Pulang dari Swedia, Bupati Lakukan Jumpa Pers

Pulang dari Swedia, Bupati Lakukan Jumpa Pers
Salah satu hasil kunjungan Bupati Gunungkidul ke Swedia
dalam rangka mengikuti workshop yang diselenggarakan
Universitas UMEA dengan UGM Yogyakarta tanggal 21-25
Januari 2013 adalah program Telemedicine (e-health). Hal
tersebut dikatakan Bupati Gunungkidul Hj Badingah SSos
dihadapan wartawan dalam jumpa pers, Senin (4/2) di
Rumah Dinas Bupati. Program Telemedicine merupakan
pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi, dimana
komunikasi data melalui jaringan internet dalam
mendukung pelayanan kesehatan. " Singkatnya, dengan
Telemedicine puskesmas-puskesmas di Gunungkidul akan
terhubung secara online dengan RSUD Wonosari," kata
Bupati.
Pada kesempatan tersebut, Bupati didampingi oleh Wakil Bupati Drs Immawan Wahyudi, MH, pimpinan SKPD terkait dan Dr Lutfan Lazuardi beserta staf dari Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta.
Dalam workshop di Universitas UMEA Swedia, selain
Telemedicine (e-health) juga membahas dampak perubahan
iklim berkaitan dengan kebijakan dalam sektor kesehatan.
Adapun implementasi telemedicine di Kabupaten Gunungkidul, seperti yang dijelaskan oleh Lutfan Lazuardi, antara lain meliputi pemeriksaan pasien dengan stetoscop, doopler, EKG, laborat untuk pasien DBD dan audit maternal perinatal melalui teleconference dengan dokter ahli
kandungan dan dokter ahli anak di RS Sarjito. Selain itu juga akan ada pembahasan kasus penyakit tertentu melalui
teleconference pada forum pertemua profesi kesehatan.
Kegiatan akan dilaksanakan pada tahun 2013. " Bahkan saat
ini profesor dari UMEA Swedia sudah datang ke Indonesia dan akan berkunjung ke Gunungkidul tanggal 13 Februari 2013 untuk menindaklanjuti program tersebut," tambah Lutfan Lazuardi. (soer/admin)

pasti, lebih banyak jalan2nya....mumpung bupati, gitoe lho.....

ayo saling meminta oleh2, kan banyak pikniknya

hehe sip gan, silahkan oleh-olehnya diminta,

yaahhh semoga tidak hanaya jumpa pers trus gak ada kelanjutannya, puskesmas di dusun dusun hanya ada berapa pegawai sih ?? jika diadakan telemedicine apa mereka sanggup mengoperasikan internet dll nya ??? kan lebih baik ngurusi pasien yg datang ke puskesmas............ to the point aja, gak bakalan terealisasi apa yg bupati dapatkan dlm mengikuti workshop di swedia yg ada.uang rakyat digunakan utk mlaku mlaku...he..he..

hariku19 wrote:

yaahhh semoga tidak hanaya jumpa pers trus gak ada kelanjutannya, puskesmas di dusun dusun hanya ada berapa pegawai sih ?? jika diadakan telemedicine apa mereka sanggup mengoperasikan internet dll nya ??? kan lebih baik ngurusi pasien yg datang ke puskesmas............ to the point aja, gak bakalan terealisasi apa yg bupati dapatkan dlm mengikuti workshop di swedia yg ada.uang rakyat digunakan utk mlaku mlaku...he..he..

Pemanfaatan teknologi dengan berbagai nama seperti telemedicine ini sepertinya masih dianggap hal yang agak berat untuk diterapkan di Gunungkidul. Jadi begini menurut saya, pemanfaatan teknologi, dalam hal apapun itu, asalkan ada anggarannya, saya yakin 100% bahwa putra putri daerah Gunungkidul sendiri mampu membuat implementasi, mengoperasikan dan mengelolanya. Tentunya ini juga tidak bisa dikatakan sangat mudah. Hambatan terbesarnya selain masalah anggaran, yaitu adalah masalah geografis. Untuk membuat implementasi teknologi yang baik, jaringan itu sangat penting, sedangkan untuk menghubungkan antar-kecamatan di GK saja hambatan geografis seperti pengunungan, lembah, dll, masih sulit dipecahkan untuk membuat jaringan yang benar-benar bagus. Selain itu, yang paling penting, faktor SDM-nya. Saya temukan banyak fakta di lapangan tentang pemanfaatan teknologi di berbagai bidang, khususnya yang saya temukan langsung di bidang pendidikan, SDM yang merasa umurnya sudah terbilang tua, cenderung masa bodoh terhadap perkembangan teknologi. Nah, mindset ini yang susah dirubah. Masyarakat kita lebih terfokus pada bagaimana mencari sesuap nasi, daripada bagaimana cara agar terus dapat meningkatkan kemampuan, pengetahuan, sehingga akan menghasilkan berkarung-karung nasi. Nah, terkait dengan pernyataan uang rakyat digunakan untuk mlaku-mlaku, saya sendiri menyayangkan kenapa dana yang ada tidak dianggarkan saja untuk mengoptimalkan potensi SDM di GK ini. Jujur saja, GK itu buanyak sekali ahli-ahli di bidang teknologi tepat guna, sayang banyak yang keluar daerah karena merasa di GK tidak bisa berkembang secara optimal, terkait kepedulian pemerintah daerah terhadap kemampuan daerah ini sendiri.

Hanya opini pribadi, senang jika ada yang membenahi, bahkan mendebanya

mbok jalan2 ke desaku bu bupati.. blusukan ke desa2 di GK.. biar tau rakyatnya sprti apa..

gek iki weis berjalan 4 bulan.....mana kelanjutane Buuuu...? Opo yo gur wacana tenan? Kulo tunggu realisasimu sik KUKER NYANG SWEDIA nggih?

rmlodang wrote:

gek iki weis berjalan 4 bulan.....mana kelanjutane Buuuu...? Opo yo gur wacana tenan? Kulo tunggu realisasimu sik KUKER NYANG SWEDIA nggih?

hadeeuuhhh dah 4 bulan ?? paling alasannya tidak ada dana, SDM yang kurang kwalitas dan volumenya, geografisnya yg berat, geo fisik geo litik dll nya........ sebetulnya pemimpin mengetahui keadaan daerahnya dulu, tabiat penduduknya , dana nya, urgensinya. dll

setelah itu baru memilah mana negara yang harus di datangi, apa untung ruginya bagi daerahnya, apakah cocok dan dapat di terapkan teknologi tersebut dll nya jika salah satu tidak terpenuhi ya tak usah datang........pd akhirnya semua berbalik ke sang pemimpin tersbut dan niat.......jika niat mlaku mlaku ya.....sudahlahhhhhh