Penemuan Elang Brontok Spizaetus cirrhatus di Tepus, Gunung Kidul dan Rencana Tindak Lanjut Oleh : Okie Kristiawan
Pada tanggal 20 November 2008, team dari
Kanopi
Indonesia mendatangi rumah Bapak Sutrisno di Tepus, Gunung Kidul,
dimana terdapat seekor Elang Brontok
Spizaetus chirrhatus. Kedatangan kami
berdasarkan informasi dari anggota PPA (Pemuda Pecinta Alam) Gunung Kidul.
Elang Brontok
tersebut ditangkap tidak sengaja oleh warga, ketika terjerat di jaring yang
sebenarnya untuk menghalau monyet
Macaca fasicularis. Elang yang masih
muda ini telah berada di kandang selama kurang lebih 2 minggu.
Kami Kanopi
Indonesia, bermasud untuk melepas-liarkan kembali elang tersebut di lokasi yang
sama ketika dia ditangkap. Diperoleh informasi, bahwa di lokasi tersebut juga
terdapat sarang elang brontok di atas pohon Randu
Ciba petanda. Diduga
pasangan yang bersarang ini adalah induk dari elang yang tertangkap.
Untuk itu,
rencana pelepas-liaran tidak begitu saja. Kami telah membuka hubungan dengan
berbagai macam lembaga dan individu untuk turut serta dalam pelepas-liaran
serta monitoring. Sampai saat ini telah ada
Ligth comitment dari
beberapa lembaga.
Sesuai rencana,
kami akan mengadakan
medical ceck-up yang akan dibantu oleh Drh. Dian
Tresnowikanti, dokter hewan yang masih bertugas di Pusat Penyelamatan Satwa
Jogja. Dalam
medical ceck-up ini, akan dilakukan test Avian Influensa,
gambaran darah dan
fisio ceck-up.
Bersamaan dengan hal tersebut, kami akan
melakukan pengukuran /
meansurement treatment serta
pemasangan Radio Telemetri untuk proses monitoring. Radio Telemetri, kami
peroleh dari RAIN (Raptor Indonesia)
organisasi networking yang khusus menangani Raptor di Indonesia. Untuk
Radio receiver sebagai alat pemantau, kami mendapat pinjaman alat dari
ARRCN(Asian Raptor Research Conservation Networking) dimana alat tersebut
dikelola oleh Raptor Center Pabaruban, Bandung/YPAL (Yayasan Pribumi Alam
Lestari ) Bandung.
Proses selanjutnya, Habituasi. Dimana elang
tersebut akan kami “kandangkan” di dalam kandang semipermanen. Kandang di buat
dari jaring dengan ukuran 7mx4mx2m. Kandang ini akan kami buat di sekitar
sarang (pohon Randu) Jaring Kandang dibantu pengadaannya oleh IAR
(International Animal Rescue)yang berkedudukan di Ciapus, Bogor. Habituasi bermasud untuk mengenalkan
kembali elang yang telah di tangkap dengan alam-nya. Selain itu kami akan
memantau respon dari elang tersebut dengan alam dan mungkin juga respon induk
yang masih sering berada di sarang dengan elang yang akan kami lepas.
Proses habituasi akan dilaksanakan kurang
lebih 5-7 hari dimana hal ini sangat tergantung pada respon elang terhadap
lingkungannya. Selama itu pula akan dilakukan pengambilan data yang dilakukan
oleh beberapa relawan yang berasal dari bermacam lembaga, diantaranya
Matalabiogama Fakultas Biologi UGM, KSSL (Kelompok Studi Satwa Liar Fakultas
Kedokteran Hewan, UGM), KP3 (Kelompok Pengamat, Pemerhati, Peneliti Burung
Fakultas Kehutanan, UGM), WCF-Documentation Forum (Wildlife
Conservation Forum) dan di koordinir oleh Kanopi Indonesia.
Setelah Pelepas-liaran,
juga akan dilakukan monitoring. Monitoring
ini berguna untuk melihat tingkat survive dan daya jelajah elang. Monitoring
intensive selama 2 minggu penuh. Mengingat keterbatasan Sumberdaya, Monitoring
selanjutnya akan dilakukan satu minggu sekali selama 3 bulan dan selanjutnya di
lakukan monitoring sebulan sekali. Kegiata ini akan di dukung oleh WCS
(Wildlife Conservation Society) dan lembaga lembaga tersebut diatas.
Selama proses pre-release sampai monitoring,
kami akan melibatkan masyarakat setempat, seperti dalam pembuatan kandang dan
pemantauan.
Untuk itu, kami juga berharap dukungan sepenuhnya dari pemerintah dalam hal ini
BKSDA (Balai Konserbasi Sumber Daya Alam) Yogyakarta,
sebagai otoritas hukum yang menangani satwa liar yang di lindungi seperti elang
brontok tersebut.