Jakarta - Upaya untuk membenahi permasalahan wasit di
pesepakbolaan Indonesia sepertinya menemui jalan terjal. Ini terlihat
dari masih adanya inkonsistensi sikap dan prilaku dari pengurus untuk
membenahi masalah tersebut.
Fakta ini menyeruak lantaran wasit
yang terbukti bermasalah tetap bisa memimpin jalannya pertandingan Liga
Super. Misalnya ketika wasit Viator Ambarita masih ditugaskan memimpin
partai antara PSIS Semarang melawan Persijap Jepara, Sabtu
(22/10/2008). Padahal saat sidang Badan Wasit Sepakbola Indonesia
(BWSI) pekan lalu, Viator telah dijatuhi sanksi dilarang memimpin
pertandingan selama tiga bulan ke depan.
Contoh lain adalah
Jumadir Effendi. Wasit asal Jakarta ini sempat memimpin laga antara
PSMS Medan saat menjamu Persijap Jepara (18/10/2008), meski sebelumnya
yang bersangkutan sudah dinyatakan dilarang memimpin pertandingan
selama 5 bulan.
Adanya keterlambatan proses pengesahan surat
keputusan terhadap wasit yang bermasalah disinyalir menjadi penyebab
terjadinya masalah tersebut.
“Memang, ada proses admintrasi
yang masih bertumpuk di BWSI sehingga perjalanan pengesahan Surat
Keputusan (SK) itu sempat tertunda,” ujar Ketua BWSI Bernard Limbong
pada wartawan Rabu (22/10/2008). “Setelah putusan itu terjadi, SK tidak
langsung saya tandatangani karena kesibukan saya yang luar biasa pada
pekan itu,” imbuhnya.
Limbong juga menolak mengatakan bahwa
wasit-wasit bermasalah itu tengah dihukum. Menurutnya, sanksi tersebut
merupakan pembinaan agar nantinya bisa agar tanggung jawab mereka dalam
memimpin pertandingan menjadi lebih baik.
“Kami tidak
menggunakan istilah hukuman karena tugas wasit itu menjadi pengadil.
Kalaupun mereka mengalami kelalaian, proses pembinaan adalah proses
yang tepat untuk mereka. Sesuai regulasi dari FIFA agar tugas dan
tanggung jawab mereka menjadi lebih baik,” tukas pria yang masih aktif
di lingkungan TNI ini.
Artinya, jika seorang wasit dilarang
aktif selama enam bulan maka bukan berarti ia harus absen pebuh selama
enam bulan. “Jika dalam masa waktu 3 bulan pembinaan kinerjanya
memuaskan, maka ia bisa saja kembali bertugas. Ini juga berlaku bila
selama waktu pembinaan sang wasit tidak menunjukkan hasil yang
maksimal, maka BWSI bisa mencabut izinnya sebagai wasit,” terang
Limbong.
Limbong juga berupaya untuk memaksimalkan kinerja
kepengurusannya agar lebih produktif dengan melakukan proses degradasi
dan promosi terhadap wasit.
“Apabila mereka mampu mengerjakan
tugasnya dengan baik, kami upayakan proses promosi berjenjang.
Misalnya, awalnya bertugas di Divisi 1, maka bisa ke Divisi Utama dan
seterusnya. Tentunya ini dilakukan secara konkret,” tandas Limbong.
Selain
Viator dan Jumadir, BWSI sudah menetapkan waktu pembinaan kepada dua
orang wasit lainnya dan satu Pengawas Pertandingan (PP).
“Wasit
Sunaryo Joko dinonaktifkan selama satu musim dan wasit Heriyanto selama
enam bulan. Sedang PP Andi Buchori dinonaktifkan selama satu musim,”
ungkap Wakil Ketua BWSI Bambang Irianto.