PANEN RAYA BRAMBANG DI KARANGREJEK

Petani bawang merah di Dusun Karangsari, Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari pada musim tanam 2008 ini mampu meraup keuntungan sebesar Rp 910 juta, dari hasil panen raya bawang merah. Tanaman bawang merah seluas 14 hektar tersebut mampu menghasilkan rata-rata 20 ton perhektar dengan harga jual rata-rata Rp 5 ribu/kilogram.
Meskipun harga bibit bawang merah ketika musim tanam sangat mahal antara Rp 17 ribu - Rp 25 ribu, namun dari perhitungan analisa usaha tani, petani masih bisa untung. Dari perhitungan petani setiap 1.000 meter persegi, dengan hasil panen rata-rata 2 ton, dengan harga jual Rp 5 ribu, pendapatan kotor sebesar Rp 10 juta, setelah dikurangi biaya produksi mulai dari bibit, biaya pengolahan, pupuk, obat dan pengairan sebesar Rp 3,5 juta maka keuntungan bersih setiap 1.000 meter persegi mencapai Rp 6,5 juta.
”Dibanding dengan jenis tanaman pangan dan palawija budidaya tanaman bawang merah masih lebih untung,” kata Ketua Kelompok Tani Tirtosari, Dusun Karangsari, Desa Karangrejek Cipto Harsono ketika ditemui di sela-sela panen raya bawang merah, Rabu (27/8).
Budidaya tanaman bawang merah pada musim tanam 2008 ini mengalami kenaikan dibanding tahun lalu. Kelompok tersebut mendapatkan bantuan pinjaman lunak dari Dinas Pertanian DIY sebesar Rp 36 juta untuk pengadaan benih sebanyak 4 ton. Dari bantuan benih tersebut langsung dialokasikan kepada seluruh anggota kelompok sebanyak 104 orang sesuai dengan luas lahan dan kemampuan anggota.
Untuk mengairi tanaman bawang merah dan tanaman hortikultura lainnya yang luasnya mencapai 45 hektar, memanfaatkan sumur bor yang ada di Bulak Tirtosari. Sumur bor tersebut mampu mengairi lahan pertanian secara maksimal yang dikelola oleh P3A Tirtosari, Desa Karangrejek.
Selain tanaman bawang merah, di sela-selanya petani masih bisa menanam berbagai tanaman sayuran dengan pola tumpang sari di antaranya tanaman kacang tanah, lombok, jagung dan tanaman sayuran lainnya seperti bayam, mentimun dan lainnya, tambah ketua Kelompok Tani Tirtosari Cipto Harsono.
Sementara itu Kabid Produksi Dinas Pertanian Gunungkidul Supriyadi STP yang ditemui mengakui di beberapa wilayah yang menjadi sentra tanaman hortikultura khususnya bawang merah, jumlah arealnya mengalami penurunan, akibat mahalnya benih yang mencapai Rp 25 ribu/kilogram. Tetapi bagi petani di Karangsari justru luas arealnya meningkat.
Dalam kesempatan tersebut hadir pula Kasi Tanaman Sayuran Dinas Pertanian Propinsi DIY Ir Pramono Hadi, dalam sambutannya mengharapkan agar Gunungkidul bisa menjadi produsen sayuran khususnya bawang merah. Diharapkan pula agar petani membentuk Asosiasi Bawang Merah, yang mampu mengendalikan harga pada saat panen, dengan cara lelang.

perbadingannya bisa 30% dari harga beli waktu tanam
kasihan para petani kita orang lebih memilih produk luar dari pada produk kita
kenapa?

wasalam,

Memang bener itu mas aku dewe wektu lebaran wingi bali do crito akan keberhasilan saat panen raya iku.aku dewe sempet kaget ,tapi yo sing jelas iku salah satu wujud hasil jerih payah para petani kita dan jadi buah bibir dikalangan petani yang lain.
malah sempet denger kabar wektu panen raya kui Pak presiden opo
wakile jare yo sempet ngrawuhi acara kui bener ra beritane..?

ayo mari cintai produk dalam negri...!!!

mantap tenan kuwi, panen raya...

langsung tanjakke di inveske nang ndi yo duit semono kui

Belikan kerupuk dapat banyak gan....qqqq

ra nganti sersasi ya wis entek...

tukokne ciki oleh pirang tronton kwi

sudah panen belum tahun ini gan?

Gmn panen tahun ini?

Untuk panen bawang merah memang sangat menarik ini bisa dapat ratusan juta rupiah. Tapi tentunya untuk saat ini sudah berbeda musimnya, tidak seperti dulu lagi.