Namanya Bhima Suryo Harya Hidayat. Tanggal 18 Mei lalu, ia genap 30 tahun. Berprofesi sebagai pengusaha muda, ia memiliki perusahaan yang bergerak dalam bidang graphic design di kawasan Jalan Jenderal Soedirman, Jakarta Selatan. Bhima termasuk pria yang beruntung dalam kehidupan. Dengan dukungan penuh dari orang tuanya, selepas SMA pada tahun 1992, ia melanjutkan pendidikan di Pasadena, Amerika Serikat, mengambil jurusan Industrial Design Majoring in Products dan Graphic Design.
Di negeri Paman Sam ini, katanya, ia tak betah dengan junk food Amerika. Semester dua, Bhima nekad pindah ke Frankfurt, Jerman, dan mengambil jurusan yang sama. Bhima diwisuda tahun 1997 dan pulang ke tanah air dua tahun kemudian. Di Jakarta, ia mendirikan perusahaan bersama karibnya semasa SMP. Bhima memang akrab dengan kehidupan metropolitan. Tapi, lelaki ini mempunyai hobby yang lumayan unik untuk pemuda seusianya. Dia pendengar radio yang maniak. Salah satu stasiun radio yang paling ia gemari adalah Delta FM, sebuah radio jaringan swasta nasional yang berkantor di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan.
Saking ngefans-nya, lelaki ini tak segan mengirim aneka makanan ke stasiun radio yang berkantor di kawasan Sudirman, Jakata Selatan itu. Mulai es krim hingga dimsum. Juga parfum. Bhima pun sempat memberikan voucher ponsel bernilai besar ketika anak salah seorang penyiar radio tersebut berulang tahun. Bhima yang sibuk menahkodai perusahaan branding ternyata juga aktif dalam mailing list (milis) idakrisnashow, salah satu acara favoritnya di Radio Delta. Dari milis inilah Bhima mempunyai banyak teman, salah satunya Wita, perempuan 30 tahun, berprofesi sebagai jurnalis di sebuah majalah berita mingguan.
Suatu ketika, Bhima teramat berang karena keanggotaannya dalam milis idakrisnashow terblokir. Bhima pun bertanya kepada Wita mengapa ini bisa terjadi. Wita memberikan penjelasan tentang kemungkinan-kemungkinan terblokirnya anggota dalam sebuah milis. Bhima tidak puas dengan jawaban itu. Melalui seorang perempuan yang juga ia kenal dalam milis, Bhima menyebarkan surat elektronik. Dengan keras ia mempertanyakan tersingkirnya dirinya dari milis. Kebetulan, moderator sekaligus pemilik milis idakrisnashow adalah Ida Arimurti. Alhasil, Ida pun dihujat habis-habisan dalam milis yang ia komandoi sendiri. Itu terjadi akhir Juni.
Minggu, 3 Juli, Ida menghubungi Wita melalui ponsel. Dalam pembicaraan dengan Wita, Ida mengatakan ada sesuatu yang terjadi dalam diri Bhima. Dua hari kemudian, Ida menyambungkan Wita dengan Felecia, mantan penyiar Radio Delta FM yang kini bekerja di sebuah radio milik pemerintah. Dari komunikasi Wita dengan Felecia itulah semua kebohongan Bhima terbongkar. Meski telah berjanji akan menikahi Felecia, ternyata Bhima mempunyai affair dengan beberapa penyiar Delta yang lain. Namun, yang lebih mengejutkan, ternyata Bhima adalah seorang perempuan berusia 64 tahun dengan nama Sylvia Ethe!
Hubungan Felecia dengan Bhima bermula saat perempuan 37 tahun ini masih bekerja sebagai penyiar di Radio Delta FM Jakarta. Kali pertama berkenalan dengan Felecia, Bhima mengaku bernama Miguel. Dalam pesan pendeknya (SMS) ke Delta, Miguel mengatakan sangat senang mendengar suara Felecia. Itu terjadi Desember 2003. Sejak saat itu, SMS dari Miguel pun bertubi-tubi masuk. Maret 2004, Felecia untuk pertama kali membalas SMS tersebut.
Dari perkenalan itulah Miguel dan Felecia menjadi kian akrab. Pada suatu titik, keduanya sepakat menikah.Namun, karena perbedaan agama - Felecia seorang muslim, Miguel beragama Katolik - untuk sementara keduanya tidak bertemu hingga ada lampu hijau dari orangtua Miguel bagi pernikahan mereka.
Felecia setuju. Alhasil, mereka pun berhubungan kasih tanpa pernah bertemu muka sama sekali. Kepada Felecia, Miguel memerankan sosok laki-laki setia, bijaksana, dewasa, menghargai perempuan, dan tidak suka affair. Dia juga mencitrakan dirinya sebagai pemuda pekerja keras. Sejak menjalin hubugan dengan Felecia, Miguel berjanji hanya mencurahkan waktu dan tenaganya
untuk Felecia dan perusaahaan. Dia bisa menceriterakan semua secara sempurna, kata Felecia. Untuk meyakinkan pasangannya, Miguel mengirim cincin emas kepada Felecia sebagai pengikat cinta mereka. Bahkan, Miguel juga mengirim foto sebuah mobil mercy seri terbaru berplat nomor tanggal ulang tahun mereka berdua, 1718.
Hingga 6 Juni lalu, hubungan keduanya masih berjalan mulus. Namun, ketika Felecia browsing di internet untuk mencari materi siaran tentang artis Monica Oemardi yang akan ia wawancarai, kebohongan Miguel mulai terbongkar.
Felecia begitu terkesiap ketika melihat gambar-gambar di halaman website Monica Oemardi terdapat foto Miguel, kekasihnya. Dalam foto itu tertulis nama Michael Andrew Suryo Prabowo Hamidjojo. Michael adalah mantan suami pertama Monica Oemardi. Kini Michael tinggal di Brunai Darussalam. Di halaman website itu juga terpampang foto Joshua, anak Monica dengan Michael, yang oleh kekasih Felecia diaku sebagai foto masa kecilnya.
Saat itulah Felecia muntab. Hari itu juga ia melakukan investigasi ke keluarga Hamidjoyo melalui keluarga Hester, pemilik wisata alam di kawasan Cinangneg, Bogor, dan guest house di Cilandak, Jakarta Selatan. Kebetulan, Felecia pernah mewawancarai Hester tentang tempat wisata alam ketika ia masih bekerja di Radio Delta. Pikiran Felecia terantuk ke Rina - bukan nama sebenarnya - putri Hester. Karena, ucap Felecia, dalam setiap kesempatan Miguel selalu bercerita tentang Rina, bahkan hingga pernik-pernik kehidupan rumah tangga Rina. Tembakan Felecia tepat. Dari Rina-lah kedok Miguel terbongkar.
Rabu malam, 8 Juni, usai mendapat telepon Felecia, Rina mendatangi ibunya dan mencocokkan semua informasi yang ia dapat dari Felecia tentang Miguel.
Semula, ibu dan anak itu sempat heran mengapa hal-hal terkecil dalam keluaganya bisa diketahui Miguel. Juga silsilah keluarga besar mereka.
Pikiran Hester pun segera mengarah pada Sylvia Ethe, satu-satunya orang yang selama ini sering ia ajak ngobrol tentang masalah keluarga mereka.
Sylvia Ethe yang biasa mereka panggil Oma Tippy adalah karyawan kontrak di guest house milik keluarga Hester sejak setengah tahun terakhir.
Kefasihannya berbahasa Inggris, Belanda, dan Jerman membuat Sylvia dipercaya menjadi pemandu tamu-tamu yang kebanyakan adalah ekspatriat.
Singkat cerita, ketika mencocokkan dua nomor telepon seluler milik Miguel alias Bhima Suryo Harya Hidayat alias Bhima Aditya Putra Hidayat dengan milik Sylvia, ternyata sama persis. Hester segera menelepon Felecia.
Mendengar penjelasan Hester, Felecia benar-benar shocked, "Badan saya tiba-tiba lemas", kenang Felecia. Sejak saat itu, secara bergerilya, Felicia menghubungi alamat-alamat yang pernah disebut "kekasihnya", Bhima.
Termasuk branding company di kawasan Landmark Building, Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Juga rekanan bisnis Bhima yang berada di kawasan Palm Hill, Cibubur.
Hasilnya nol besar. Semua yang dikatakan Bhima fiktif!
Felicia juga melacak tempat mencetak foto-foto yang selama ini ia terima dari Bhima. Di balik semua lembaran foto itu tertulis Photo Studio Adorama, Kemang, Jakarta Selatan. Dari karyawan studio foto itu Felicia mendapat informasi, Sylvia memang langganan mencetak foto di sana. Bhima, menurut Felecia, ternyata juga mulai mengincar Tina Zakaria, penyiar Radio One, radio dengan segmentasi pendengar laki-laki metropolitan Jakarta. Khawatir muncul korban lebih banyak, Felecia menghubungi Tina untuk tidak terpedaya dengan Miguel. Beruntung, Tina mahfum dan mulai selektif dengan kiriman pesan pendek Miguel.
Sadar dengan bahaya yang ditebarkan Bhima, Felicia menghubungi Krisna Purwana, dan Awan, sahabatnya di radio Delta. Melalui Awan, Felicia masuk dalam milis idakrisnashow yang di dalamnya telah ada Bhima. Hanya satu yang saya ingin, agar korban Bhima tidak bertambah, kata Felicia kepada FORUM.
Sebab, lanjut Felecia, ada beberapa rekan seprofesinya yang menjadi korban Bhima, dan saat ini belum sadar.
Krisna menyampaikan pesan Felicia kepada Ida Arimurti, partner siaran Krisna di acara Ida-Krisna Show. Melalui Ida, Felicia berkomunikasi dengan Wita. Dalam pembicaraan singkat itu, keduanya sepakat menangkap basah Sylvia di kantornya pada Kamis pagi, 8 Juli. Waktu yang ditentukan telah tiba. Felicia, Wita, dan dua orang anggota reserse Polda Metro Jaya sampai di kantor Sylvia tepat pukul 8 pagi. Sebelum berangkat, Felicia sengaja membangunkan Bhima, memastikan "kekasihnya" benar-benar berangkat kerja.
Setelah menunggu beberapa saat, sebuah taksi berwarna biru berhenti di depan kantor milik keluarga Hester tersebut. Sylvia pun turun. Sejurus kemudian, dua anggota reserse berpakaian preman segera menghampiri Sylvia, mengajaknya berbicara.
Sylvia yang pagi itu tampak bugar dengan kaus hitam dan celana jeans biru, marah besar. Buru-buru ia masuk ruang kerja dengan membanting pintu. Saat itulah, Felicia mendapat SMS dari Bhima yang berbunyi "Mengapa kamu mengirim orang untuk mengganggu Sylvia?" Felecia tidak menjawab. Beruntung, Hester segera datang menenangkan suasana. Hester mengajak Felecia, Wita, dan seorang anggota reserse masuk ruang kerja Sylvia. Mereka gila! ucap Syilvia dengan nada tegang. Dalam pembicaraan selama hampir dua jam, Sylvia tak banyak berkata. Dari suara, logat bicara, cara marah Anda, semua persis milik Bhima, kata Wita kepada Sylvia kala itu. Namun, ketika Hester bertanya siapa sesungguhnya Bhima, Sylvia menjawab Bhima adalah keponakannya. Setengah jam kemudian Hester bertanya lagi siapa sesungguhnya Bhima, dalam bahasa Belanda Sylvia menjawab, Bhima adalah anak baptisnya.
Suasana bertambah tegang ketika Sylvia mengeluarkan sebilah pisau dan dia kian tidak konsisten dengan ucapannya. Nenek 64 tahun itu menolak saat Hester meminta menghubungi Bhima. Bhima sedang dalam perjalanan ke Jerman, kata Sylvia. Namun, kalimat itu ditepis Felecia dengan alasan ia masih menelepon Bhima dua jam lalu di rumahnya, Kemang. Bhima sedang di bandara, tangkis Sylvia mementahkan jawabannya sendiri. Felicia pun mengambil insiatif mencocokkan nomor ponsel Sylvia dengan nomor Bhima yang mereka simpan. Lagi-lagi Sylvia menolak dan mematikan ponselnya. Hester kian gemas dengan ulah Sylvia. Namun, karena suasana yang tidak mendukung, Hester menyudahi pembicaraan itu. Bila benar Bhima anak baptis kamu, segera selesaikan urusan ini dengan Bhima. Karena Bhima terlibat urusan kriminal, selamanya kamu juga akan terlibat dalam urusan ini, kata Hester. Siang pun berlalu.
Sylvia pergi meninggalkan kantor dengan sebuah pesan kepada Hester dalam bahasa Belanda pada secarik kertas. Saya akan segera membereskan masalah ini. Sejak saat itu, hingga berita ini ditulis, Sylvia tidak masuk kerja.
Akan halnya dengan Felicia, sejak hari "penggerebegan" itu terjadi, ia selalu mendapat SMS teror dari beberapa nomor ponsel yang tak ia kenal.
Salah satu pesan itu berbunyi: Anda sudah gila dan matang utk masuk Grogol dgn menyangka bhwa saya Ibu Sylvia. Saya yang akan membereskan Anda.
Station Manager Delta FM Fitri Didi mengatakan sangat prihatin dengan kejadian ini. Ia sadar, karena radio adalah milik publik, pihaknya tidak bisa membatasi penikmat siaran Radio Delta. Pula halnya dengan keanggotaan mailing list yang mereka sediakan. Kami terbuka kepada siapa saja. Apalagi segmentasi kami adalah pendengar usia 30 tahun ke atas yang notabene telah dewasa, matang, dan mapan, ungkap Fitri. Fenomena pendengar yang terlalu fanatik dengan penyiar sebenarnya bukan asing bagi Delta. Bahkan, kata Fitri, kantornya pernah kebanjiran kiriman makanan dan bunga dari pendengar.
Tapi kasus aneh seperti Bhima baru terjadi sekali ini di radio kami. Untuk itu, ke depan pihaknya akan lebih antisipatif agar kejadian serupa tak terulang. Kasus penipuan yang menimpa Felecia, menurut kriminolog Universitas Indonesia, Erlangga Masdiana, bisa dijadikan delik aduan kepada pihak berwajib. Selama ada yang dirugikan, bisa dikategorikan kriminal, tegas Erlangga. Erlangga mengatakan, penipuan bisa terjadi bila ada unsur kerugian materi maupun nonmateri dari pihak lain.
Peniruan suara seperti yang dilakukan oleh Sylvia Ethe bisa diklasifikasikan sebagai kejahatan nonmateri. Perasaan tertohok, dikhianati, sudah masuk kriminologi. Itu dipidanakan dengan pasal penipuan. Hanya, kasus Sylvia Ethe yang mengalami split personality dalam ilmu kriminologi termasuk kategori penyimpangan. Dan, orang yang mengalami mental disorder tidak bisa dipidanakan. Karena tidak punya bukti material, tegas Erlangga.
Dalam kacamata psikolog Sartono Mukadis, Sylvia Ethe alias Miguel alias Bhima mengalami split personality (kepribadian terbelah). Menurut Sartono, setidaknya ada empat personality dalam jiwa Sylvia. Sylvia mengalami split, antara kepribadian satu dengan yang lain tidak saling mengenal. Kalau sudah demikian, disumpah pun dia mau, kata Sartono kepada FORUM, Kamis pekan lalu.
Menurut Sartono, kasus yang dialami Sylvia adalah kasus besar dan sangat menarik dari sisi psikologi.
Menarik karena kebanyakan split personal terjadi dalam masyarakat yang secara ras lebih sophisticated daripada Melayu, katanya. Sylvia, menurut Sartono, adalah manusia yang sangat tidak bahagia dengan dirinya. Dia cerdik, pandai, dan menyukai orang-orang yang terkenal, seperti penyiar radio dan sejenisnya. Sylvia mengalami ambiguitas dalam dirinya. Dalam ilmu psikologi disebut fixtasi. Dia mengalami fixtasi pada salah satu fase dalam hidupnya meskipun usianya telah lewat. Sebelum mengincar "mangsa", dia akan mempelajari orang tersebut dengan teliti. Dia akan masuk dari banyak sisi, memberi nasihat dan sebagainya. Dia mampu mencampur aduk antara kebenaran dan kebohongan. Ini benar-benar satu usaha yang sangat terencana dan sitematis. Meski menyukai sesama perempuan, Silvia tidak bisa dikategorikan sebagai lesbian. Dia bukan sekedar mencari kepuasan seks, tapi dia adalah perempuan yang tidak pernah menampilkannya secara fisik. Dia hanya "memainkan" peran sebagai lesbian dengan mewujudkan dirinya sebagai Miguel dan Bhima, urai Sartono.
Itulah mengapa Sartono menyebut split personality sebagai kegilaan tingkat tinggi. Bagaimana menyembuhkannya? Satu-satunya cara menyembuhkan ya masuk assylum (Rumah Sakit Jiwa-red), kata Sartono.
Sumber: Majalah FORUM edisi 14 Juli 2005