Hilangkan Budaya Cari Kerja

Meskipun selama ini sudah tenar, tetapi budaya mencari pekerjaan yang selalu dilakukan para generasi muda, secepatnya harus dihilangkan, selanjutnya diganti dengan aktivitas membuat pekerjaan, melalui berbagai terobosan ataupun wirausaha.
"Bukan jamannya lagi mencari lowongan kerja. Tetapi budaya ini harus kita ubah dengan menciptakan lapangan kerja, selanjutnya pemerintah memfasilitasi," kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dr Ir Erman Suparno MBA, MSi pada program aksi gerakan penanggulangan pengangguran tingkat Provinsi DIY di Bangsal Sewokoprojo Wonosari, Rabu (27/8). Hadir dalam kesempatan ini Wakil Gubernur DIY Paku Alam IX, Bupati Suharto SH, muspida dan pejabat yang lain.
Dalam upaya menciptakan lapangan kerja, maka pihaknya terus mengembangkan keberadaan Balai Latihan Kerja (BLK) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia , dengan mendidik para calon pencari kerja untuk memperoleh ketrampilan. Slogan Pokoke Harus Kerja (PHK) terus didengungkan, sehingga diharapkan masyarakat terutama generasi muda pencari kerja, tidak takut dengan PHK, tetapi justru menjadi pendukung.
Dalam kesempatan ini menteri yang didampingi Wakil Gubernur DIY menyerahkan bantuan mobil tanggap darurat, bantuan bea siswa anak berprestasi dari PT Jamsostek, bantuan ternak, subsidi program 23 paket, pelepasan tenaga kerja AKAD 150 oarng ke Bintan dan Batam, pemberdayaan masyarakat melalui padat karya dan yang lain.
Sebelumnya Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tjetje Al Anshori melaporkan bahwa untuk bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di Provinsi DIY pada tahun 2008 mendapatkan dana Rp 22,7 miliar, meliputi dana pembantuan Rp 1q0,1 miliar dan dana dekonsentrasi Rp 10,2 miliar.
Dalam acara ini Menaketrans menyerahkan bantuan langsung Rp 2,3 miliar dalam upaya penanganan permasalahan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian dengan menyerap tenaga kerja 15.000 orang melalui fasilitas penempatan tenaga kerja dalam maupun luar negeri

aku setuju itu.....biar negara ini bisa maju emang hrs creative....terutama yg berpendidikan tinggi....dia hrs bisa bisa menciptakan lapangan pekerjaan dgn ide2nya....biar k sia2 sekolahnya.......emang dah waktunya kita ini mencipta atau dicari.....bukan mencari....mau jadi tukang tambal ban ato pedagang kaki lima juga gpp...yg penting kurangi angka pengangguran dgn menciptakan lapangan kerja....siip dech...

sebenarnya wacana menciptakan lapangan kerja dan atau meninggalkan budaya "mencari lowongan kerja" sudah ada seja lama...
jaman saya masih SMA (tahun 90-an) yang saya tahu, di Desa Ngeposari Semanu, ada satu Dusun yang mayoritas penduduknya, setelah lulus SMP, bahkan Lulus SD, membuka usaha home industri/ pabrik kue dan sejenisnya dan memang lima tahun pertama usaha mereka sukses namun berikutnya banyak yang gulung tikar.....
Hal ini kemungkinan disebabkan karena permodalan dan sedikit menguasai ilmu pemasaran yang benar....
Jadi intinya, dalam hal menciptakan lapangan kerja harus memerlukan modal finansial dan pengetahuan dalam hal pemasarannya dan harus perlu juga didukung oleh pemerintah bahwa khususnya di Gunungkidul dan Umumnya DIY harus meningkatkan Upah Minimun Daerah dan Propinsi sehingga antara pekerja dan pengusaha bisa sinergi...

modal utama usaha adalah : keyakinan, keteguhan hati, kerja keras......yang lainnya msh bisa sambil jalan....tapi walaupun di kasih modal uang cukup besar, tapi klau tidak yakin akan usaha yg di lakukan..maka hasilnya pasti akan nihil juga....( itu menurutku...klau da yg gk se7, ngapunten nggih )sadarkah kita bahwa selama ini kita byk mengidap suatu penyakit, yg sebenarnya menggerogoti cita2 kita? (penyakit itu adalah (Gengsi)

Mas tejo bener...semua dukungan dari berbagai lini harus ada....modal yakin doang gak tahu jalan kesasar mas.

sekolah mbayar!!! kerja bayar lagi????

Dulu kalo gak salah tahun 90-an di Kelurahan Ngeposari - Semanu, pernah diadakan program berbaga kursus ketrampilan buat remaja/pemuda-di oleh karang taruna setempat, semisal Merias, Dekorasi, dan lain-lain (lupa), namun kelanjutannya nggak ada dan yang pernah ikut kursus pun tidak berbekas, artinya tidak dikembangka di lingkungannya...
Saya rasa hal ini disebabkan karena adanya kurang percaya diri untuk meengembangkan ilmu tersebut....
Ketidak PD-an tersebut bisa dikarenakan kurangnya modal, pengetahuan dalam memasarkannya dan lain-lain...
Oleh karena itu saya berharap kepada pemerintah setempat dan atau para mayarakat yang bermodal agar lebih memperhatikan masyarakat dalam hal pendidikan ketrampilan dan sekaligus pengetahuan dalam pemasarannya tentu saja permodalannya bagaimana, kalu memang serius untuk mendorong masyarakat yang mandiri...

Bicara memang mudah, semudah membalik telapak tangan..
Untuk wilayah Gunungkidul, bukan pesimis, namun sangat sulit untuk membuka lapangan kerja. Apapun jenisnya. Wilayah kita ini masih menghadapi banyak hambatan untuk memberi peluang pencari kerja dapat menciptakan lapangan kerjanya sendiri. Apalagi hanya mengandalkan pelatihan2 yang diselenggarakan sekedar menjalankan program (proyek) dari pusat. Udah deh...pokoknya..cape' deh...