Resepsi ialah pertemuan atau jamuan yang diadakan untuk menerima tamu pada pesta perkawinan, pelantikan dan lain sebagainya. Resepsi pesta perkawinan dapat dilaksanakan di rumah sendiri ataupun di gedung pertemuan. Dikota-kota besar terutama seperti di Jakarta resepsi-resepsi perkawinan dilangsungkan di gedung-gedung pertemuan. Hal ini sehubungan dengan rumah sendiri tidak dapat menampung para tamu yang berdatangan, disamping rumahnya sendiri sempit dan tidak mempunyai halaman secara luas. Cara pelaksanaan resepsi baik di rumah maupun di gedung selanjutnya dapat diatur sebagai berikut :
Resepsi diirumah
Resepsi di rumah dapat diselenggarakan beberapa saat setelah upacara adat selesai. Dalam resepsi ini dapat diadakan pengambilan foto-foto bersama keluarga dan rekan-rekan pengantin sekalian.
Setelah selesai pengambilan foto tersebut kemudian masih diteruskan “upacara kirab”. Sementara para tamu menikmati hidangan yang tersedia, Kirab Pengantin ialah pengantin putra dan putri diarak-arak masuk ke kamar pengantin untuk berganti pakaian / busana dari busana kebesaran berganti busana “kasatrian”.
Pada upacara kirab tersebut didahului dengan seorang sebagai penunjuk jalan yang biasa disebut Cucuking Lampah atau Canthang Balung. Cucuking Lampah hanya berjalan biasa sesuai dengan irama gending yang mengiringi, sedangkan Canthang Balung diselingi dengan menari.
Iring-iringan pada waktu kirab ialah :
1. Paling depan adalah cucuking lampah / canthang balung / subamanggala
2. Dua orang perjaka yang disebut Satria Kembang dan biasanya diambil dari adik pengantin putri atau putra atau keluarga terdekat
Sebelum acara perkawinan dimulai ada acara budaya sesaji secara tradisional yaitu :
1. Sesaji Bucalan yang terdiri dari :
A. “ Rasulan Jangkep “ (rasulan lengkap) yang terdiri dari :
- Nasi gurih dengan lauknya yaitu ingkung ayam jantan
- Lalapan
- Rambak (krecek/krupuk kulit)
- Kedelai hitam
- Pisang raja dua sisir yang sudah ranum dan masih utuh
- Kembang boreh
- Kemenyan dan madu
Catatan :
Selamatan ini khusus ditujukan kepada para Rasul Allah dan Nabi
B. “ Asahan Jangkep “ (asahan lengkap) yang terdiri dari :
- Nasi putih dengan lauknya bermacam-macam
- Ketan kolak dan apem
Catatan :
Selamatan ini khusus ditujukan kepada leluhur dari kedua calon pengantin
yang telah mendiang.
C. “ Tumpengan Sega Janganan “ ( nasi urapan)D. Jajan Pasar E Kembang SetamanF.Tumpeng Robyong
Catatan :
Selamatan yang tersebut pada C, D, E dan F dari atas khusus ditujukan
kepada Saudara yang mendampingi kedua calon pengantin pada waktu lahir.
(Jawa : Kakang kawah, adi ari-ari : “meruhi sedulur sing lair barang sedino”)
bahasa Indonesia, memberitahukan kepada Saudara yang lahir bersamaan
harinya.
G. “ Golong Jangkep “ (Nasi golong lengkap) terdiri dari :
- Nasi dengan lauk pecel ayam
- Sayur menir (bahasa Jawa : pecel, pitik, jangan menir)
Catatan :
Selamatan ini ditujukan kepada cikal bakal yang menjaga bumi, sebagai
tanda pemberitahuan bahwa kita akan mencangkul di beberapa tempat
untuk memasang tarub.
H. “ Pisang Sanggan “ terdiri dari :
- Pisang raja dua sisir yang sudah ranum ( hampir matang)
- Gula kelapa dua sisir (satu tangkep)
- Kelapa utuh satu biji
- Beras
- Kinang Jangkep
- Kembang wangi yaitu bunga melati, mawar, kenanga atau kanthil
Catatan :
Pisang ini melambangkan kegotongroyongan dari semua sanak saudara,
handai taulan sehingga akan mempermudah dan memperlancar jalannya
upacara adat
I. “ Bucalan gecok mentah “ terdiri dari :
1. “ Pala pendem ”, yaitu buah yang tumbuhnya di dalam tanah seperti singkong, ubi rambat, kacang tanah dan lain-lain
2. “ Pala kesampar “, yaitu buah yang tumbuhnya melekat diatas tanah, misalnya ketimun, semangka dan lain-lain
3. “ Pala Gemantung “, yaitu buah yang tumbuhnya melekat pada pohon sebelah atas , misalnya pepaya, mangga, rambutan dan lain-lain
4. Kacang-kacangan 5 macam :
Kacang merah, kacang putih, kacang hijau, kacang tanah, dan jagung
5. “ Gereh petek “ (ikan asin)
6. “ Kluwak “ dan kemiri
7. Tumpeng 5 macam ;
Tumpeng merah, tumpeng hitam, tumpeng kuning, tumpeng putih dan tumpeng hijau
8. “ Jenang merah, jenang putih, jenang katul, (sengkolo) “
9. Telur ayam mentah satu biji
10. “ Empon-empon sak pepake “ (rempah-rempah lengkap)
misalnya dlingo, bangle, lempuyang, kencur dan lain-lain
11. Kembang boreh, kemenyan madu
12. “ Gecok mentah “, terdiri dari bumbu dapur, daging mentah dan kelapa irisan
13. Rokok, sirih diikat (gantal sirih), uang logam (lima puluh rupaih, seratus rupiah)
Selesai upacara selamatan pokok, dilakukan bucalan di sepanjang jalan yang akan dilalui pengantin
2. Pasang Tarub dan Tuwuhan :
Hari, tanggal pelaksanaan pasang tarub telah ditentukan :
- Selamatan pasang tarub :
a) “ Rasulan Jangkep “ (rasulan lengkap)
b) “ Asahan Jangkep “ (asahan lengkap)
c) “ Tumpeng Sego Janganan “ (tumpeng nasi urapan)
d) “ Jajan Pasar “
e) “ Kembang Setaman “ (bunga setaman)
f) “ Tumpeng Robyong “
g) “ Golong Jangkep Lawuhan “ (nasi golong lengkap)
h) “ Pisang Sanggan “
Selesai upacara selamatan pasang tarub, dilanjutkan dengan menaikkan
bleketepe* oleh petugas yang di tunjuk sebagai tanda simbolik bahwa di
tempat itu akan diselenggarakan hajat ngunduh temanten
- Pasang tuwuhan di tempat yang telah ditentukan
- Tuwuhan terdiri dari :
a) Tandan pisang raja yang hampir matang berikut pohonnya
b) Tangkai buah kelapa gading
c) “ Tebu wulung “ (tebu ungu)
d) Daun Timbul (kluwih)
e) Daun Alang-alang
f) Daun Kemuning
g) Daun girang
h) Buah Maja
i) Daun Dadap Serep
j) Padi
k) Daun Beringin
l) Daun Koro
m) Daun Apa-apa
n) Anyaman Daun Kelapa
*bleketepe = anayaman dari daun nyiur yang digunakan untuk atap atau dinding khususnya untuk hajatan
3. Siraman
Penyiapan “ Sajen “ dan syarat “ Kosokan “ siraman di rumah pengantin putra
a) Sesaji (sajen) siraman :
• “ Tumpeng sego janganan “ (nasi tumpeng urapan)
• “ Jajan pasar “
• “ Nasi tumpeng robyong “
• Ayam hidup
• “ Cengkir gading “ 2 buah, dimasukkan ke dalam kembang setaman yang akan dipakai mandi (siram) pengantin. Dimasukkan juga uang 5 sen.
• “ Kendi “ berisi air
b) Alas Siraman :
• “ Klasa bangka “ baru
• Daun Apa-apa
• Daun Koro
• Daun Timbul (kluwuh)
• Daun Dadap Serep
• Daun Alang-alang
• Kain Letrek
• Kain Sindur
• Kain Yuyu Sekandang
• Kain Lurik Puluh Watu
• Kain Mori (lawon)
• Sembagi
c) “ Kosokan “ (sarana untuk menggosok badan)
• Tepung Beras 7 warna
• Mangir
• Daun Kemuning
• Air Satu Klenthing*
• “ Ratus “ dengan anglonya
Jam 11:00 :
- Siraman pengantin putra di rumah pengantin putra sendiri
- Siraman pengantin putri di rumah keluarga calon pengantin putra yang terdekat
4. Majemukan
Tempat pelaksanaan : Jam 19:00
Penyajian rasulan tersebut di :
a) Dekat kamar pengantin
b) Dekat kamar pengantin
Pengantin, besan dan pengiring berjalan pelan-pelan menuju ke pintu masuk tempat upacara, dimana Bapak dan Ibu pengantin putra bersama saudara-saudara pengantin yang bertugas membawa sindur.
Catatan : Iringan gending ; Monggang / Bende Lori
Kurng lebih tiga langkah dari Bapak dan Ibu pengantin putra, iring iringan pengantin berhenti disusul imbal wacana / dialog oleh bapak pengantin putri menyerahkan pengantin sejoli kepada bapak pengantin putra.
Bapak pengantin putra menerima penyerahan pengantin sejoli dan dilanjutkan dengan tata cara mangayu-hayu kedatangan kedua pengantin Hati ayam yang ada di dalam ingkung (ati pengasih) diambil dan dipersilakan makan calon pengantin pria dan calon pengantin putri. Adapun rasulan selebihnya dimakan bersama oleh pinisepuh yang wungon (tirakatan)
Selesai upacara ngunduh pengantin, sesampainya kedua pengantin di rumah pengantin putra, ati pengasih dipersilakan makan oleh kedua pengantin
5. Paes
Penyiapan sarana paes pengantin putri di rumah pengantin putra.
“ Sajen paes “ terdiri dari :
a) Pisang Sanggan
b) Tumpeng putih
c) Ayam panggang
d) Jajan pasar
e) Klasa bangka untuk tempat duduk pengantin
ACARA POKOK
(Jadwal waktu ini diatur sedemikian rupa agar dapat berjalan lancar sebagai contoh waktu sbb)
1. Penjemputan pengantin :
08:30 : Rombongan penjemput pengantin dan besan yang dipimpin
09:00 : Besan tiba dirumah pengantin putra
09:25 : Pengantin, besan beserta pengiring berangkat menuju tempat upacara
2. Upacara penerimaan pengantin :
08:30 : Bapak dan Ibu pengantin putra di tempat upacara
Catatan : Iringan gending ketawang puspawarna
09:00 : - Para undangan mulai berdatangan
Catatan : Iringan gending Mangayu-hayu (gending bonangan dan Klenengan )
- Di tempat upacara di bawah tratag, teman-teman pengantin putra dengan berpakaian adat Jawa berdiri di kanan kiri jalan yang akan dilewati pengantin dan rombongan
10:00 : - Kedua pengantin, besan dan pengiring tiba di depan tempat upacara
- Setelah iring-iringan pengantin tiba di depan upacara, rombongan pengantin diatur secara rapi
- Kembar Mayang mendahului masuk ke tempat upacara dan terus ditempatkan dekat pada Kembar mayang yang telah ada
Ucapan pada saat pasrahan kami contohkan:
1. Pasrahan Pengantin
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Kawula nuwun, Bapak …….. sekadang ingkang dahat sadu ing budi, ingkang kapareng hanyelirani-hamakili penjenenganipun Bapak ……..
Kawula pun ……… ingkang tinanggenah minangka dados duta panjenenganipun Bapak …….. sarimbit kaparenga unjuk atur: Ingkang sapisan kawula hangunjuaken suka-syukur ing Pangayuning Pangeran Ingkang Maha Agung, dene hama-rengaken kawula dalah panjenengan sadaya saged pinarak hanjumenengi pahargyan ing kalanggahan punika.
Kaping kalih Bapak ….. sarimbit hangutaraken salam taklim winantu pamuji rahayu katur dumateng panjenenganipun Bapak …… Jangkep kaping tiganipun, hanuhoni golong-gilingipun sadaya, anggenipun badhe hamurwani bebesanan, kanthi linambaran dhaupipun ingkang putra sesilih inggih punika ….. kaliyan putranipun Bapak ….. naminipun ……
Ingkang kalenggahan punika, kawula sekadang sowan dinuta kinen hangirit calon pengantin : Anakmas …… katur ingarsanipun Bapak …… Ing salajengipun menggah kelampahaning ijab kabul saha panggih kawula sumanggaaken ing jengandhika.
Minangka pari pumaning atur, bilih wonten sigug-kidhunging patrap saho kirang tata-kramanipun atur kawula, mugi panjenengan kapareng hangluberaken gunging samudra pangaksama, Satuhu.
2. Waluyan pasrahan (hanampi) panganten
Karahayon, katentreman tuwin kabahagyan mugi kasarira ing penjenengan sarta para rawuh sadaya awit saking Sih, Tuntunan Pepadang saha Pangayomanipun Gusti Allah ingkang Maha Asih lan Maha Mirah.
Kawula nuwun inggih. Kawula pun ….. ingkang hanyarirani makili panjanenganipun Bapak …. Ingkang tinanggenah kinen hanampi pasrahan ijengandika calon penganten anakmas …… ingkang badhe kadhaupaken kaliyan putranipun, sesilih …….
Gurawalan panami kawula menggah pasrah ijengandika Calon penganten punika. Salajengipun ing wekdal ingkang sampun kangkah. Panganten kakalih badhe ijab kabul kadhaupaken terus pinahargya kanthi upacara panggih.
Wasana sumangga ijengandika hanjumenengi lan mahargya ngantos paripurnaning Upacara.
Bilih wonten kirang sekecaning palenggahan dalah kirang ecaning pasugatan kaparenga panjenengan sadaya paring pangapunten kanthi linambaran sih katresnan.
Winantu ing pangesthi mugi pangeran tansah hangayomana dhumateng kawula sadaya. Satuhu.
ARTI DAN TUJUAN MALAM MIDODARENI MENURUT TRADISI
Midodareni berasal dari kata widodari yang berarti bidadari perempuan yang mempunyai paras elok atau cantik sekali (kata kiasan). Para bidadari bertempat di kahyangan menurut cerita dalam pewayangan. Seorang perempuan yang memiliki paras cantik sekali dapat diumpamakan seperti bidadari.
Malam midodareni adalah malam menjelang akad nikah dan biasanya akad nikah dilaksanakan pada pagi harinya. Dalam malam midodareni kedua calon pengantin (jejaka dan gadis yang akan menikah pada pagi harinya) sudah dapat disebut pengantin. Malam midodareni bertujuan untuk tirakatan memohon rahmat Tuhan dengan maksud agar dalam menyelenggarakan upacara tidak ada aral melintang.
Disamping itu agar para bidadari memberikan berkah kepada pengantin putri supaya menjadi cantik sekali. Hal ini ada kaitannya dengan pingitan. Apabila calon pengantin putri menjalani pingitan misalnya selama 7 hari dengan merawat badan paras muka, maka bila telah dirias pengantin putri seolah-olah menjadi sangat cantik. Banyak para tamu yang terpesona akan kecantikan pengantin putri (banyak yang “pangling”). Ini adalah berkat tradisi adanya pingitan.
Malam Midodareni juga dimanfaatkan untuk mengadakan penelitian dan pemeriksaan segala sesuatu agar dalam pelaksanaan upacara dapat berjalan tertib dan lancar. Pada malam midodareni pengantin putra sudah berada di pondokan untuk melaksanakan nyantri. Nyantri artinya mengabdi terlebih dahulu kepada calon mertua sebelum melaksanakan upacara ijab kabul dan panggih.
Selama malam midodareni pengantin putra tidak boleh bertemu dengan pengantin putri.
JALANNYA UPACARA MALAM MIDODARENI
Agar upacara berjalan dengan lancar maka perlu diatur sebagai berikut :
1. Sehari sebelum upacara malam midodareni perlu dipersiapkan sesaji seperti siraman, sesaji kamar pengantin, sesaji malam midodareni, sesaji bucalan (buangan) dan sesaji dapur (pawon)
2. Tuwuhan sudah harus dipasang di kanan kiri pintu gerbang atau pintu masuk
halaman rumah orang tua calon pengantin putri.
3. Sehari sebelum upacara akad nikah, panggih dan resepsi, calon pengantin putri mandi kramas sendiri sampai bersih sekali.
4. Kira-kira pukul 15:00 atau 16:00 upacara siraman yaitu calon pengantin putri
dimandikan dengan air kembang setaman.
5. Setelah itu rambut kepala calon pengantin putri diratusi dengan dupa harum, bulu roma di bagian tengkuk dikerik dan athi-athinya dibentuk seperti hiasan rambut para bidadari. Sementara dari Juru Rias (Dukun Rias) masih menggunakan do’a-do’a khusus untuk kecantikan agar pengantin dirias betul-betul menjadi cantik sekali.
6. Upacara khusus bila ada misalnya :
a) Upacara Bubak Kawah yaitu bila pengantin putri adalah anak sulung
b) Upacara Tumplak Punjen yaitu bila pengantin putri adalah anak bungsu
c) Upacara Langkahan yaitu bila pengantin putri mendahului kakaknya baik kakak perempuan maupun kakak laki-laki.
7. Bila upacara khusus itu telah selesai, pengantin putri bersama-sama para sesepuh yang hadir membantu malam tirakatan sampai pukul 24:00, dengan maksud agar dalam upacara perkawinan nanti mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada halangan apa pun. Menurut tradisi tepat jam 24:00 dengan perantaraan doa-doa sembaga dari Dukun Paes (Juru Rias) para bidadari akan menurunkan cahaya kecantikan kepada paras pengantin putri. Bagi para muda-mudi yang turut tirakatan bersama-sama calon pengantin putri akan menerima berkahnya (sawabnya) untuk segera mendapatkan jodoh seperti yang diharapkan oleh para muda-mudi.
8. Tepat pukul 24:00 diadakan selamatan midodareni yang terdiri dari : nasi
gurih, ingkung sepasang, satu gelas air putih bersih dengan kembang
setaman.
JALANNYA UPACARA PANGGIH
Upacara panggih sering mempunyai perbedaan-perbedaan antara daerah satu dengan daerah lain di Jawa. Hal ini menurut adat istiadat setempat. Perbedaan-perbedaan ini disebabkan belum adanya pedoman secara baku dalam bentuk buku. Perbedaan-perbedaan tersebut sering menimbulkan perselisihan perasaan antara satu dengan lainnya, yang mungkin akan membawa pengaruh kurang baik dikemudian hari. Sering kali juga menjadi bahan pergunjingan terutama para ibu yang ikut aktif dalam pelaksanaan penyelenggaraan upacara panggih tersebut. Untuk mengurangi perbedaan-perbedan dan pergunjingan tersebut perlu diatur jalannya upacara panggih secara kronologis sebagai berikut :
1. Pengantin putra dan putri setelah dekat dengan tempat upacara panggih yang telah disiapkan, masing-masing diapit oleh dua pemuda untuk pengantin putra, dua pemudi untuk pengantin putri yang masing-masing membawa kembar mayang
2. Bapak dan Ibu pengantin putri dipersilakan ikut menyaksikan di tempat panggih
3. Upacara panggih dimulai dengan saling melempar sadak (sirih yang telah digulung dan diikat dengan benang) antara pengantin putra dan pengantin putri.
4. Upacara menginjak telur yaitu pengantin putra menginjak telur ayam kampung sampai pecah dengan kaki kanan.
5. Setelah pengantin putra menginjak telur disusul pengantin putri membasuh kaki kanan bekas menginjak telur dengan air kembang setaman.
6. Pengantin putra menerima persembahan dari pengantin putri dengan kedua tangan pengantin putra memegang pundak pengantin putri. Pengantin putri membasuh kaki pengantin putra merupakan persembahan.
7. Pengantin putra memegang tangan pengantin putri untuk di ajak berdiri bersama-sama, memohon doa restu kepada para orang tua (pinisepuh) dan para hadirin yang biasanya dibacakan oleh Juru Rias. Pada saat itu kedua pengantin diharuskan memejamkan kedua matanya rapat-rapat.
8. Upacara penukaran kembar mayang
9. Pengantin putri dipersilakan berdiri di samping sebelah kiri pengantin putra dan kedua pengantin bergandengan tangan dengan jari kelingking mengelilingi tempat upacara menginjak telur satu kali.
10. Bapak dan Ibu pengantin putri menyelimuti kedua pengantin dengan kain sindur, dan setelah itu Bapak pengantin putri berdiri di depan kedua pengantin, sedangkan ibu pengantin putri tetap di belakang kedua pengantin. Kedua pengantin memegang ikat pinggang sang bapak dan sang ibu memegang pundak kedua pengantin, tangan kiri memegang pundak bagiakiri pengantin putri, sedang tangan kanan memegang pundak pengantin putra. Setelah siap Bapak, kedua pengantin dan Ibu berjalan menuju ke tempat pelaminan dengan menurut irama Gending Kodok Ngorek. Upacara tersebut dinamakan sindur binayangan atau singkepa. Dalam hal ini mengandung arti bahwa Bapak yang berjalan di depan sebagai “ing ngarso sun tulada” sedangkan kedua pengantin berada ditengah sebagai “ing madyo mangun karso” dan belakang kedua pengantin adalah sang Ibu sebagai “tut wuri handayani”.
11. Upacara Bobot Timbang yaitu setelah Bapak sampai di pelaminan, maka Bapak duduk di pelaminan yang kemudian disusul kedua mempelai duduk di pangkuan Bapak yaitu pengantin putra duduk di paha kanan sedangkan pengantin putri duduk di paha sebelah kiri. Sementara itu sang Ibu berjongkok di depan kedua pengantin sambil tangan kanan memegang paha pengantin putri. Pada saat itu Ibu bertanya kepada Bapak “Abot endi Pakne?” (Berat mana Pak?) yang kemudian dijawab oleh Bapak “Pada abote!’ (sama beratnya!)
12. Upacara Tanem yaitu setelah upacara bobot timbang selesai Bapak berjalan melalui tengah antara pengantin putra dan putri, menuju kehadapan kedua pengantin. Setelah teratur rapi Bapak memberi sekelumit wejangan yang selanjutnya Bapak mendudukkan kedua pengantin di pelaminan dengan memegang pundak (bahu) mereka.]
13. Upacara Kacar-Kucur atau disebut juga upacara tanpa kaya yaitu setelah selesai upacara bobot timbang, Bapak dan Ibu duduk disebelah kiri pengantin putri yang kemudian disusul dengan upacara kacar-kucur yaitu pengantin putra berdiri memberikan isi kantongan kepada pengantin putri yang telah siap untuk menerimanya dengan kain khusus untuk itu dan setelah isi kantongan habis, kain itu untuk membungkus isi dari kantongan yang kemudian diberikan kepada Ibu untuk disimpan.
14. Upacara Kembul Dahar atau bersantap bersama, yaitu kedua pengantin saling suap-suapan dengan nasi kuning atau nasi punar.
15. Upacara Tilik Pitik atau disebut juga mertuwi yaitu upacara penerimaan besan. Setelah selesai upacara kembul dahar, Bapak dan Ibu pengantin putri berdiri dan kemudian berjalan menuju mendekati pintu untuk menjemput besan yaitu Bapak dan Ibu prngantin putra. Bapak dan Ibu pengantin putr mempersilahkan duduk di sebelah kanan pengantin putra dengan susunan : Kedua pengantin di tengah diapit oleh patah sakembaran, kemudian sebelah kanan kirinya Ibu-ibu pengantin dan pinggir kanan kiri adalah Bapak pengantin putra dan Bapak pengantin putri.
16. Upacara Sungkeman yaitu setelah selesai upacara tilik pitik kemudian disusul dengan upacara sungkeman. Kedua pengantin menyampaikan sungkem sembah kepada Bapak dan Ibu dari kedua pengantin.
17. Upacara Tukar Kalpika yaitu pengantin putra dan pengantin putri saling menukar cincin dari jari manis tangan kiri dipindahkan ke jari manis tangan kanan
18. Upacara Minum Air Degan (kelapa muda) yaitu Ibu pengantin memberikan gelas berisi air degan kepada pengantin putra, sedangkan Ibu pengantin putra memberikan kepada pengantin putri. Selanjutnya disusul dengan minum bersama-sama. Semua mengucap seger sumyah.
jawapalace.com