Anakku...oooh anakku......

Sebenarnya aku kasian ama anakku, tiap kita tinggal kerja pasti tangisan dulu...dia gak mau ama pengasuhnya..(pengasuhnya baru)...sebenarnya kalo jam 10 pagi neneknya datang ke rumah, bantuin ngasuh anakku....tapi kita kan harus berangkat jam pagi...

Sekarang ayahnya ngalah dia berangkat belakangan nungguin sampe neneknya datang dulu baru ayahnya berangkat kerja.....tapi masak tiap hari haarus berangkat jam 10...kan bukan kantor nenek moyang.....

pusing..pusing.....

Mungkin nanti klu udah akrab ama pengasuhna ntar gak kali mbak

Mudah2x aja.....tapi di kantor juga gak tenang....mikirin anak mulu...

Dah anaknya titipin di kampung aja mbak, beres to.
Nanti pulangnya gantian gitu, sama suami mbak.

Dah jgn di bikin puyeng mbak?

knapa neneknya ga d suruh tinggal dsitu aja mbak? kan enak skalian ma orang tua.

Sing sabar yo bak,mbok cobo di cari kelemahan anake ki opo ( Pas lagi seneng sing di senengi opo...) beliin mainan lan di ajak adaptasi dengan pengasuh bareng2 sekeluargo
agar anak juga punya image di antara ortu + pengasuh ada jalinan Heart to heart..
( artinya pengasuh juga bukan orang lain...)

mungkin urung adaptasi ae , dadi iseh mbok2en coro jawane
suwe lak yo ora

niku rak pilihan mbak....

mengasuh anak atau bekerja...????

monggo pun pilih, ingkang rinaos sekeco ing manah

lan mboten perlu wonten roso nyesel kanthi pilihan meniko....

Mungkin ini adalah dilema bagi kaum ibu...disisi lain aku pengen sama anakkku..pengen tahu perkembangannya...bla...bla..bla...tapi disisi lain hidup di jkt mahal...yg gak kerja aja pengen kerja..masak iya kerjaaan aku yg udah aku jalanin dr 10th yg lalu...harus aku tinggal...aku dpt kerjaan ini dari 0 bgt...kalian ngerti kan.....

dijalani dengan ikhlas mbak...
semua pasti kan baik - baik saja..
:)

ini buat pembelajaran saya juga istri saya juga kerja tapi mungkin rencananya kalau sudah mulai kerja istri saya akan pulang tiap 2 jam sekali kebetulan kantor istri dekat karena punya pak liknya untuk memberikan asi kepada sikecil dan kami usahakan untuk selalu pergi bersama anak disaat ada waktu yang longgar / pas libur kita usahakan untuk selalu bersama sikecil dg begitu dia merasa diperhatikan oleh orang tuanya

wasalam,

Berat ya mbak trnyata jd orangtua disamping memikirkan perasaan si anak jga masa dpna kelak

Berat ya mbak trnyata jd orangtua disamping memikirkan perasaan si anak jga masa dpna kelak

problem kita sama ya mbak...

dulu anak pertamaku aku titipin diwonosari sama mbahnya
dari umur 5bln sampai 6th. tadinya mau nitip satu bulan aja,
pas lebaran pengasuhnya pulang kampung, tapi kebablasan sampai 6th.
itu juga perlu perjuangan dan pengorbanan saat ngambilnya.
soalnya dah terlanjur deket sama mbahnya.
dijakarta selama satu bulan tiap malam nangis,
nggak bisa dibujuk, akhirnya didiemin aja sampai capek nangisnya.
mbah kakungnya juga jadi sakit-sakitan ditinggal cucunya
(padahal kan cuma keJakarta, nggak jauh), tiga bulan sesudahnya
mbah kakungnya meninggal, jadilah saya beban mental, kata orang
gara2 cucunya diambil mamanya

tapi sekarang semua dah baik2 aja.

tinggal yg kedua nih, umur satu tahun.
ditinggal kerja juga.belum dapat pengasuh.
sementara dititipin sama orang, pagi antar sore ambil.

hidup diJAKARTA memang perlu perjuangan.

Setiap plihan pasti ada resikonya..

Mbak Siti sdh mengambil suatu pilihan ya itulah salah satu resikonya.

Maaf.... saya sendiri kurang setuju bila wanita harus bekerja dan meninggalkan anak2 bersama orang lain terlebih sama orang yg tdk mempunyai ikatan darah.
Saya lebih menghargai jika seorang wanita dirumah mengasuh, membesarkan serta memantau tumbuh kembang anak serta menjaga harta suami tatkala suami pergi bekerja.
Resikony ya penghasilan terbatas, namun saya berusaha utk selalu menekankan rasa syukur terhadap penghasilan ini, mudah2an penghasilan yg terbatas ini bisa berguna buat keluarga sehingga bisa dipertanggungjawabkan kelak dihari Akhir..amien.
Saya sebagai ayah pernah merasakan perasaan yg sedih tatkala anak2 begitu dekatnya dengan MAMA-nya, bahkan pengin nangis rasanya saat dicueikin sama anak, terlebih bila pulang malam.

Kalau terpaksa seorang wanita musti bekerja karena suatu alasan tertentu, mungkin alangkah baiknya jika beliau bekerja pada tempat yg fleksible, tdk begitu mengikat serat, nonformal, sehingga tingkat aturannya tidak begitu tinggi..

Mohon maaf kiranya bila tidak berkenan, terutama bagi wanita karier..
Monggo dilanjut agar wanita2 yg masaih lajang bisa belajar dan mempersiapkan diri kelak...

mohon ma'af juga, sekedar klarifikasi;

kami bekerja bukan sekedar demi karier,
kami bekerja juga demi anak-anak.

untuk uraian diatas, bagaimana jalan keluarnya;
apabila suami tidak bekerja, juga tidak bisa mengasuh anak?

bagaimana jalan keluarnya, apabila lokasi pekerjaan tidak dapat dipilih?
bukankah mencari pekerjaan, ataupun membuka usaha tidak semudah teorinya?

bagaimana jalan keluarnya, apabila hubungan sedarah lokasi tinggalnya jauh
dari rumah kita?

mohon ma'af juga, apabila tidak berkenan.

kalau saya sama istri saya dari semenjak nikah dulu saya selalu memberikan kebebasan untuk memilih kerja / dirumah saja.yang terpenting tidak menggangu tugas dlm rumah tangga

wasalam,

Monggo yg pernah punya pengalaman,baik sendiri, atau punya orang..
di share..utk permalahan diatas..minimal guidence-nya


Maaf saya bukan bermaksud mendiskreditkan wanita karier, tapi apa yang saya ungkapkan diatas adalah mengenai sebuah pilihan dan resiko dimana itu adalah pilihan saya..
Kalau teman2 punya pilihan lain yang tentu bukannya tanpa argument ya monggo..

ini ada sedikit artikel mudah2an berkenan :

Ibu Rumah Tangga

Diawal pernikahan, saya dan suami membuat kesepakatan dengan ikhlas bahwa saya tinggal dirumah mengurus rumah tangga dengan fokus pada pendidikan anak. Sementara, suami menjadi kepala rumah tangga dengan fokus pekerjaan di luar rumah. Ketika itu, saya menganggap pekerjaan rumah tangga hanyalah pekerjaan sederhana, karena bukankah menjadi ibu rumah tangga adalah fitrah wanita? Tetapi, setelah menjalani kehidupan rumah tangga, saya baru sadar, ternyata pekerjaan rumah tangga itu sangat rumit.

Seorang ibu rumah tangga tidak memiliki jam kerja tertentu, artinya, tugasnya dimulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Bahkan, menjadi ibu rumah tangga, berarti banyak belajar, seperti belajar manajemen, baik manajemen rumah tangga, manajemen keuangan sampai manajemen qalbu. Lalu belajar pembukuan, dimana aku selalu njelimet mengatur keuangan, karena penghasilan suami memang pas-pasan. DAn kemuadia belajar psikologi, baik psikologi anak maupun psikologi umum.

Bahkan, untuk bisa mensyukuri nafkah dari suami, aku harus punya bermacam-macam ketrampilan, seperti memasak yang sebelumnya jarang aku lakukan. Ketrampilan menjahit pun harus aku kuasai. Sebab, untuk pakaian anak yg jumlahnya bertambah setiap dua tahun, terlalu mahal bagiku apabila harus membeli pakaian jadi.

Alhamdulillah, dengan bekal kemauan dan sedkit nekad, semua ketrampilan itu dapat aku kuasai. Termasuk ketrampilan pangkas rambut!
Mulai rambu abinya, sampai anak keenam kutangani sendiri. Banyangkan jika upah pangkas rambut 1 orang Rp 4.000 maka aku bisa berhemat 28 ribu rupiah tiap bulan. Begitupun pakaian anak, aku bisa hemat 50 % dari harga pakaian jadi di pasaran dikalikan kebutuhan 8 orang.
Bukankah penghematan cukup besar? Belum lagi, makanan jajanan yg kuolah sendiri. Aku yakin, jika beli makanan jadi harganya pasti berlipat.

Namun, setelah sekian banyak yg kuhemat, nyatanya keuangan kami tetap seret. Rupanya penyebabnya adalah minimnya penghasilan suami. Maka jadilah aku, tiga tahun belakangan ini, seorang motivator sekaligus konsultan bagi suamiku, sehingga alhamdulillah kini suamiku telah mempunyai pekerjaan yg layak dengan status yg baik di masyarakat.

Lalu, seiring dengan kemandirian anak-anak, aku pun memilih salah satu keahlianku untuk kusumbangkan pada masyarakat. Aku ingin lebih bernilai, tidak hanya bagi keluarga tapi juga bagi masyarakat.
Alhamdulillah, suamiku mendukung niat itu.

Kadang-kadang, timbul pikiran jahilku, berapa gajiku seharusnya atas semua tugasku ini? Aku ratu rumah tangga sekaligus pembantu. Aku manajer merangkap baby sitter. Aku juga akuntan dan konsultan suamiku dalam usahanya. Pendidik sekaligus tukang ketik, penggagas sekaligus tukang pangkas. Aku juga seorang pengobat sekaligus perawat. Keluarga kami jarang kedokter atau rumah sakit, berbekal kepandaian pijat refleksi dan juice therapy yg kupelajari dari buku. Aku juga aktor bagi anak-anak takkala menggambarkan berbagai macam watak yg ada dalam cerita yg sedang kami baca.
Itulah karirku selama 15 tahun menjadi ibu rumah tangga.

Aku lantas teringat kata-kata Mahbub Junaidi-Seorang ekonom Pakistan - "Jika ibu-ibu rumah tangga meminta diberikan gaji, maka nilainya adalah satu milyar dollar pertahun. Sebuah nilai yg besar utk budget sebuah negara. Syukurlah ibu-ibu rumah tangga memberikan tenaganya dengan cinta, maka tak perlu memusingkan Kepala Negara bukan?

Aku setuju dengan pendapatnya. Aku sanggup bersusah payah menjalani karir ibu rumah tangga, walau selalu diremehkan dan jarang mendapat pengakuan yg layak dari masyarakat, hanya karena aku sangat mencintai suami dan anak-anak yang diamanahkan Allah padaku. Dan yg lebih penting dari semua itu aku mendapat cinta dari Yang Maha Pencipta.
Allahu Rabbul 'Alamin.

Salam hormat buat ibu-ibu rumah tangga sejati. Karirmu sangat penting, dalam mempersiapkan generasi Rabbani. Dan gajimu, insya Allah kehidupan hakiki syurgawi.

(Sumber: Majalah Ummi)

Suwun,
Kandar (yg selalu ingin belajar utk bisa menghornati seorang Ibu Rumah Tangga)

saya tidak sesempurna itu :pale:

maniss wrote:

saya tidak sesempurna itu :pale:

kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT mbak.....
tinggal mbak manis nya gimana memperlakukannya

======kami bekerja bukan sekedar demi karier,
kami bekerja juga demi anak-anak========


jika anak bisa memilih....

pasti mereka akan memilih menghabiskan harinya bersama ibunya....

=====masak iya kerjaaan aku yg udah aku jalanin dr 10th yg lalu...harus aku tinggal...aku dpt kerjaan ini dari 0 bgt...kalian ngerti kan.....=====



tidak ada yang bisa aku mengerti disini.......!!!!!!!!!!!!!

karena yg dibutuhkan hanyalah rasa ihklas bagi keluarga.........

Sebelumnya terima kasih atas tanggapan kalian semua........Alhamdullilah anak saya udah mulai dekat dengan pengasuhnya dan sekarang kalo pagi sudah mau ditinggal (walau dengan cara ngumpet2x)

Saya ingin menanggapi pernyataan Mas Kandar..... Mungkin dalam rumah tangga memang punya prinsip yang berbeda2.... suami saya memang membebaskan saya untuk bekerja...karena itu sudah pilihan hidup saya....dan selain saya bekerja untuk keluarga, saya juga punya ortu yg hrs sy biayai (saya anak tunggal)......
Saya juga berat mas, dalam hati saya juga ingin menangis, saya juga kasian sama anak saya,.....................tapi apa boleh buat....anak saya juga butuh susu, butuh skol...dan semua itu membutuhkan uang.......


Buat mba Dwi...hanya 1 pertanyaan saya apakah mba sudah menjadi seorang ibu?

Buat Mba Maniss....kita sehati....saya juga blom bisa menjadi istri/ibu yg sempurna....saya juga gak bisa hanya menjadi ibu rumah tangga saja...saya ingin hidup saya bermanfaat buat orang banyak (bkn buat kel saja)....


Terima kasih

dwikoe wrote:

======kami bekerja bukan sekedar demi karier,
kami bekerja juga demi anak-anak========


jika anak bisa memilih....

pasti mereka akan memilih menghabiskan harinya bersama ibunya....

Sangat disayangkan jika masa Golden Year, kita sebagai orang tua tdk bisa memantau,sampai dimana proses tumbuh kembang sang anak tercinta.

ini ada artikel sedikit mengenai tumbuh kembang anak, smoga bisa berkenan....

Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan bagi perkembangan selanjutnya.


Perkembangan yang optimal sangat dipengaruhi oleh peranan lingkungan dan interaksi antara anak dan orang tua / orang dewasa lainnya. Interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan, bahkan sejak bayi dalam kandungan.

Kebutuhan dasar seorang anak adalah

v ASUH ( kebutuhan biomedis)

Menyangkut asupan gizi anak selama dalam kandungan dan sesudahnya, kebutuhan akan tempat tinggal, pakaian yang layak dan aman , perawatan kesehatan dini berupa imunisasi dan deteksi dan intervensi dini akan timbulnya gejal penyakit.

v ASIH ( kebutuhan emosianal)

Penting menimbulkan rasa aman (emotional security) dengan kontak fisik dan psikis sedini mungkin dengan ibu. Kebutuhan anak akan kasih sayang, diperhatikan dan dihargai, ,pengalaman baru, , pujian, tanggung jawab untuk kemandirian sangatlah penting untuk diberikan. Tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan , tetapi lebih banyak memberikan contoh – contoh penuh kasih sayang adalah salah satunya.

v ASAH ( kebutuhan akan stimulasi mental dini)

Cikal bakal proses pembelajaran , pendidikan , dan pelatihan yang diberikan sedini dan sesuai mungkin. Terutama pada usia 4 – 5 tahun pertama ( golden year) sehingga akan terwujud etika, kepribadian yang mantap, arif, dengan kecerdasan, kemandirian ,ketrampilan dan produktivitas yang baik.

Sumber :© Dr. SuriViana -www.infoibu.com

siti rahayu wrote:

terima kasih infonya mas.....semoga mas bisa menerapkan pada anaknya.....

sama-sama mbak...

Insyallah saya dan keluarga saya akan berusaha & belajar utk menerapkannya.
Smoga Allah SWT selalu menyertai & meridhoi kita semua, Amien