http://www.kompas.com/data/photo/2009/06/26/3384893p.jpg
Menemukan Lorong di Kedalaman Bumi
Jumat, 26 Juni 2009 | 04:53 WIB
Atmosfer Goa Songgilap dipenuhi kabut putih tipis yang menguap dari tubuh para penelusur goa. Kepak sayap ribuan kelelawar menghasilkan bunyi seperti tiupan angin kencang. Lorong gelap goa bawah tanah ini menyajikan keunikan biota serta bentukan alam yang tak bisa ditemukan di dunia permukaan. Mawar Kusuma
Di Goa Seropan, dua air terjun setinggi delapan meter dan tujuh meter mengalirkan keindahan air sungai bawah tanah. Di pinggiran aliran sungai, potongan tulang-tulang binatang purba yang telah membatu dan berwarna hitam tercetak pada batuan kapur.
Kami menghabiskan dua akhir pekan di pengujung bulan Mei lalu, di Goa Seropan serta Goa Songgilap bersama anggota tim penelusur goa Acintyacunyata Speleological Club (ASC), yang antara lain, terdiri dari AB Rodhial Falah, Mochamad Asril, dan Ryan Nur Rahdiana.
Goa Songgilap di Kecamatan Ponjong serta Goa Seropan di Kecamatan Semanu yang sama-sama terletak di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, menyajikan kekayaan alam berupa limpahan air sungai bawah tanah. Goa-goa itu sungguh layak disebut lorong surga bawah tanah.
Berjumpa dengan kehidupan tersembunyi di kegelapan abadi dunia bawah tanah menjadi pengalaman paling menakjubkan dari seluruh rangkaian perjalanan. Binatang air seperti udang serta kepiting berkeriap di sungai bawah tanah dengan tubuh transparan. Mereka buta dan bergerak liar ketika berpapasan dengan cahaya senter dari helm penutup kepala penelusur goa.
Seekor jangkrik goa telah beradaptasi di kehidupan tanpa sinar dengan memiliki antena kepala yang tiga kali lebih panjang daripada antena jangkrik yang biasa kita lihat di sawah atau ladang. Kalajengking goa (Amblipyghy) pun mengubah penampilannya menjadi hampir serupa dengan laba-laba.
Kera ekor panjang
Kera ekor panjang menjadi penghuni goa pertama yang kami jumpai pada mulut Goa Songgilap pada Minggu (24/5). Kera-kera itu bergeming duduk di atap mulut goa raksasa setinggi lebih dari 70 meter tanpa sekali pun menatap ke arah kami. Dalam rombongan kecil berjumlah enam orang, kami berjalan beriringan meniti tangga batu.
Dunia bawah tanah Goa Songgilap yang tersembunyi 71 meter dari permukaan tanah, terhubung dengan dunia luar oleh lorong sepanjang 150 meter. Di ujung lorong tersebut, kami segera berpapasan dengan dua percabangan berupa labirin lumpur serta aliran sungai bawah tanah. Langkah kami menjadi semakin hati-hati karena kami semua baru pertama kali memasuki goa itu.
Seorang rekan dari ASC, Ryan, menceburkan diri ke dalam sungai untuk mengukur ketinggian air. Tetapi, dia segera kembali memanjat tali ketika kakinya tak mampu menyentuh dasar sungai. Kami kemudian memilih menyusuri labirin lumpur sepanjang 30 meter.
Sepatu bot kami sering kali terperosok ke dalam lumpur goa setinggi lutut. Seluruh dinding hingga atap goa tertutup endapan lumpur berwarna coklat yang terbawa banjir sepanjang musim hujan lalu. Banjir dalam goa bawah tanah menjadi alasan utama bagi para penelusur goa untuk mulai berpetualang ketika musim hujan telah berlalu.
Setelah melewati padang lumpur, kami harus menggunakan bantuan seutas tali untuk turun dan menyatukan diri ke aliran sungai bawah tanah yang kali ini tidak sedalam lorong sungai sebelumnya. Melawan arus sungai bawah tanah berdebit 201 liter per detik dengan titik terdalam setinggi dada orang dewasa, kami disuguhi keindahan ornamen goa bawah tanah.
Selain limpahan air sungai, air sisa hujan dari permukaan tanah menetes lewat pori-pori batuan. Lorong goa yang telah terbasuh air memamerkan kecantikan endapan kapur berwarna putih mengilap.
Sebagian tetesan air kapur tersebut mengkristal dan membentuk ornamen goa. Goa yang namanya berarti tebing mengilap itu memang kaya batuan endapan kapur di bagian atap (stalagtit), endapan kapur di lantai goa (stalagmit), endapan kapur di dinding goa (gourdyn), dan stalagtit yang menyerupai sedotan limun (sodastraw).
Tubuh-tubuh kelelawar jenis Nycteris javanica dan Rhinolophus sp bergelantungan di atap goa. Tidur siang panjang mereka terusik sorotan cahaya senter. Beberapa ekor kelelawar tidur bergelantung sembari menggendong anaknya. Keluarga besar kelelawar ini menjadi satu-satunya mamalia yang kami temukan di kedalaman goa.
Panas tubuh kami pun menguap ketika beradu dengan iklim goa yang dingin dengan suhu kurang dari 24 derajat celsius. Rasa lapar yang hadir karena hilangnya panas tubuh sejenak kami obati dengan mengunyah makanan kecil. Kami menjelajah Goa Songgilap dan mengabadikannya dalam jepretan kamera selama tiga jam.
Gajah purba
Sebelumnya, pada Minggu (17/5), kami menghabiskan waktu tujuh jam menyusuri Goa Seropan. Perjalanan kami menyusuri goa itu sesekali terhenti untuk menyaksikan tulang belulang binatang purba. Rangka gajah purba yang diperkirakan tergolong jenis stegodon pernah ditemukan di goa ini pada tahun 1996, tetapi rangka itu telah dibawa ke luar negeri oleh peneliti dari sebuah negara di benua Eropa tanpa kabar berita hingga kini.
Dari data yang dihimpun ASC antara tahun 1980 dan 2006, setidaknya terdapat 482 mulut goa di Gunung Kidul dan baru sekitar 400 di antaranya yang telah ditelusuri. Meski memiliki limpahan kekayaan berupa goa bawah tanah, hingga kini belum ada goa di Gunung Kidul yang dibuka untuk wisata umum. Semuanya hanya bisa ditelusuri dengan cap wisata minat khusus.
Sebanyak 51 goa di Gunung Kidul telah terpetakan sebagai goa dengan fungsi hidrologi. Goa-goa itu memiliki kekayaan berupa sungai bawah tanah yang airnya berpotensi diangkat untuk pemenuhan kebutuhan air penduduk. Penelitian pemetaan goa secara intensif pernah dilakukan British Cave Research Association pada tahun 1980-1984.
Sungai bawah tanah dari goa yang telah terpetakan di Gunung Kidul terjalin dalam dua sistem hidrologi yang dikenal sebagai sistem Bribin dan sistem Kalisuci. Goa-goa tersebut terbagi dalam dua kategori, yaitu goa vertikal serta goa horizontal.
Menengok ke dalam goa bawah tanah, kita akan menyadari bahwa kekayaan wilayah batuan karst seperti di Gunung Kidul tidak hanya sebatas bahan galian tambang berupa gamping, melainkan juga meliputi keelokan luar biasa dari dunia lain yang selama ini tersembunyi di bawah tanah.
Tips Penelusuran Goa
1. Kenali karakter goa dari referensi tertulis atau informasi penelusur sebelumnya.
2. Gunakan perlengkapan penelusuran goa, seperti helm, sumber cahaya (minimal dua buah), sepatu bot, dan seragam penelusuran berupa pakaian ”overall”.
3. Khusus goa vertikal, gunakan perlengkapan penelusuran goa vertikal berupa tali, peralatan ”single rope technique”, dan perlengkapan tambatan (”rigging”).
4. Hindari menelusuri goa yang memiliki sungai bawah tanah pada musim hujan.
5. Patuhi semboyan penelusur goa: jangan membunuh sesuatu kecuali waktu, jangan mengambil sesuatu kecuali gambar, dan jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak kaki.
6. Gunakan instruktur goa berpengalaman untuk goa-goa yang belum dibuka untuk wisata umum.