Muhammad Hasyim
Jika Anda tinggal di Ramallah kemungkinan Muhammad Hasyim akan tahu nomor telepon Anda. Operator telepon di Kementerian Urusan Sosial ini hafal lebih dari 80.000 nomor telepon. Hasyim merupakan salah satu karyawan yang paling terpercaya, terutama setelah dirinya dapat mencegah terbakar habisnya sebuah gedung.
Selama empat tahun Hashem yang tunanetra ini bertugas untuk memindahkan semua panggilan telepon yang ditujukan ke kementrian social. Dia dipercaya untuk menyimpan kunci kementrian. Atas dedikasi dan tanggung jawabnya tersebut dirinya menerima penghargaan dan kepercayaan dari rekan-rekannya.
Hasyim mengatakan bahwa dirinya mempelajari dan menghapal nomor-nomor tersebut dari hati. Hal ini menjadi kegemarannya sejak kecil. Sehingga dia dengan mudah dapat menghafal semua angka yang ia butuhkan dalam bekerja. Semua dia lakukan tanpa bantuan halaman kuning direktori telepon.
Salah satu koleganya yang bernama Arafat, mengatakan Hasyim juga dikenal karena keberaniannya. Arafat menceritakan bahwa Hasyim dapat menyelamatkan bangunan dari jilatin api yang mematikan.
“Salah satu karyawan lupa mematikan rokok dan akhirnya bangunan terbakar,” kata Arafat kepada Al Arabiya.
“Seluruh bangunan akan berubah menjadi abu jika Hasyim tidak bertindak cepat dan berani.”
Keramah-tamahan dan rasa humor Hasyim membuatnya populer dikalangan penelpon biasa. Bahkan pelanggan yang baru pertama kalinya yang mendengar suaranya langsung kepincut, sangat ingin berbicara dengannya.
Kehidupan Hasyim tidak sepi dari cobaan. Dia tinggal di desa al-medeya, 35 kilometer (22 mil) dari tempat ia bekerja. Sebuah rumah sederhana dengan perabotan untuk keperluan sehari-hari.
Kebutaannya itu disebabkan dari kekeringan mata ketika dia usianya baru tiga bulan. “Ketidaktahuan dan kurangnya perawatan medis membuat saya buta,” katanya kepada Al Arabiya.
Dokter memvonis tidak ada harapan, ”Tapi saya sendiri tidak pernah akan kehilangan harapan untuk mendapatkan kembali penglihatan saya.”
Hasyim bersekolah di sekolah khusus untuk anak-anak buta di Betlehem hingga tahun 1990 dan kemudian ditransfer ke sekolah umum di desa Naleen. Di sini ia menyelesaikan pendidikan SMA-nya.
Hasyim telah mencoba melamar 13 gadis dari desanya dan desa-desa tetangga, namun mereka semua menolak. Dia akhirnya menikahi sepupunya, Sabrin.
“Dia berpendidikan dan intelektual dan tidak memiliki rasa canggung terhadap orang cacat. Dia tidak merasa malu untuk menikah dengan orang buta,” komentarnya tentang sang istri.
Ketika istrinya hamil Hasyim dirinya sukacita tak terlukiskan.