Hasil penelitian menunjukkan iklan rokok sangat berpengaruh terhadap remaja
Remaja yang sering terpapar iklan rokok, cenderung akan mencoba-coba untuk merokok. Demikian hasil studi terbaru menyebutkan.
Hasil penelitian Stanford University School of Medicine menemukan, para pelajar yang sering mengunjungi pertokoan yang menampilkan iklan rokok, setidaknya dua kali lebih besar kecenderungannya untuk merokok dibanding pelajar yang jarang berkunjung ke pertokoan itu.
Hasil penelitian tersebut didapat berdasarkan survei berulang atas siswa di 3 sekolah menengah di Tracy, California, yang berusia 11 hingga 14 tahun dan pengkajian atas iklan-iklan rokok di toko-toko dekat sekolah.
Kepada para responden ditanyakan tentang pengalaman mereka merokok dan seberapa sering mereka mengunjungi pertokoan yang memasang banyak iklan rokok--seperti toko moderen, pom bensin dan toko-toko kecil. Kemudian mereka disurvei ulang setahun kemudian, dan 30 bulan setelahnya.
Dari 2.110 siswa yang disurvei pada awal penelitian tahun 2003, sebanyak 1.681 siswa melaporkan tidak pernah merokok. Setahun kemudian, mereka yang awalnya menyatakan tidak merokok, ternyata 18% di antaranya menjadi perokok atau setidaknya pernah merokok 1 kali. Prevalensi merokok itu tinggi di kalangan pelajar yang sering mengunjungi toko yang memasang banyak iklan rokok.
Pelajar yang ke toko semacam itu minimal dua kali dalam seminggu, 29% di antaranya merokok setidaknya 1 kali. Sementara mereka yang jarang ke toko semacam itu (kurang dari 2 kali dalam sebulan), hanya 9% saja yang pernah merokok.
Setelah 30 bulan kemudian, didapati 27% siswa pernah mencoba merokok. Dari jumlah itu, 34 persennya termasuk dalam kelompok siswa yang sering ke toko dan hanya 21 persen yang jarang ke toko.
Untuk mengukur tingkat paparan iklan rokok yang diterima para pelajar itu, peneliti mengalikan frekuensi kunjungan dengan jumlah iklan rokok yang terpampang di toko-toko dekat sekolah. Iklan dimaksud meliputi iklan rokok suatu merek, displai produk, dan yang terdapat pada obyek fungsional seperti jam, kotak sampah, alas register dan lainnya.
Rata-rata para siswa terpapar 325 iklan per minggu. Berkisar dari 114 di kalangan pelajar yang jarang ke toko hingga 633 di kalangan pelajar yang sering ke toko.
Lisa Henriksen, PhD, peneliti senior di Stanford Prevention Research Center menyatakan sangat terkejut dengan tingginya tingkat paparan iklan rokok yang dilihat para siswa tersebut.
"Penampakan (iklan)nya tak terhindarkan. Mustahil terlewati," katanya sebagaimana dilansir Xinhua (20/7).
Dalam hasil studi yang ditampilkan dalam Pediatrics edisi terbaru itu, para peneliti menyarankan agar pemerintah federal (di Amerika Serikat) melarang upaya-upaya marketing semacam itu di toko-toko moderen, pom bensin, dan toko-toko kecil. [di/xhn/hidayatullah.com]