Di Balik Sejuta Sumpah Serapah Kepada Sang Benalu
Benalu memang tak tahu malu! Sudah “ngontrak” gratis, masih tega menyedot makanan si “pemilik rumah”, sampai-sampai inangnya gering. Untungnya, benalu cukup andal mengobati beragam penyakit manusia, termasuk kanker. Kalau tidak, …! Ya, kalau tidak, benalu tentu akan terus-menerus jadi tumbuhan terkutuk, di dunia maupun akhirat. Sebab, seumur-umur ia akan dikenang sebagai tanaman yang kerjanya melulu bikin repot jagad manusia dan jagad flora, tak tahu diri, pagar makan tanaman, dan sejuta sumpah serapah lainnya.
Sebelum lebih jauh membahas “sesuatu” yang dimiliki benalu, mari kita berkenalan dulu dengan keluarga besarnya. Meski nama benalu sudah tak asing lagi, apalagi sering dipropagandakan di buku-buku pelajaran sekolah sebagai tumbuhan berstereotipe negatif, kenyataannya tak semua orang (terlebih mereka yang tinggal di kota-kota besar) akrab dengan tanaman “pengganggu” ini.
Biji peluru senapan
Aslinya, benalu dikenal sebagai penggemar tumbuhan perdu. Di situ ia biasa membentuk miliu (lingkungan sekitar) yang memberikan kesan rimbun, tidak teratur, dan kurang terawat.
Untuk memergoki benalu tak sulit. Anda bisa menemukannya di sekitar hutan, tepi jalan, kebun, bahkan tegalan. Tanaman ini berkembang biak dengan cara generatif dan vegetatif (cara pertama, lewat penyebaran biji, dianggap lebih baik dibandingkan dengan cara kedua).
Dalam Flora Malesiana vol. 13 (1997) ditegaskan, ada dua kelompok besar benalu, yakni dari keluarga Loranthaceae dan Viscaceae. Famili Loranthaceae punya 23 marga (dengan 200 jenis tanaman), di antaranya marga Dendrophthoe (21 jenis) dan marga Scurrula (8 jenis). Sedangkan Viscaceae punya empat marga (26 jenis).
Begitu banyaknya jenis benalu, dalam tulisan ini akan diilustrasikan beberapa jenis saja. Dendrophthoe pertandra (L) Miq., misalnya, pertumbuhan akarnya intensif menjalar pada inang, acap kali tumpang tindih. Warna akarnya kecokelatan, dan bila menyerap air, akan berubah warnanya menjadi kehijauan dengan pelekat kuat. Batangnya tegak, agak panjang, bulat, rapuh, berwarna kusam.
Benalu satu ini banyak cabangnya yang panjang-panjang dan membentuk banyak ranting dengan ruas tua membesar. Daunnya berbentuk lanset, elips atau bulat panjang, kaku, rapuh, warnanya hijau muda sampai hijau tua. Bunga kecilnya berbentuk bokor, ramping, dengan mahkota berkelir kuning, merah atau oranye dalam tandan di ketiak yang masih menempel atau sudah gugur.
Sementara buahnya mirip buni, sewaktu muda berwarna hijau, tapi setelah tua berubah jadi kuning. Bijinya sebesar biji pepaya, bentuknya seperti peluru senapan angin, terdiri atas dua bagian, yaitu lembaga berwarna hijau dan bagian lain berwarna putih, diliputi oleh gelatin. Jenis ini biasanya diberi nama sesuai nama inang yang diparasitinya, seperti benalu teh, benalu mangga, benalu soka, dan lain-lain.
Pertumbuhan benalu jenis ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan hara yang dapat dimanfaatkan dari tanaman inangnya, karena ia memiliki haustoria (akar isap). Akar isap inilah yang menusuk masuk ke dalam jaringan induk semangnya untuk mengisap hara, garam mineral, serta airnya. Ia juga memiliki hijau daun, sehingga dapat berasimilasi, membentuk karbohidrat untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Sebaliknya, benalu marga Viscum tidak membentuk haustoria di luar tanaman inang, tetapi pertumbuhannya ke dalam, mengisap sari makanan dari benalu yang ditumpanginya, seperti Viscum articulatum yang menumpang pada Dendrophthoe pentandra. Jenis lainnya, Viscum articulatum Burm. F, akarnya tidak tampak dari luar. Batangnya bulat, tegak, rapuh, berwarna hijau tua.
Daunnya pipih, pendek, berwarna hijau. Pada pertumbuhan selanjutnya, daun akan menjadi ranting. Bijinya bergerombol pada tiap ruas cabang, ranting atau daun, bentuknya kecil dan warnanya putih seperti kapas. Buahnya bulat kecil, bila telah tua sebesar merica, berwarna hijau keputih-putihan. Bijinya pun kecil, pipih, warna hijau, berflagela pendek dilapisi sedikit gelatin. Jenis ini sering digunakan sebagai obat untuk meredakan kejang, peluruh kencing (diuretik), antiwasir, penguat jaringan tubuh, dan antihipertensi.
Sejak abad ke-18
Sebagai obat tradisional, masyarakat di berbagai negara sebenarnya sudah lama memanfaatkan benalu untuk menyembuhkan beragam penyakit. Seperti bisa dibaca dari naskah lawas, “Journal of the Asiatic Society of Bengal” (1887), keberadaan dan khasiat benalu ternyata sudah dikenal luas oleh orang Indonesia sejak lama, khususnya di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.
Faktanya, catatan-catatan etnobotani menunjukkan,
di Jawa pada tahun 1968 benalu sudah digunakan sebagai obat penyakit cacar air, cacar api, diare, cacing tambang, tumor, dan kanker. Pada 1978 penelitian etnobotani juga memberitakan, benalu teh kering yang direbus airnya dapat diminum untuk menyembuhkan penyakit kanker rahim dan jenis kanker lainnya. Sedangkan pada tahun 1980, giliran benalu sawo yang dipercaya dapat menyembuhkan tumor payudara.
Lalu pada 1983 ditemukan fakta bahwa benalu jeruk nipis, benalu beringin, dan benalu teh dengan ramuan tertentu dapat menghalau tumor. Setahun kemudian, penelitian etnobotani sekali lagi menemukan fakta di lapangan, air hasil rebusan benalu dan daun tapak dara (Catharanthus roseus), jika diminum, ternyata dapat mengobati kanker.
Tahun 1995, penulis sempat mengunjungi Desa Gentasari, Kroya, Cilacap, untuk mengamati maraknya penggunaan benalu sebagai ramuan jamu di daerah itu. Dari hasil pengamatan itu, penulis sempat menemukan seorang penderita kanker usus yang berhasil sembuh dari penyakitnya, setelah meminum rebusan benalu mangga.
Tak hanya manjur di Indonesia, khasiat benalu juga dipercaya oleh masyakat Malaysia, Filipina, dan Papua Nugini. Di negara-negara itu, benalu juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Di Indocina, daun benalu Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. sering diramu dengan teh, lalu diminum sebagai obat flu. Sedangkan larutan daun benalu Scurrula ghracififolia digunakan untuk mengobati rematik, bisul-bisul, serta memperkuat pertumbuhan gigi dan rambut. Jenis benalu lainnya, Viscum articulatum Burm. F direbus dan diminum dua kali sehari untuk mengobati bronkitis.
Di Cina semua bagian dari benalu Scurrula parasitica, yang sudah dikeringkan, digunakan untuk memperkuat ginjal, menenangkan uterus sewaktu hamil, menguatkan tulang, mengurangi pembengkakan, menghilangkan rasa sakit punggung maupun lutut, serta menurunkan tekanan darah tinggi.
Orang Cina juga memanfaatkan benalu untuk pengobatan kelainan hati dan merangsang pertumbuhan rambut. Sedangkan Viscum articulatum dipercaya membantu mengatasi kelainan hati dan penyakit TBC (tuberkulosis).
Apa sebenarnya rahasia benalu, sehingga banyak dimanfaatkan orang sebagai obat beragam penyakit?
Menurut Richter dalam Phytochemistry No. 31 (1992), benalu Loranthaceae dan Viscaceae mengandung banyak flavonoid, seperti chalcones, flavanones, c-glycoflavonols dan flavan-3-ols. Flavonoid sendiri berfungsi sebagai pelindung si benalu dari kerusakan yang disebabkan oleh pengaruh sinar ultraviolet dan bertanggung jawab pada warna bunga, buah, dan daun.
Dalam ilmu farmasi, flavaoid dikenal sebagai senyawa antiradang, antioksidan, pereda sakit (analgesik), antivirus, anti-HIV, mencegah keracunan hati, antikelebihan lemak, merangsang kekebalan tubuh, sebagai vasodilator (memperlancar aliran darah), mencegah penggumpalan darah, antialergi, dan antikanker.
Keberadaan flavanoid itu didukung oleh zat-zat lain yang juga terdapat pada benalu, seperti proline, hydroproline, myo-inositol, dan chiroinosotils. Sementara benalu famili Loranthaceae diyakini banyak mengandung tanin. Senyawa ini terdapat pada tanaman benalu, berkat hasil kerja sama asam gallic dengan catechin, yang menyebabkan padatnya kadar tanin pada daun dan tangkai batang. Dalam ilmu farmasi, tanin kerap digunakan sebagai obat diare, penawar racun, antivirus, antikanker, dan anti-HIV.
Di balik dosa besarnya pada tumbuhan lain, benalu ternyata berpotensi menjadi bahan penyembuh luar biasa. Seperti manusia, benalu juga punya sisi baik dan sisi buruk!
Jangan Lebih 10 Gram
Pil atau kapsul bikinan pabrik yang dibuat khusus untuk manusia saja ada aturan pakainya. Apalagi yang namanya obat tradisional semacam benalu.
Zaman dulu - sekarang pun masih sering dipraktikkan di desa-desa - ramuan benalu biasanya ditempatkan, direbus, atau diolah di dalam wadah yang terbuat dari tanah liat, semisal kendi.
Penggunaan tanah liat itu dimaksudkan untuk menetralkan racun yang ada pada benalu. Dengan kata lain, pemanfaatan tumbuhan benalu memang tidak sembarangan, dan tidak semudah seperti memanfaatkan herbal-herbal penyembuh lainnya. Ramuan benalu juga bisa diseduh beberapa kali (minimal dua kali), karena khasiat benalu tak mudah hilang hanya dengan sekali seduh.
Namun disarankan, dosis seduhan itu antara 5 - 10 g saja. Jangan sampai melebihi 10 g. Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih meyakinkan, silakan bertanya pada ahli etnobotani atau ahli fitokimia terdekat di kota Anda. Anda yang bertempat tinggal di Jakarta, misalnya, bisa menghubungi Puslitbang Botani LIPI, di Bogor, Jawa Barat.
Sumber: http://www.depkes.go.id (Oleh: Samiran, peneliti tanaman obat di Puslitbang Botani, LIPI, Bogor)
Semoga berkenan
matur nuwun
Hayu ning bawono