FKOGK
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


Forum Komunitas Online Gunungkidul
 
IndeksJual BeliPortal FKOGKLatest imagesPencarianPendaftaranLogin

 

 Idiologi ??? siapa takut ! 3/6

Go down 
PengirimMessage
Mayansah wiyono
KorLap
Mayansah wiyono


Lokasi : Tepus
Reputation : 6
Join date : 26.08.13

Idiologi ??? siapa takut ! 3/6 Empty
PostSubyek: Idiologi ??? siapa takut ! 3/6   Idiologi ??? siapa takut ! 3/6 Icon_minitimeTue Jan 28, 2014 4:10 pm

diskusi 3
mengapa pancasila 1 juni 1945 ?


Sesuai kesepakatan, diskusi berikutnya diadakan di rumah bung Slamet. Persoalan utama yang diajukan adalah ”mengapa kita memilih Pancasila 1 Juni 1945?” Diskusi dilaksanakan pada hari Sabtu, di saat masing-masing anggota Gerakan Kader Soekarno libur. Rencananya, diskusi akan berlangsung pukul 10.00-12.00. Ditunjuk sebagai moderator adalah bung Daeng, dengan notulis bung Asep.

Daeng : Nah, agar suasana diskusi dapat berjalan segar, saya akan mulai dengan pantun : Berburu di hutan lebat, yang didapat burung kutilang. Boleh saja kita berdebat, sakit hati jangan dibawa pulang (sambil tersenyum melirik bung Umar dan bung Asep)
Para peserta tertawa dan bertepuk tangan
Daeng : Nah, siapa akan memulai pembicaraannya? Silahkan!
Sugeng : Sebelum diskusi ini dimulai, beberapa hal ingin saya tanyakan. Mohon teman-teman yang sudah paham bisa menjelaskan (sambil membaca catatan):
Mengapa Pancasila diberi tambahan 1 Juni 1945? Apa memang ada Pancasila lain? Kalau ada, bagaimana hubungannya ?”
Jalal : Saya akan mencoba menjawab. Yang pertama perlu kita pahami dulu bahwa Pancasila itu memang dipidatokan pertama kali pada 1 Juni 1945. Kedua, bahwa dalam perkembangannya, Bung Karno tetap teguh mempertahankan  substansi sila-sila itu dengan terus mengakomodir aspirasi pihak-pihak, terutama antara golongan kebangsaan dan golongan Islam, agar tetap bisa dijadikan  dasar dan pedoman bersama, dan yang ketiga banyak orang yang berusaha melawan Pancasila itu dengan mengaburkan, mengacaukan, dan mempertentangkan Pancasila 1 Juni itu dengan rumusan-rumusan yang lain, terutama yang tercantum dalam alinea 4 Pembukaan UUD 1945. Padahal yang mencetuskannya satu, yang mengawal pengembangannya satu, dan yang mempelopori pelaksanaannya pun satu yaitu Bung Karno.  Jadi Pancasila itu yaaa hanya astu, yaitu Pancasila Bung Karno, yang dicetuskan pertama dalam pidato 1 Jubi itu. Maka menjadi tugas kita untuk lebih memahami Pancasila Bung Karno itu, dan yang terpenting untuk mengamal-kannya. Setuju ?
Peserta : Ya. Setujuuuu! ... Kok panjang bener!
Jalal : Pancasila 1 Juni 1945 adalah sebutan yang kita gunakan untuk menunjukkan rumusan Pancasila seperti termuat dalam pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945.
Slamet : Mungkin bisa ditambahkan, pidato itu disampai-kan oleh Bung Karno dalam sidang BPUPKI, atau singkatan dari Badan Penyelidik Usaha-usaha  Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Solossa : Kalau itu sih, nggak perlu diingatkan mas! Kita semua kan sudah tahu, penggali Pancasila itu adalah Bung Karno. Jadi jika alasannya hanya itu, menurut saya tidak perlu lah kata Pancasila ditambahi “1 Juni 1945”, kepanjangan mas! Cukup ”Pancasila” sajalah!
Slamet   : Bagi kita yang lahir di tahun 1940 atau 1950-an memang sudah tahu jika penggali Pancasila itu adalah Bung Karno. Tapi masalahnya, kenyataan sejarah itu telah dibelokkan dan ditutup-tutupi oleh Orde Baru.
Liem : Benar. Sehingga generasi yang lahir di tahun-tahun awal pemerintahan Orde Baru, bisa-bisa hanya memahami Pancasila versi Orde Baru.
Silvi : Maksudnya generasi yang lahir tahun 70-an? Saya juga lahir persis tahun 1970. Tapi saya tetap mempelajari sejarah yang benar, sehingga bisa tahu, penggali Pancasila adalah Bung Karno.
Jalal : Wah, kalau saudari Silvi ini sih perkecualian. Memang, di masa Orde Baru pun ada beberapa generasi muda, yang secara diam-diam mencari kebenaran sejarah di luar versi Orde Baru.
Solossa : Lalu kenapa Orde Baru tetap ngotot jika penggali Pancasila itu adalah Muh. Yamin, bukan Bung Karno, siapa yang bisa menjelaskan mengenai hal ini? (dengan mimik gusar)
Jalal : Bung Solossa tidak usah bingung. Itu memang bagian dari pembelokan sejarah yang dilakukan di masa Orde Baru. Mengenai cerita persisnya bagaimana, sepertinya Ibu Liem atau Mas Slamet dapat menjelaskannya.
Liem : Pembelokan sejarah lahirnya Pancasila itu dimulai ketika Orde Baru menerbitkan buku karangan Prof. Dr. Nugroho Notosusanto berjudul ”Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara”. Di dalam buku itu intinya diceritakan bahwa Bung Karno bukan orang pertama dan satu-satunya yang berpidato tentang Dasar Negara. Menurut Nugroho, yang lahir pada 1 Juni 1945 itu cuma istilah Pancasila saja. Sedangkan sila-silanya berasal dari orang lain. Sebab sebelum Bung Karno, sudah ada dua orang yang berpidato tentang dasar negara yaitu Muh. Yamin berpidato pada tanggal 29 Mei 1945 dan Prof. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945 yang kedua-duanya juga berpidato tentang 5 prinsip dasar.
Slamet : Ya betul, bahkan kata Nugroho dari rumusan 5 prinsip dasar itu, punya Muh. Yamin-lah yang dinilai paling mirip dengan rumusan Pancasila dalam alinea 4 Pembukaan UUD 1945, sehingga dialah yang paling pantas dianggap sebagai penggali Pancasila. Sedangkan rumusan Bung Karno dinilai lebih memberi peluang penang-gulangan oleh kaum Komunis.
Liem : Nugroho juga berani meyakinkan jika Pancasila itu telah ribuan tahun berada dalam kandungan ibu pertiwi, sehingga yang pantas dipandang sebagai hari lahir Pancasila adalah tanggal 18 Agustus 1945 saat disyahkannya UUD 1945. Bahkan menurut Nugroho yang paling pantas diperingati dalam kaitan Pancasila hanyalah Hari Kesaktian Pancasila tanggal 1 Oktober 1945.
Slamet : Intinya, buku itu sengaja ingin menenggelamkan jasa Bung Karno sebagai penggali Pancasila yang sebenarnya, dengan cara membuat tidak jelas siapa yang membuat dan kapan Pancasila dilahir-kan.
Solossa : Wah kok tega banget ya!
Liem : Itu belum seberapa bung Solossa, yang lebih kejam lagi, Orde Baru kemudian membuat penafsiran Pancasila yang baru, yang diperkenalkan dengan istilah Eka Prasetya Pancakarsa.
Silvi : Oh iya saya ingat. Bahkan Eka Prasetya Panca-karsa itu diajarkan secara paksa kepada seluruh masyarakat khususnya generasi muda melalui berbagai penataran yang kita kenal dengan singkatan P4.
Solossa : Benar.......! benar......... itu!, gara-gara P4, anak saya tahunya Pancasila ya Eka Prasetya Panca-karsa. Pernah juga saya coba bertanya apa yang ia ketahui dengan sosok Bung Karno, jawabannya cuma....... sebagai Proklamator, tidak lebih!
Kaimana : Nah, sekarang rekan-rekan semua sudah mulai faham kan. Memang Orde Baru dalam mem-belokkan sejarah melakukannya dengan meng-halalkan segala cara, melalui buku-buku pelajaran, penataran-penataran yang menjemukan, bahkan melalui film-film yang wajib ditonton.
Sugeng : Oh pantas saja jika sejarah hasil rekayasa Orde Baru itu sangat merasuki pikiran generasi muda sekarang!
Kaimana : Tepat. Merasuk dan merusak. Karena, yang ditampilkan adalah kepalsuan sejarah.
Jalal : Saya tahu betul bagaimana Orde Baru berusaha secara sistematis memisahkan Bung Karno dengan Pancasila. Usaha-usahanya itu, pertama, dengan melarang semua ajaran/pemikiran Bung Karno; Kedua, menafsirkan Pancasila dengan Eka Prasetya dan Pancakarsa; Ketiga, mengkampanye-kan bahwa penggali Pancasila bukan Bung Karno; dan Keempat, melarang peringatan 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila, dan lain-lain.
Lena : Maaf, bung Jalal, boleh saya tanya? Kebetulan pada tahun 1970-an itu saya masih duduk di bangku SMP dan sempat mendapat pelajaran P4, dan bagi saya P4 itu isinya bagus-bagus saja tuh, apa salahnya sih?
Jalal       : Menurut pemikiran saya, salahnya paling tidak ada dua. Pertama, Orde Baru telah mengingkari sejarah bahwa Bung Karno-lah penggali Pancasila. Kedua, penafsiran Pancasila menjadi Eka Prasetya Pancakarsa oleh Orde Baru itu telah membuat Pancasila kehilangan roch, jiwa dan semangat-nya.
Daeng : Maaf, bung Jalal, Kalau sudah ngomong roch, semangat, atau jiwa, itu kan sesuatu yang tidak nyata. Bahasa sekolahannya, abstrak, gitu. Bisa dijelaskan lebih mudah?
Jalal : Wah, gimana, ya? pokoknya nanti kita bahas tersendiri mengenai isi Pancasila 1 Juni 1945. Tapi sebelum itu, kita perlu membahas perbedaannya dengan Pancasila versi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
Kaimana : Menurut saya begini. Orde Baru itu sesungguhnya memiliki ”ideologi tersendiri”. Entah kita sebut apa. Tapi lalu menggunakan Pancasila sebagai selubung, atau kedok. Inilah yang menjadi masalah! Akhirnya ada ”Pancasila baru” yang jauh berbeda dengan nilai-nilai ”Pancasila 1 Juni 1945”.
Liem : Tepat sekali. Saya setuju. Kalau Pancasila 1 Juni 1945 menegaskan anti penjajahan, Orde Baru merangkul kekuatan asing yang tidak ada bedanya dengan penjajah.
Komang : Benar juga. Kalau Pancasila yang sebenarnya anti penghisapan, Orde Baru bekerja sama dengan kekuatan asing yang bersifat menghisap. Mulai dari kekayaan alam yang dihisap, sampai dengan nasib rakyat yang dihisap dan ditelantarkan.
Umar : Pancasila yang sebenarnya, adalah menekankan persatuan, yang diimbangi kesejahteraan sosial. Tapi Orde Baru memaksakan persatuan, demi keamanan dan kelanggengan pemerintahannya.
Liem : Sebagai WNI keturunan Tionghoa, saya me-mahami benar bagaimana pembedaan perlakuan yang dilakukan pada kami.
Ignatius : Benar. Orde Baru tidak membiarkan masyarakat dari berbagai suku, agama dan kelompok sosial bisa bersatu dan menjadi dewasa dalam pergaulan, tapi dipaksakan.
Slamet : Dengan membiarkan kekuatan asing mencampuri negeri kita, menghisap negeri kita, maka Orde Baru sebenarnya juga mengabaikan Pancasila yang pro kemandirian bangsa-bangsa di dunia.
Ucok : Saya tambahkan. Orde Baru sering menindas masyarakat yang berani mengkritik pemerin-tahannya. Ini berarti Orde Baru sebenarnya anti demokrasi, padahal Pancasila pro demokrasi.
Asep : Sebentar saudara dan saudari sekalian, sebagai notulis diskusi, saya telah mencatat poin yang di-sampaikan tadi. Kalau dirumuskan, pembelokan atau pemalsuan Pancasila yang dilakukan Orde Baru adalah :
Pertama, Hilangnya roch, jiwa dan semangat pro kemerdekaan dan anti penjajahan;
Kedua, Hilangnya roch, jiwa dan semangat pro rakyat dan anti penghisapan;
Ketiga, Hilangnya roch, jiwa dan semangat pro pluralitas dalam kesatuan (Bhinneka Tunggal Ika) dan anti perpecahan;
Keempat, Hilangnya roch, jiwa dan semangat keadilan dan anti penindasan;
Kelima, Hilangnya roch, jiwa dan semangat pro perdamaian, persahabatan antar bangsa merdeka dan anti peperangan;
Keenam, Hilangnya roch, jiwa dan semangat pro kemanusiaan dan anti diskriminasi;
Ketujuh, Hilangnya roch, jiwa dan semangat demokrasi dan anti ketidaksetaraan serta anti anarkhi;
Kedelapan, Hilangnya roch, jiwa dan semangat kemandirian dan anti ketergantungan.
Sugeng : Wah, hebat. Kita beri tepuk tangan pada bung Asep. Sebagai notulis, dia dengan sigap mencatat poin pembicaraan kita.
Para peserta bertepuk tangan. Bung Asep hanya tersenyum-senyum.
Jalal : Kedelapan roch, jiwa dan semangat itulah yang terkandung dalam Pancasila 1 Juni 1945, dan telah dibelokkan oleh Orde Baru demi kelestarian kekuasaannya.
Sugeng : Wah, baru sekarang saya merasa jelas. Habis, semenjak SD dahulu, saya cuma mendapatkan Pancasila versi penataran P4, dan butir-butir Pancasila.
Lena : Saya mohon maaf, ya. Tapi pertanyaan saya tetap seperti semula. Apa yang salah dengan butir-butir Pancasila? Menurut saya, butir-butir Pancasila Orde Baru nilainya kan bagus. Misalnya men-dorong bekerja sama, menghormati agama lain, dan seterusnya. Dimana letak kesalahannya?
Kaimana : Menurut saya, pertanyaan saudara Lena sangat penting. Walaupun memang benar, banyak nilai-nilai Pancasila 1 Juni 1945 diabaikan dalam butir-butir Pancasila versi Orde Baru, tapi banyak juga nilai-nilai dalam butir-butir Pancasila itu yang bagus.
Liem : Memang banyak yang bagus. Tapi pertanyaannya, apakah ideologi yang diusung Orde Baru itu sudah dapat dikatakan sebagai ideologi yang utuh?
Slamet : Maksud saudari Liem, ideologi Orde Baru itu hanyalah penggalan ideologi yang dicuplik dari sebagian kecil nilai-nilai Pancasila Bung Karno?
Liem : Bisa dikatakan begitu, tapi saya lebih suka menga-takannya sebagai bentuk pengerdilan. Karena Pancasila 1 Juni yang awalnya menawar-kan nilai-nilai universal dan utuh dipangkas habis ke dalam butir-butir yang hanya menyodorkan nilai-nilai kehidupan sehari-hari saja. Akibatnya ya lihat sendiri, Pancasila 1 Juni 1945 harus kehilangan roch dan semangatnya sebagai ideologi perjuang-an.
Slamet : Lebih parahnya, ideologi Orde Baru itu ternyata hanya sebatas kedok bukan benar-benar sebagai ideologi yang diperjuangkan.
Sugeng : Ya... ya... benar, butir-butir Pancasila itu hanya sebatas diajarkan, orang ditatar, bahkan disuruh menghapal. Tapi rakyat tetap dipaksa hidup dalam ketertindasan. Perekonomian tidak adil, dan secara politik rakyat juga ditindas.
Jalal : Iya.. ya.., masyarakat di jaman Orde Baru ternyata telah di-nina bobok-kan. Disuruh membayangkan nilai-nilai yang indah dari butir-butir Pancasila versi Orde Baru. Tapi di balik itu, segala kenyataan hidup bertolak belakang.
Kaimana : Nah, akhirnya, masyarakat yang hidup di jaman Orde Baru mulai sadar, apa yang disampaikan oleh Orde Baru itu hanyalah tipuan. Hanyalah kemunafikan.
Ignatius : Pada waktu Orde Baru masih berkuasa, semua ketidakpuasan masyarakat itu dipendam diam-diam.
Silvi : Benar. Barulah ketika Orde Baru mulai runtuh, semua kebobrokan itu mulai tersingkap.
Jalal : Tapi akibatnya, ”Pancasila” itu lalu ikut-ikutan menjadi korban. Kalau kita gunakan kata ”Pancasila,” banyak orang mulai jenuh, bosan bahkan muak karena teringat Orde Baru.
Asep : Oooo, Jadi itu masalahnya yang terjadi di Era Reformasi sekarang. Wah, saya baru sadar.
Daeng : Baiklah, saudara dan saudari sekalian, karena sebentar lagi diskusi ini diakhiri, saya akan kembali pada pertanyaan awal : Jadi mengapa kita memilih Pancasila 1 Juni 1945 sebagai  ideologi?
Silvi : Pertama, dari segi istilah, Pancasila 1 Juni 1945 jelas bisa membedakan dengan Pancasila versi Orde Baru. Yang kedua, Pancasila 1 Juni 1945 kita pilih, sekaligus untuk menegaskan Pancasila yang digali oleh Bung Karno. Dengan demikian, ini juga berarti meluruskan sejarah, bukan saja bagi komunitas Gerakan Kader Soekarno, tapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia. ”
Slamet : Saya tambahkan yang ketiga, penerjemahan Pancasila ke dalam P4 oleh Orde Baru telah membuat hilangnya roch, semangat dan jiwa dari Pancasila ajaran Bung Karno.
Daeng : Nah, saudara-saudara sekalian, kita telah mem-bicarakan alasan-alasan mengapa kita memilih Pancasila 1 Juni 1945. Sesuai kesepakatan, kita akan bertemu lagi untuk membicarakan inti persoalan, yakni kandungan dari Pancasila 1 Juni 1945. Sampai bertemu lagi dan... Merdeka !
Peserta : Merdeka !
Sumber              :http://www.thesoekarnofoundation.com/
Kembali Ke Atas Go down
http://wonosari.com
 
Idiologi ??? siapa takut ! 3/6
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» Idiologi ??? siapa takut ! 4/6
» Idiologi ??? siapa takut ! 5/6
» Idiologi ??? siapa takut ! 6/6
» Idiologi??? siapa takut ! 1/6
» Idiologi ??? siapa takut..2/6

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
FKOGK :: LOUNGE 'N CHIT-CHAT :: Teras Nongkrong-
Navigasi: