Proyek air bersih hibah dari Japan International Corporations Agency (JICA) Jepang di Sub Sistem Baron, dikebut pengerjaannya. Hingga akhir Agustus 2008 pekerjaan fisik sudah mencapai 55 persen, lebih cepat dari time schedule yang direncanakan 45 persen. Proyek untuk pengentasan kekeringan wilayah selatan ini akhir November bakal diuji coba keseluruh jaringan yang sudah terpasang.
Demikian dikatakan Kepala Bidang Cipta Karya DPU Gunungkidul Drs Sumediyono, ketika ditemui Kamis (4/9) usai mengikuti rapat evaluasi Proyek JICA Baron di Dinas Kimpraswil DIY. ”Prestasi fisik Proyek JICA melebihi 10 persen dari time schedule,” katanya.
Sesuai rencana Proyek JICA Fase II (2008) ini selesai akhir Maret 2009, namun sudah dapat dipastikan sebelum Maret 2009 sudah selesai, selanjutnya sudah bisa dioperasikan lebih cepat sehingga ancaman kekeringan pada musim kemarau 2009 sudah bisa diatasi. Proyek dengan dana hibah dari Jepang sebesar Rp 90 miliar dan sharing dari Kabupaten Gunungkidul ini direncanakan untuk memenuhi kebutuhan air baik di Sub Sistem Baron meliputi Kemadang dan Planjan, Sub Sistem Bribin Barat meliputi Desa Kemiri, Banjarejo, Ngestirejo dan Hargosari, dan interconect dengan Sub Sistem Ngobaran untuk wilayah Saptosari, Paliyan, Panggang dan Purwosari.
Pembangunan proyek air JICA Fase II ini meliputi pemasangan pipa jaringan dan pembangunan bak air meliputi bak air di Mendang, Bulu, Tanjungsari, Baron dan Planjan. Ada pun sharing Pemkab Gunungkidul meliputi pembangunan pagar dan talud pada lima bangunan bak tersebut dengan dana Rp 750 juta yang kini tinggal menyelesaikan pagar di Baron.
Untuk mendistribusikan air dari Baron, selain dipasang pipa baru yang memenuhi standar dan langsung didatangkan dari Jepang juga memanfaatkan pipa yang dipasang oleh Proyek P2P pada 1998 lalu. Namun pihak Jepang akan melakukan ceking terlebih dahulu terhadap kelayakan pipa yang sudah ada. Karena banyak kemungkinan pipa yang nganggur 10 tahun ini sudah banyak yang bocor dan rusak.
Kabid Sarana dan Fisik Bappeda Gunungkidul Ir Edy Praptono yang ditemui secara terpisah menyatakan, bahwa proyek air hibah dari Jepang bukan merupakan program penelitian, namun program kemanusiaan yang dikerjakan langsung oleh teknisi dari Jepang sehingga segala yang direncanakan sudah dipastikan terlaksana.
Jika pembangunan Baron fase II ini selesai, masalah air zone selatan meliputi Kecamatan Tanjungsari, Saptosari, Paliyan, Panggang dan Purwosari bisa teratasi. Karena sumber air bawah tanah di Baron memiliki debit sangat tinggi, dan hanya dimanfaatkan sebagian untuk memenuhi kebutuhan penduduk di wilayah tersebut.
Mengingat kelanjutan proyek tersebut segera ditangani oleh PDAM Gunungkidul, maka diharapkan PDAM segera membuat peta wilayah sekaligus inventarisasi terhadap pipa yang rusak. Karena akhir November proyek ini akan segera diujicoba, sehingga PDAM harus menyiapkan segala sesuatunya, karena untuk operasional juga membutuhkan biaya operasional cukup tinggi terutama untuk membayar rekening listrik untuk menggerakkan jenset, kata Edy Praptono