Dalam satu dekade terakhir ini, Internet telah merubah cara kita bergaul, berinteraksi, berkomunikasi dengan orang lain. Jejaring sosial meroketkan revolusi yang diusung Internet tersebut. Layanan instant messaging seperti IRC, Yahoo Messenger, dll, mulai merubah paradigma kita dalam berinteraksi dengan sesama pengguna Internet. Kemunculan web blog juga membuat kita semakin mudah untuk mengekspresikan diri kita di Internet, disusul dengan kemunculan friendster yang mungkin dapat saya katakan sebagai jejaring sosial pertama yang populer. Kemudian disusul Facebook sebagai jejaring sosial yang sangat-sangat kaya fitur. Bahkan, kita seakan-akan dapat membuat masyarakat sendiri di Facebook. Gaung keampuhan facebook ini pun sampai saat ini belum ada yang mampu menandingi dalam bidang yang sama. Twitter sebagai microblogging juga semakin mempermudah kita untuk berinteraksi.
Hal-hal diatas tersebut kemudian secara langsung membentuk sebuah pola pergaulan baru di Internet, dimana ini saya namakan dengan etika bergaul di Internet. Dari hasil pengamatan saya pribadi, masih banyak saya temui pengguna layanan-layanan diatas yang belum sepenuhnya sadar dengan apa, siapa, mereka berinteraksi.
Coba mari kita berpikir.
Internet dapat diakses oleh siapa saja yang terhubung, dan informasi apapun bisa diperoleh bagi siapapun yang memiliki hak akses terhadap informasi tersebut. Contoh, semua posting yang ada di forum online seperti wonosari.com, maupun jejaring sosial seperti facebook ini kan bisa dilihat oleh seluruh pengguna Internet di dunia, tentunya banyak alasan kenapa orang membuka posting tersebut. Dari mulai hanya iseng-iseng saja, tersesat di Internet, sampai yang benar-benar ingin memperoleh pengetahuan dari membaca. Sudah sepantasnya bukan, kita menjaga etika kita dalam mem-posting sebuah artikel, maupun memberikan tanggapan terhadap sebuah artikel.
Tolong digarisbawahi, saya tidak bermaksud menyerang, atau menyinggung pihak manapun, tulisan ini saya buat berdasarkan keprihatinan saya melihat banyak sekali komentar-komentar negatif yang sering keluar konteks, bahkan terkesan “cari musuh”, dan rasis di berbagai situs di Indonesia ini khususnya. Saya pribadi adalah orang yang tidak suka ketika melihat ada diskusi yang berjalan baik, lalu tiba-tiba ada komentar-komentar yang tidak jelas dan tidak kontekstual. Hal seperti ini paling banyak saya temukan di beberapa situs berita di Indonesia.
Saya bangga sekali bahwa Gunungkidul sudah memiliki forum online seperti wonosari.com ini. Saat ini saya perhatikan sudah bagus dijadikan sebagai ajang silaturahmi. Ke depan saya sangat berharap forum ini akan sarat dengan diskusi-diskusi yang bersifat positif, membangun, dan layak untuk dikaji. Apakah pemanfaatan forum online sebagai sarana silaturahmi itu tidak benar? No, bukan begitu maksudnya. Akan tetapi alangkah indahnya jika apa yang ada di dalam wonosari.com ini dapat memberikan manfaat pengetahuan bagi sesama anggota, bagi adik-adik yang masih duduk di bangku sekolah maupun kuliah, dan bagi masyarakat umum.
Bagi pemberi komentar, ayok kita sama-sama berkomentar sesuai dengan topik yang sedang dibahas, sehingga nantinya terjadi diskusi yang menarik. Mudah-mudahan memotivasi. Keep On Track, WDC!