Gempita pesta Demokrasi
Suka cita dan kegembiraan akan adanya pemilihan pemimpin baru di suatu wilayah, merupakan kegembiraan yang membawa harapan perbaikan bagi nasib sebagian orang, namun tak jarang harapan harapan itu hanya sebagai isapon jempol belaka, karena pemimpin yang diaharapakan belum tentu terpilih dalam perlombaan tersebut.
Dan pada kenyataannya dengan adanya perlombaan (baca pemilihan) ini yang berkekuatan Ekonomi yang baiklah yang kadang kadang yang menjadi pemenangnya.
Saudara saudara sampai kapankah politik transaksional ini akan berakhir? Sampai generasi mana politik transaksional ini akan diakhiri, karena dalam teori perdagangan setiap traksaksi harus menguntungkan, dan perlu disadari bersama bahwa jika mengeluarkan modal yang banyak maka langkah yang ditempuh adalah mengembalikan modal dan tentunya plus keuntungannya.
Kalau teori Transaksi jual beli ini digunakan dalam pemilihan Pemimpin dalam sebuah wilayah kira kira bisa terbayang hasilnya…. Kembalinya modal + keuntungan.
Dalam kehidupan pasti ada yang namanya cita cita, begitupula dalam sebuah wilayah pasti mempunyai cita cita yang ingin diwujudkannya, dan Pemimpin hadir untuk mengkoordinasikan tercapainya cita cita, berarti pemimpin harus paham betul dan mengerti apa yang harus diwujudkan.
Kalau kita sering mendengarkan pewayangan, bagaimana Ki dalang menggammbarkan adanya kerajaan Dorowati,
Bahwa Kerajaan itu :
“panjang punjung, panjang pocapané, punjung kawibawané”, yang mengandung politik ideal dan berarti: Negaranya adalah begitu termasyhur sehingga diceritakan orang panjang lebar sampai keluar negeri dan bahwa negara itu berwibawa tinggi sekaIi.
Bahwa situasi perekonomiannya adalah :
“hapasir hawukir ngadep segara kang babandaran, hanengenaké pasabinan. Bébék ayam raja kaya, enjang medal ing pangonan, surup bali ing kandhangé déwé-déwé. Wong kang lumaku dagang rinten dalu datan wonten pedoté, lebet saking tan wonten sangsayaning margi”, yang mengandung suatu ekonomis-ideal, dan berarti bahwa “negaranya penuh dengan bandar-bandar, sawah-sawah, dan begitu makmurnya hingga tidak ada pencuri-pencuri. Itik, ayam, ternak pagi-pagi keluar sendiri ke tempat angon, kalau sudah mahgrib pulang sendiri ke kandangnya. Orang berjualan dagang siang dan malam tidak ada putusnya, karena tidak ada gangguan di jalan.
Bahwa susunan masyarakatnya adalah:
“Tata-tentrem, kerta raharja, gemah ripah, lohjinawi”; yang mengandung suatu sosial-ideal, dan berarti bahwa “negaranya adalah teratur, tenteram, orang bekerja aman, orangnya ramah-tamah, berjiwa kekeluargaan dan tanahnya subur”, (adil makmur)
Lalu bagaimana dengan kenyataan yang sekarang ini, lalu bagaimana dengan pemimpin yang hadir dan akan memimpin, apa konsepsi mereka? apa cita cita yang ingin diwujudkannya?, dan bagaimana mewujudkannya?.
Bagaimana pandangan para calaon pemimpin ini, terhadap adanya Exploitasi sumber daya alam yang hanya dinikmati sebagian kecil kelompok kelompok pemodal, ah contohlah kalau kita di Gununkidul daerah daerah pinggir pantai atau tempat tempat pariwisata siapa paling banyak menikmatinya. Lalu bagaimana nasib kaum tani dan buruh?
Sampai kapankah politik transaksional ini akan berakhir? Mari merenung sejenak untuk memikirkan sebenarnya apa yang dicita citakan dan akan diwujudkan oleh calon pemimpin pemimpin dalam suatau wilayah,…Demokrasi kita adalah demrokasi terpimpin yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan.