div class="the-content clear">
Dalam diri setiap manusia itu ada naluri alami untuk mempertahankan diri. Istilah kerennya adalah ghorizah baqo. Naluri ini bentuk nyatanya bisa jadi berupa munculnya rasa takut, waspada, dan khawatir ketika eksistensi dirinya merasa terancam. Dari rasa inilah kemudian nantinya muncul membentengi diri atau bisa juga dalam bentuk perlawanan atau pemberontakan.
Kali ini kita gak bakal ngomongin masalah heroik kok, meskipun ada unsur perlawanan atau pemberontakan di dalamnya. Kita akan membicarakan masalah remaja tentang pengakuan eksistensi diri. Kamu yang semula selalu menjadi pusat perhatian dari teman-teman dan guru karena prestasi, bisa jadi muncul sikap perlawanan ketika ego atau eksistensimu terusik. Bentuknya bisa macam-macam. Mungkin saja kamu yang biasanya selalu menjadi yang terbaik, akhirnya tergeser oleh teman yang sebelumnya tidak masuk perhitungan. Pastilah muncul rasa tidak terima terhadap kenyataan ini karena baqo atau egomu yang berbicara.
Bentuk pelampiasan rasa tidak terima ini bisa saja kamu jadi merasa benci dengan teman yang berhasil menggesermu itu. Atau bisa juga dalam bentuk rasa jengkel terhadap teman-teman lain karena mereka mulai memperhatikan dia yang berhasil mengalahkanmu. Atau bahkan parahnya, kamu bisa merasa tidak terima dengan guru bidang studi tertentu yang temanmu itu berhasil menyaingimu. Akhirnya kamu pun berani membangkang dan tidak patuh lagi pada guru tersebut hanya karena rasa iri dengkimu itu.
...Bentuk pelampiasan rasa tidak terima ini bisa saja kamu jadi merasa benci dengan teman yang berhasil menggesermu itu. ...
Sobat remaja, mungkin di antara kamu ada yang mengalami kejadian seperti itu. Atau bisa juga pengalaman itu terjadi di teman atau saudaramu. Hal ini wajar karena masa remaja adalah masa pencarian jati diri dan butuh pengakuan dari lingkungan sekitar. Bila ini tak didapatkan, maka ia pun mencair pelampiasan untuk meluapkan jengkel hatinya. Masalahnya adalah apabila rasa jengkel ini diluapkan tidak pada tempatnya semisal menjadi benci terhadap teman atau guru karena ia tidak lagi bisa menjadi yang terbaik.
Sikap seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya, kredibilitas kamu malah akan semakin merosot karena perilaku yang tidak baik ini. Teman-teman yang lain akan melihat kamu sebagai seseorang yang tidak fair karena iri dengki terhadap prestasi orang lain. Guru pun jadi tak lagi bersimpati denganmu karena sikapmu yang cenderung membangkang hanya karena tidak lagi mendapat nilai terbaik di kelas. Ini semua hanya akan memperparah kondisimu baik dari segi kejiwaan maupun prestasi.
Bila saja kamu mau berfikir dengan jernih, mudah kok keluar dari permasalahan yang mengusik ego ke”aku”anmu ini. Yang namanya kehidupan, kalah menang itu biasa. Jatuh bangun itu lumrah. Satu saat di atas, di saat lain ada di bawah itu juga tak istimewa. Yang luar biasa adalah bagaimana setiap pribadi menyikapi setiap peristiwa dengan bijak. Ketika di atas ia tidak sombong, dan ketika di bawah ia tidak iri hati dan dengki dengan yang di atas. Sikapi sewajarnya dengan kesabaran dan penuh rasa syukur.
Sabar karena itu artinya kamu harus belajar lebih giat agar prestasi tersebut bisa kamu raih kembali. Bersyukur karena ternyata Allah masih sayang sama kamu dengan teguran ini. Bisa jadi kamu akan menjadi congkak apabila berada di atas terus, seolah-olah tak ada orang lain yang bisa mengalahkanmu. Jadi anggap saja ini bukti cinta Allah agar kamu tidak menjadi orang-orang yang lalai dan lupa diri. Bila rasa ini yang kamu pupuk di hati, gak bakal kamu merasa iri hati terhadap teman yang menggeser prestasimu. Kamu pun tak merasa benci dengan guru yang memberi nilai bagus pada temanmu itu karena memang ia berhak mendapatkannya.
...Saatnya kamu berubah untuk belajar lebih rajin. Tapi ingat, luruskan niat ya! Jangan belajar karena hanya supaya dilihat orang pretasimu itu. Tapi belajarlah karena semata-mata ingin mencari ridha Allah saja...
Saatnya kamu berubah untuk belajar lebih rajin. Tapi ingat, luruskan niat ya! Jangan belajar karena hanya supaya dilihat orang pretasimu itu. Tapi belajarlah karena semata-mata ingin mencari ridha Allah saja. Karena sungguh Allah itu akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat daripada yang tidak berilmu. Bila motifasi kamu sudah benar begini, insya Allah bakal mudah bagi kamu untuk mengukir prestasi lagi seperti semula bahkan lebih. Intinya, jangan pernah menyerah dan putus asa ya. Tetap semangat! ^_^sumber : [Ria Fariana/voa-islam.com]