DIBUANG—Seorang wanita yang diduga menderita gangguan jiwa duduk di tepi jalan wilayah Nglipar, Gunungkidul, Jumat (17/2) (HARIAN JOGJA/GARTH ANTAQONA) GUNUNGKIDUL—Warga Kecamatan Nglipar bingung dengan beredarnya orang gila di wilayah mereka. Belum lama ini, dua orang gila tiba-tiba muncul di wilayah tersebut
Dari pantauan Harian Jogja, Jumat (17/2), terlihat seorang wanita berpakaian kumal, duduk di atas jalan aspal di desa Kedungkeris, Nglipar. Ia sama sekali tidak terganggu oleh klakson kendaraan yang lalu lalang. Kondisi tersebut membuat pengendara harus pelan–pelan ketika melewatinya. Dalam kondisi hujan pun, dia tetap duduk mematung. Tak hanya membahayakan dirinya, kondisi tersebut juga membahayakan pengguna jalan.
Rono Suwito, 80, warga Kedungkeris, mengaku tidak mengenal orang yang diperkirakan mengalami gangguan jiwa tersebut. Menurut dia, wanita itu muncul semenjak tiga hari lalu.
“Saya sudah coba berbicara dengannya, tanya namanya siapa, alamat, bahkan memberinya makan. Namun dia sama sekali tidak ada respons. Dia hanya diam di pinggir jalan,” ungkap Rono.
Laporan keberadaan orang gila lainnya juga disampaikan Sri Agus Suharyati, 48, yang juga bertugas sebagai Sekertaris Kecamatan Nglipar. Ia melihat jika di daerah Nglipar lainnya juga ditemukan seorang pria yang mengalami gangguan jiwa, tergeletak di pinggir jalan. Keberadaan orang gila tersebut juga baru terlihat beberapa hari terakhir ini.
Dari kejadian tersebut, tercatat pada awal Februari 2012 ini sudah ditemukan dua orang gila di daerah Nglipar. Agus menduga hal tersebut merupakan tindakan oknum yang tidak bertanggung jawab, yang menjadikan Kecamatan Nglipar sebagai tempat pembuangan orang gila. Menurut dia, jalan sepi dimalam hari, serta lokasi yang jauh dari permukiman warga menjadikan Nglipar sebagai tempat strategis untuk pembuangan orang gila.
“Kami semua kenal dengan warga di selurh Kecamatan Nglipar. Jika ada yang gila pun pasti akan kami data. Namun, orang gila yang ditemukan ini tidak dikenal oleh warga sekitar. Kuat dugaan jika mereka sengaja di buang di sini,” ungkapnya.
Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gunungkidul, Dwi Warna, mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Meski begitu menurut dia, Pemkab Gunungkidul tidak dapat berbuat banyak karena orang gila tersebut bukanlah orang asli Gunungkidul. Sejauh ini mereka hanya bisa mendata dan mengembalikan orang gila tersebut. Namun, hal itu hanya dapat dilakukan jika mereka dapat diajak berkomunikasi.
“Dinas Sosial Gunungkidul tidak punya panti penampungan yang dapat menampung mereka, dana pun tidak ada. Jadi kami tidak bisa berbuat apa–apa untuk menanggung hidup mereka, kondisi ini sangat memprihatinkan,” tutup Dwi Warna.(Harian Jogja/Garth Antaqona)
Sumber