Turunnya hujan di Gunungkidul yang masih belum stabil menjadikan perhatian Bupati Gunungkidul, Suharto. Meski telah beberapa kali turun hujan, namun ia mengimbau kepada para petani untuk tidak gagabah menebar benih tanaman, untuk menghindari kerugian akibat menghilangnya curah hujan.
“Kami mengajak agar petani tetap berpedoman pada BMG yang mampu memprediksikan kapan hujan akan turun secara stabil. Jadi kami mohon para petani untuk tidak gegabah menentukan masa tanam sendiri agar tidak terjadi kerugian akibat menghilangnya curah hujan,” terang Suharto kepada puluhan anggota kelompok tani di Dusun Dringo, Desa Bendung, Kecamatan Semin, Gunungkidul, Senin 13/10).
Menurut Bupati, saat ini lebih baik para petani memaksimalkan pengolahan lahan terlebih dulu, agar nantinya hasil tanaman yang dihasilkan semakin baik. Sebab menurutnya, jika dipaksakan menebar benih gabah dan benih lainnya, hasilnya tidak bisa maksimal, terutama karena curah hujan yang belum menentu. “Kalau tiba-tiba hujan menghilang, sedulur-sedulur juga yang rugi. Selain rugi karena harus membeli benih lagi, saudara-saudara juga rugi tenaga. Jadi perhitungkan masak-masak sebelum menebar benih,”imbau Suharto.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura, Dwinggo Nirwanto, saat dikonfirmasi Harian Jogja juga mengakui musim penghujan saat ini belum menentu dan tidak dapat dijadikan pedoman untuk memulai musim tanam. “Melalui petugas lapangan kami sudah sosialisasikan agar jangan sampai petani terkecoh hujan yang turun,” kata Dwinggo saat dihubungi melalui ponselnya. Dwinggo juga mengajak para petani untuk memperhatikan prediksi cuaca dari BMG yang memperkirakan awal musim penghujan baru akan terjadi pada awal November 2008 mendatang.
Sementara, beberapa petani mengaku nekat menebar benih meski curah hujan belum stabil, dengan alasan agar bisa panen lebih awal. Tumiyah, petani asal Desa Bendungan Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, mengaku telah menebar 10 kg gabah di lahan miliknya sejak beberapa waktu lalu. Menurutnya, ia nekat nyebar karena memang sudah memasuki mangsa tandur. Saat ditanya apakah ia tidak khawatir benih yang ia tebar akan mati akibat curah hujan yang menghilang, ia mengaku pasrah. “Lha habis mau gimana lagi, lha wong sudah terlanjur, terlebih saat ini juga sudah mangsane,”ujarnya.
Hal sama juga disampaikan Wasiran, petani tadah hujan yang memiliki lahan garapan di bulak Siyono, Playen. Saat ditemui Harian Jogja, siang kemarin, warga Desa Siyono Wetan, Desa Logandeng, Kecamatan Playen ini nekat menebar benih karena sesuai perhitungan, saat ini memang sudah memasuki mangsa tandur. “Biasanya juga seperti ini mas. Meski hujan belum stabil, kami tetap mulai nyebar benih. Kami tetap yakin musim hujan akan segera datang,”terangnya.
Thu Oct 16, 2008 9:25 am
