YOGYA (Kedaulatan Rakyat) - Permasalahan yang dihadapi
remaja putri di DIY dalam bidang kesehatan rentan terhadap penyalahgunaan Napza
dan penularan HIV/AIDS, meningkatnya angka kehamilan sebelum menikah dan
lain-lain. Dalam bidang budaya masalah yang dihadapi remaja putri ini terkait
kepercayaan dari orangtua, keamanan lingkungan, kesempatan untuk mencoba dan
mengajukan pendapat.
Dalam bidang pendidikan, antara remaja putra dengan putri
sudah hampir tidak s perbedaannya, namun demikian masih dijumpai bias gender
dalam memberi peluang melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Ditemukan
ketidakadilan gender bagi remaja putri di DIY dalam bentuk marginalisasi,
stereotipe, subordinasi, kekerasan dan beban ganda,” ujar Kepala Pusat Studi
Wanita (PSW) UGM Dr Siti Hariti Sastriyani, Senin (5/2).
Dalam mengungkapkan
hasil ‘Pemetaan Permasalahan Remaja Putri di DIY’ staf pengajar Fakultas Ilmu
Budaya (FIB) UGM ini juga menyebutkan, kendala yang dihadapi remaja putri dalam
memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya dan berwiraswasta, serta menciptakan
lapangan kerja tidak adanya dana yang cukup, kurangnya pengetahuan, bimbingan
ataupun pendampingan dari instansi terkait dan dukungan masyarakat
sekitarnya.
Tentang profil remaja di DIY dari studi kasus dan kebijakan
kesehatan reproduksi disebutkan, kasus-kasus kesehatan reproduksi di DIY semakin
banyak karena masih munculnya kekurangpedulian seksual di kalangan remaja DIY
yang menyangkut masalah kesehatan reproduksi. Selain itu juga masih adanya
persepsi orangtua yang menganggap seks sebagai hal yang tabu.
”Di samping itu
juga belum masuknya sosialisasi kesehatan reproduksi remaja dalam kurikulum
pendidikan dan belum optimalnya kebijakan pemerintah dalam menangani kesehatan
reproduksi remaja,” ujar Dr Siti Hariti ketika mengungkapkan beberapa hasil
penelitian yang dilakukan PSW-UGM tahun 2006.
Tahun 2007 paling tidak sampai
Mei PWS-UGM sudah merancang beberapa penelitian yang sebelumnya akan
didiskusikan setiap dua minggu sekali pada hari Jumat. Di antaranya
perselingkuhan dari perspektif sosiologis, poligami di lihat dari berbagai aspek
dibandingkan dengan negara-negara Kenya, Bangladesh, profil perempuan di
perkebunan teh dan refleksi 1 tahun peristiwa gempa di Yogya dan partisipasi
perempuan. (Asp)-g
sumber:www.aidsindonesia.or.id