- Bencana kekeringan di Kabupaten Gunungkidul semakin meluas. Tak hanya zona selatan dan utara yang mengalami kesulitan air di musim kemarau ini, daerah perkotaan juga terkena dampaknya. Wilayah perkotaan yang dilanda kesulitan air meliputi Desa Wonosari, Piyaman, Baleharjo dan beberapa desa di Kecamatan Karangmojo. Operator penjual air UD Sumberdadi di Tegalsari, Wonosari Wasiran kepada KR, Minggu (27/7) mengungkapkan, permintaan air di musim kemarau ini cukup tinggi. Rata-rata per hari mampu menjual air sebanyak 250 ribu liter. Sebanyak 25 armada dikerahkan untuk melayani permintaan dari pelanggan PDAM. Adapun wilayah zone utara yang dilanda kekeringan dan juga kesulitan air seperti Kecamatan Nglipar dan Gedangsari yang berbatasan dengan Klaten. Sedangkan zona selatan mencapai Kecamatan Saptosari, Panggang, Tepus, Tanjungsari, Rongkop dan Girisubo. Air yang dijual oleh tangki swasta ini berasal dari sumur bor yang dikelola oleh Petani Pengelola Air (PPA) di Tegalsari. Di sela-sela melayani pembeli yang datang langsung, Wasiran mengatakan, untuk harga penjualan tidak sama. Tergantung dari jarak dan medan rumah dari pelanggan. Semakin jauh jaraknya otomatis juga mahal. Harga ketika pembeli datang langsung ke pos penjualan air, satu tangki 5 ribu liter air dijual Rp 15 ribu. Untuk wilayah Gunungkidul selatan berkisar antara Rp 110 ribu hingga Rp 160 ribu. Sedangkan harga penjualan di zona utara paling jauh Rp 250 ribu di wilayah perbatasan Gunungkidul dengan Klaten. Banyak juga pembeli yang datang langsung, tiap satu drum dikenai biaya Rp 1.250. Setiap Minggu pembeli yang datang langsung jumlahnya cukup banyak. Musim kekeringan ini cukup memrihatinkan, seperti di wilayah selatan warga rela menjual beras maupun hewan ternak guna membeli air, tuturnya.