Setahun kemudian…................
Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih
basah merah dan masih dipenuhi bunga.
" Mario, suamiku….
Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja dikantormu,
akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan
tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku
mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu
asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya
diam dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria,
telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa
saja untukku…..
Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku
membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya
menyukai Mario.
Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, " kenapa, Rima ? Kenapa kamu mesti
cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku ?"
Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku.
Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna
yang engkau inginkan.
Istrimu, Rima"
Di surat yang lain,
"………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau
mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu
untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola
matamu saat memandang Meisha……"
Disurat yang kesekian,
"…….Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.
Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi
suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu
kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku
tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang
kerumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku
makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau
aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat
engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah…….
Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan
menantinya…….."
Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya… dipeluknya
Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.
Disurat terakhir, pagi ini…
"…………..Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau
tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan
masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude
Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan
aku hanya mengendarai motor.
Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau
memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.
Tahukah engkau suamiku,
Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita
menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta
mulai bersemi dihatimu ?………"
Jelita menatap Meisha, dan bercerita,
" Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah
mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah
yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering
marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang
jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan
kecepatan tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante….. aku melihatnya masih
memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……" Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak.
Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat
dewasa.
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi
kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.
Dear Meisha,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu
berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena
kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa
beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar…. Inikah tanda2 aku mulai
mencintainya ?
Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku
akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya
dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia
belahan jiwaku….
Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan
Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario. Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.
Jakarta, 7 Januari 2009 (dedicated to my friend....may you rest in peace...)[/size]
Ditulis Ulang : must ris (tulisan Donny Christian)