Standar Kelulusan Naik Menjadi 5,50

Departemen Pendidikan Nasional mengumumkan Ujian Nasional (UN) tahun ini dinaikkan 0,25 dari tahun lalu menjadi rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan. Sedangkan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

Hal itu dikatakan Ketua BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) Mungin Eddy Wibowo dalam konferensi pers mengenai pelaksanaan Ujian Nasional 2009 di Gedung Depdiknas, Senin (12/1).

“Kami terus meningkatkan standar dengan tujuan peningkatan kualitas anak didik, diharapkan tiap tahun dapat terus meningkat. Khusus untuk SMK, nilai mata pelajaran Kompetensi Keahlian Kejuruan minimal 7,00 dan digunakan untuk menghitung rata-rata UN,” ujar Mungin.

Dikatakan Mungin, ujian nasional tahun ini tiap hari hanya akan diujikan satu mata pelajaran, kecuali hari pertama ujian untuk SMA/MA agar anak didik lebih konsentrasi. “Memang UN untuk SMA/MA akan lebih panjang waktunya, yakni selama 5 hari mulai 20 April hingga 1 Mei. Tetapi hanya hari pertama akan diujikan dua mata pelajaran, karena keluhan dari para siswa pada penyelenggaraan UN tahun lalu,” tambahnya.

Sedangkan untuk UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional) SD/MI/ SD LB (Sekolah Dasar Luar Biasa) tetap akan dilakukan pada 11-13 Mei 2009. Mata pelajaran yang diujikan juga masih sama yakni Bahasa indonesia, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Jumlah siswa yang akan mengikuti UN, dikatakan Mungin, dari data sementara yang didapat Diknas mencapai 1.593.650 siswa. “Kami masih menunggu hasil pertemuan dengan seluruh kepala dinas yang akan dilakukan besok,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Mungin juga menjelaskan besaran total dana untuk pelaksanaan UN mencapai Rp 376 miliar. Rinciannya, untuk pelaksanaan UASBN di SD/MI/SD Luar Biasa mencapai Rp 56 miliar, SMP/ MTs/ SMP Luar Biasa sebesar Rp 200 miliar dan SMA/MA/SMK sebesar Rp 200 miliar.

Seperti diketahui, pelaksanaan UN 2008/2009 untuk tingkat SD dan sederajat (UASBN) didasarkan pada Peraturan Menteri pendidikan Nasional (permendiknas) No 82 tahun 2008. Untuk SMP/MTs/MP Luar Biasa, SMA Luar Biasa dan SMK didasarkan pada Permendiknas No 78 tahun 2008. Sedangkan untuk pelaksanaan UN SMA/MA didasarkan pada Permendiknas No 77 tahun 2008.

Soal UN yang akan dilselenggarakan akan berbeda pada setiap provinsi, hal ini disesuaikan masing-masing daerah. Porsi soal yang dibuat oleh BSNP sebesar 25 persen dari kesuluruhan soal yang diujikan, sedangkan sebanyak 75 persen soal dibuat oleh tim disetiap provinsi.


[Sumber:ULINUHAI1]

Aku gak ngalami UN, aku mbiyen EBTA/NAS....

Soyo ribet kayane sakiki......

hu uh.. angel nemen saiki arep lulus sekolah..

semangat teman2Q guru mata pelajaran y' di UNASkan. :cheers:

susah nek karo negoro sing ijih ngandelke nilai..

kenyataanne ki nilai tinggi tapi kemampuan secara materi. moralitas, tanggung jawab, rasa sosial belum tentu sepadan dg nilainya..
nek aku sich koyo luwih setuju nek sistem pendidikan ki di tinjau kembali, piye ben iso ngasilke lulusan2 berkualitas, mandiri dan punya daya saing dg negara2 lain, jangan sampai kita menjadi penonton di negeri sendiri jika kita bersaing dg orang asing utk menjadi tenaga ahli, toh kemampuan kita sebenernya tdk kalah dg mereka..

jadi modal nilai tinggi aja bagiku tidak cukup.. sertifikat itu penting utk negara seperti kita, tapi ilmu jauh lebih penting karena kita sendirilah yg akan menggunakan atau memfungsikan ilmu kita di dunia nyata, entah di dunia kerja, bermasyarakat ataupun bahkan bernegara dalam konteks sebagai abdi negara...

kandar wrote:

susah nek karo negoro sing ijih ngandelke nilai..

kenyataanne ki nilai tinggi tapi kemampuan secara materi. moralitas, tanggung jawab, rasa sosial belum tentu sepadan dg nilainya..
nek aku sich koyo luwih setuju nek sistem pendidikan ki di tinjau kembali, piye ben iso ngasilke lulusan2 berkualitas, mandiri dan punya daya saing dg negara2 lain, jangan sampai kita menjadi penonton di negeri sendiri jika kita bersaing dg orang asing utk menjadi tenaga ahli, toh kemampuan kita sebenernya tdk kalah dg mereka..

jadi modal nilai tinggi aja bagiku tidak cukup.. sertifikat itu penting utk negara seperti kita, tapi ilmu jauh lebih penting karena kita sendirilah yg akan menggunakan atau memfungsikan ilmu kita di dunia nyata, entah di dunia kerja, bermasyarakat ataupun bahkan bernegara dalam konteks sebagai abdi negara...

Memang bener kang ...
Tapi niki nek dilihat nganggo sedikit kritis ....
Niki sak jane onten muatan politis pejabat pdank sing setiap taon ngejar setoran(ngentek ke anggaran) proyek sing akhire menguntungkan kantong mereka alias korupsi berkedok memajukan pendidikan , persani mawon anggaran engakng dipun anggarke .


Poro pejabat sakniki mung pinter ngomong karo gawe konsep tapi prakteke ora ono hasil sik signifikan malah mung gawe bingung para siswa negoro iki ...

Jaman biyen buku iso nggo gentenan adine , saiki ora iso kudu setiap naik kelas kudu tuk buku anyar padahal isine podogur kemasane sing anyar, iki mau yo termasuk kebijakane para pejabat pdank sing pengin nguntungke wetenge dewe seko bisnis buku .....

niki imbase sing rekoso nggih mung raktyat cilik karo generasi bangsa ...
Nek ora duwe duit ora iso sekolah ....

Lak nggih leres to ... :study: :study: :study:

leres mas lha nggih niku kerjaane poro profesor, doktor, MM lan sakpanunggalanipun..

Kebijakan kok gur di delok seko sudut pandang keuntungan pribadi lan kelompok..

Soyo bubrah tatanan negoro, ujung-ujunge yo gur tekne nduwe milik..
Mangkane opo ora mesakake, pas lagi jaya2ne opo-opo iso dituku, diajeni, nanging jebul bareng wis pensiun masa tuwa neng hotel prodeo.. ora podo eling yen roda kehidupan iki pasti berputar....


Ning yo dadi wong cilik ki cen kudu siap lan gelem nggo ancik2 wong gede..wis manut wae lah piye karepe.. wong arepo protes koyo ngopo yo orarak bakal digubris.. lha sopo awake dewe iki??

untunge disik rung ono standar kelulusan
tapi jangan sampai malah menjadi sebuah bumerang untuk dunia pendidikan kita jadi siswa didik hanya mengejar nilai semata

mosok nguyak biji 5,5 we ra iso.

kebangetan tenan cah2 sekolah jaman saiki!!

kandar wrote:

kenyataanne ki nilai tinggi tapi kemampuan secara materi. moralitas, tanggung jawab, rasa sosial belum tentu sepadan dg nilainya...

selain itu kualitas SDM juga ga semata2 diukur dari tingginya pendidikan atau berapa banyak gelar atau ijazah yang dimiliki seseorang,dalam prakteknya ijazah dan gelar sangat mudah "dibeli"secara instan bagi mereka yang punya kuasa / jabatan dan berduit,..

tapi pun mungkin ada sisi baiknya juga menaikkan angka standar kelulusan, paling tidak kualitas lulusan akan sedikit meningkat ...

semoga...

duh...kasihannya yg mau nempuh UAN, sekolah 3 tahun hanya ditentukan dalam 5 hari..
mereka sdh stress dr sekarang..
PAling nanti akan muncul berita banyaknya kecurangan dalam pelaksanaan UAN.. dan yg curang bukan hanya siswa tp sdh sistematis oleh pejabat sekolah yg ingin menaikkan gengsi sekolahnya dg capaian nilai kelulusan di sekolahnya yg tinggi..

hu uh mbak lis,..

tapi sebenernya di lingkungan birokrasi diknas ada permainan uang nggak yo..,..


sebab peraturan pemerintah dengan menaikan standar kelulusan hanya akan berujung pada hisapan jempol kalu praktik sogok menyogok masih ada,..

mustine menaikkan standar kualitas wae malah apik.....
ISO TS kek....

sujokno wes lulus aku

iyu,.cah sekolah tambah angel saiki,..
sing duwe family sing isih neng bangku sekolah,.yo mari sama2 kasih semangat dan dorongan..

Bodho amatlah, siamat aja ga bodho.... mo uan mo unas mo un terseraaahhh... ga gue pikirrinn , saiki sik penting iso guyu ae...