Pementasan 9 Dalang Cilik Sepi Penonton

Penutupan Festifal Kesenian Tradisional (FKT) di bangsal Sewokoprojo, Wonosari sepi penonton. Acara yang ditutup dengan festifal seni pedalangan dan diikuti 9 orang dalang cilik ini tidak mampu menyedot perhatian generasi muda yang diharapkan mampu nguri-uri budaya tradisional warisan leluhur.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pemkab Gunungkidul Drs Sudodo MM yang didampingi Kepala Bidang Kebudayaan Drs Eko Sumar Sri Wibowo mengaku dengan diadakannya kegiatan festifal kesenian ini diharapkan mampu menumbuhkembangkan regenerasi dalang.
“Dengan kegiatan ini kami berharap dalang-dalang muda terus bermunculan sebagai upaya regenerasi dalang tua,” katanya.
Dalam pementasannya, penampilan 9 dalang cilik ini cukup menarik perhatian, mereka terlihat lincah dalam memainkan wayang sesuai dengan lakon yang dibawakan. Namun, meski terlihat lincah, tidak banyak penonton yang menyaksikan pagelaran ini. Generasi muda yang diharapkan dengan menonton dapat tertarik dan mau nguri-uri budaya warisan leluhur tidak banyak terlihat. Hanya beberapa kalangan PNS di Pemkab Gunungkidul dan beberapa anak sekolah yang sengaja diajak gurunya untuk menonton, itu saja tidak lama.
Kondisi yang sama juga terlihat dalam pementasan seni beberapa hari yang lalu. Sejak dibukanya festifal, Kamis (16/9) lalu dengan berbagai pementasan seni seperti jathilan, reog, karawitan namun jumlah penonton yang menyaksikan dalam setiap hainya tidak sampai melebihi 40 orang. Hal ini menunjukkan minimnya kecintaan generasi muda terhadap seni tradisional.
Anwar (27) salah seorang warga Sleman yang sengaja datang untuk menonton festifal kesenian ini iamengatakan dilihat dari gerak-gerik dalang cilik dalam memainkan wayang telihat bahwa seni pedalangan ini akan terus hidup,
“Kita lihat saja cukup banyak generasi muda yang melihat, saya rasa kesenian ini bisa berkembang di Gunungkidul” katanya.

Promosinya kurang X Mas..!?

bukan masalh promosi mas kalau wayang itu....
dolo wayang berkembang pesat...sabab penontonnya kuat liaht wayang dari sore sampai pagi...karena kehidupan dolo masih pelan jalannya....alon alon waton kelakon...kerja kantoran mentok sampai jam 12 siang, pekerja kantoran tidak diburu target, hidup santai....yang tani ya tahu sendirilah mau ngantor apap tidak tak ada yg ngurusin...panen dikit cukuplah untuk makan...sambil ternak pitik wedus sapi cukuplah kebutuhan dasar...hidup santai... pada jaman hidup bergerak pelan seperti itu tontonan wayang yg semalam suntuk...kuat ditonton penggemarnya....

sekarang...oarng kerja dikasih target...orang kerja ngejar setoran karena kantornya atau perusahaannya mencoba memanege organisasi dengan ketat, efektifitas efisensi digewber tinggi...karyawan ga bisa hidup santai. target tdk tercapai alamat besok ga punya kerja lagi, yg PNS pun sudah mulai dgn gaya hidup efisein seperti itu, petani sudah tidak banyak yag mau jadi, usaha usaha wiraswasta sdh samam saja teracuni KAPITALISME, MATERIALISME dan KONSUMERISME tinggi. kehidupan terasa cepat...sepertinya baru bangun pagi eh tau tau sdh malam, seperti baru sajaj tahun bariu eh tau tau sdh tahun baru berikutnya....kehidupan tersa sangat cepat.....
wayang yang snatai semalam suntuk tidak lagi cocok dengan model kehidupan terkini....manusia sekarng sdh capek jenuh stress, pingin juga hiburan yg cepat karena manusia harus istirahat untuk menyongsong stresss esuk paginya.
manusia sekarng mebanyangkan wayang yg harus ditontomn semalam suntuk...belumnonton udah cape duluan...itulah kenapa wayang sdh nggak laku sekarng....kalau mau laku jadikan yg instan...manusia super stress dan suiper sibuk hari ini membutuhkan semua yg serba instan. seperti mie, nasi instan, bubur instan, fast food bahkan cari jodohpun orang maunya yg instan sekarng. tontonan semalam suntuk sudah tidak jaman.....
so kalau wayng mau tetap eksis..sesuaikan dengan jaman...buatlah yg instant....

Pentase awan po wengi yo??

...anak jaman sekarang lebih asyik dengan suguhan tontonan yg ada di kotak persegi dengan isi warna-warni yg bernama TELEVISI. mereka menjadi cenderung individualis dan enggan untuk keluar bermain, apalagi untuk sekedar menyaksikan hiburan wayang yg tentu dianggap kuno dan menjemukan. nasib kebudayaan kita berangsur menurun seiring dgn masuknya berbagai hal yg sering disebut dgn modernisasi. akar budaya tercabut krn sedari kecil, anak-anak bangsa sudah mencintai budaya yang dihadirkan si kotak persegi. anak-anak kecil sudah disekoki dgn lagu cinta ala orang dewasa, dandanan dan gaya hidup pun tak kalah hebohnya, konsumerisme ditawarkan dimana-mana dan sengaja menggunakan obyek anak kecil (co : iklan salah satu provider) dan masih banyak lagi tayangan yg sebebnarnya jauh dari unsur mendidik.

sebenarnya, ide untuk menggiatkan lagi kesenian sudah bermunculan. salah satunya ya dgn mengadakan festival dalang cilik ini. namun, antusiasme penonton memang mengecewakan. acara ini hendaknya lebih diolah lagi sehingga anak-anak yg notabene kurang tertarik atau bahkan tidak tahu dgn kesenian wayang menjadi lebih greget untuk sekedar mengenal dan nantinya bisa lebih mencintai. kegiatan ini bisa dilakukan dgn memperkenalkan wayang atau kesenian lainnya ke sekolah-sekolah, akses yg mudah tentu akan membuat anak jauh lebih senang.


bravo untuk kesenian nusantara.....

Ass. Wr. Wb.

Tragis, . . . . suwe suwe ilang budaya kang adiluhung iki, . . .
terakhir nonton wayang kulit live pas om hajatan mantu [setahun kepungkur - Desa Giring, Paliyan], nanggap wayang dalange terkenal [Ki T], wiwit awal tekan goro goro nganti rampung sing nonton simbah simbah kabeh jumlahe ra tekan 30 orang, hura ana generasi mudane bukti bahwa lambat laun budaya ini akan ter-eliminasi oleh budaya modern.

Beda kalau hajatan nanggap ndangdutan utowo organ tunggal, tumplek blek sing nonton.

Harus segera di selamatkan, yuk nonton wayang kulit lagi, . . . . . . Waspada loor, . . .

Wassalam,

nek arep nonton wayang kulit sing akeh penontonnya ya neng jepang ro amerika...
malah rong negara iku sing sauki lagi gumregut sinau nggamel, klenengan, karo wayang....

Ass. Wr. Wb.

Dadi pengen nonton wayang nang Jepang ro Amerika, pengen nyawang sinden ro wiyagane Mbah, . . . . . . .xixixixi

Wassalam,