Buat pecinta rokok, mungkin anda harus mulai mengurangi rokok, karena bahayanya luar biasa, berikut ada kisah nyata dari pecinta rokok,Sdr. Albert Charles Sompie (Berthie Sompie) Telp. Rumah: (021) 424 7010 - 425 7052, HP: 0812 826 0749 yang sudah terkena kanker paru dan usu besar, berikut kisahnya:
Bulan November 2005 adalah bulan kelabu dimana aku divonis dokter terkena kanker paru-paru dan harus dilakukan pengangkatan sebagian paru kanan atasku yang ada kankernya. Kejadiannya setelah Hari Raya Idul Fitri 2005 aku merasakan badanku yang kurang sehat dan cenderung setiap hari berat badanku turun 1/4 kg sementara aku makan seperti biasa.
Dari situlah aku memeriksakan diri ke laboratorium untuk melakukan general cek up, karena sejak berhenti sebagai atlit nasional, aku belum pernah cek up lagi. Dan hasil dari cek up itulah ketahuan kalau di paru sebelah kanan atasku ada tumor sebesar 6 (enam) sentimeter. Sebelumnya aku sudah ada perasaan kalau terkena kanker paru karena aku adalah perokok berat (satu hari rata-rata bisa sampai 60 batang rokok). Saat itu aku menerima dengan tegar karena aku merasa penyakit tersebut akibat dari kebiasaanku merokok sejak remaja.
Ironis memang, sementara aku adalah seorang mantan pemain bahkan kapten tim nasional di cabang softball era tahun 1980-1990, yang seharusnya hidup tanpa tembakau/rokok. Padahal sudah gak bosan-bosannya lingkungan di sekitarku menganjurkan aku untuk berhenti merokok tetapi aku menjawab dengan sombong bahwa aku kan atlit, jadi ada alasan untuk merokok tapi sehat. Memang saat itu tidak terlihat akibat dari rokok yang katanya bila seseorang itu merokok maka dia tidak akan kuat untuk berlari jauh, atau dengan kata lain perokok napasnya jadi pendek. Itu tidak terjadi pada diriku. Dan memang aku buktikan di setiap latihan atau dalam pelatnas (pemusatan latihan nasional) kondisi badanku oke-oke aja, jadi buat aku merokok tidak ada pengaruhnya sama sekali.
Keluarga Berthie Sompie
Anakku Albert Alvin Sompie, aku (Berthie Sompie), istriku Yayuk, dan anakku Talita Tamara Sompie.
Kebetulan dokter yang memeriksaku setelah ada hasil dari foto rontgen adalah kakakku sendiri yang dokter spesialis paru (Dr. Menaldy Rasmin SpP(K) ). Setelah melalui pemeriksaan yang lebih mendetail yaitu dilakukan broncoscopy dan biopsy, tidak ada jalan lain kecuali dilakukan operasi pengangkatan paru kanan bagian atas yang telah terkena kanker.
Saat itulah aku mulai takut karena terus terang selama hidup aku belum pernah yang namanya sakit berkepanjangan apalagi operasi dan harus diopname. Aku mulai menghindar setiap kali kakakku menanyakan kapan siap dioperasi. Aku hanya menjawab besok, besok, dan besok, yang sebenarnya sih aku amat sangat ketakutan untuk operasi. Malahan aku sempat lari ke pengobatan alternatif. Ternyata tidak membuahkan hasil yang aku harapkan.
Aku lalu datang ke tempat praktek kakakku dan menanyakan akibatnya bila aku gak mau operasi (sewaktu aku ke pengobatan alternatif kakakku gak tau). Kakakku bilang kalau aku gak dioperasi akan terjadi pembengkakan di tubuh bagian kanan, mulai dari tangan kanan terus ke dada kanan. Nah kalau sudah terjadi pembengkakan maka tidak bisa dilakukan operasi, yang ada hanya bila sakit akan diberi obat anti sakit, bila sesak napas akan diberi obat sesak napas, dengan kata lain aku tinggal menghitung hari untuk mati. Di situlah aku makin ketakutan, menyerah serta pasrah untuk dioperasi.
PARU-PARUKU DIPOTONG
Operasi mulai disiapkan dan dijadwalkan karena operasi paru adalah operasi besar yang perlu persiapan yang mendetail, mulai dari periksa jantung, paru, gigi, tekanan darah, dan lain-lain yang memerlukan waktu beberapa hari. Di sini aku masih menawar pada kakakku, bahwa aku mau dioperasi tapi pemeriksaan persiapan operasi aku lakukan sambil jalan, jadi aku gak mau opname sejak pemeriksaan persiapan operasi dilakukan. Sebenarnya begini ini gak boleh, tapi karena fasilitas dari kakakku aku diijinkan melakukan pemeriksaan pra operasi tidak dengan nginap di rumah sakit.
Aku dijadwalkan dioperasi di RS Persahabatan, Rawamangun, Jakarta. Kebetulan lagi istriku kerja di RS Persahabatan sebagai dokter, dan memang RS Persahabatan adalah rumah sakit untuk paru-paru. Hampir semua pakar paru-paru ada di RS Persahabatan.
Aku baru masuk rumah sakit dua hari menjelang operasi yaitu tanggal 24 Desember 2005, dan operasi dilakukan tanggal 27 Desember 2005 jam 08.00 pagi. Operasi diperkirakan memakan waktu sekitar 5 (lima) jam. Saat itu aku merasakan takut yang amat sangat sehingga istriku diijinkan ikut masuk didalam kamar operasi untuk memberi semangat.
Aku baru sadar setelah operasi kira-kira jam 07.00 malam. Yang pertama aku lihat adalah istriku, anak-anakku, saudara-saudaraku, juga kakakku yang termasuk dalam tim dokter biarpun dia gak ikut menangani langsung. Kenapa semua orang-orang terdekatku bisa masuk kedalam ICU, karena dapat fasilitas dari direktur RS Persahabatan, sebab kakak dan istriku adalah dokter di RS tersebut.
Begitu sadar yang pertama kali aku tanya pada kakakku yaitu apakah penyakitku sudah hilang, yang dijawab dengan anggukan oleh kakakku. Aku sangat gembira mendengar bahwa aku sudah terbebas dari penyakit kanker paru yang telah mencapai stadium 3B (setelah potongan paru diperiksa di laboratorium).
Ternyata untuk pemulihan kondisiku yang diperkirakan sekitar lima hari di dalam ICU (intensive care unit) cukup aku jalani dua hari saja. Kondisi ini sangat menggembirakan baik untuk aku sendiri maupun keluarga dan tim dokter. Ini disebabkan masa laluku yang mantan seorang atlit nasional, jadi secara umum kondisi badanku bagus dan cepat melakukan pemulihan, di samping semangatku untuk sembuh sangat besar sekali.
Jadi aku dirawat di rumah sakit sejak masuk, operasi, dan pemulihan total selama 10 hari, padahal sebenarnya aku sudah siap mental untuk 20 hari.Bisanya pulang lebih awal mungkin karena kondisi fisikku saat dioperasi sangat baik sehingga pemulihannya lebih cepat dari yang diduga.
Di rumah aku mulai menyesuaikan dengan keadaanku yang baru yaitu harus melakukan fisioterapi atau rehab medik untuk memulihkan kondisiku dan juga menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk stadium penyakit kanker paruku
bersambung...2