Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang kerab mendatangi kebun cabai. Namun hingga sebagian tanaman cabainya layu, belum ada tindakan dari petugas. “Kata pak PPL terkena serangan jamur. Namun sampai saat ini kami belum bisa melakukan penyemprotan dan pengobatan untuk menanggulangi serangan jamur yang semakin meluas,” imbuhnya.
Dikisahkan Hartoyo, sebelum terserang jamur, hasil panen cabai keriting yang ditanamnya cukup menjanjikan. Untuk lahan seluas 1000 meter persegi, mampu menghasilkan 60 kg cabai. Untuk panen kedua hasil panenan bahkan mencapai 2 kuintal, dan panen ketiga meningkat menjadi 4 kuintal. “ Namun saat ini tidak bisa diharapkan lagi,” katanya.
Beruntung, sebagai petani sayuran, Hartoyo tidak hanya menanam cabe saja, namun juga menanam jenis sayuran lain seperti terong, bayam dan jenis tanaman sayuran lain secara tumpang sari.